“ Kuliah Umum Reformasi
Pendidikan Nasional Bersama NADIEM Makariem “
Hari
Ke - 112
Keberhasilan suatu negara
memiliki relevansi yang signifikan dengan kualitas pendidikan yang
diselenggarakan. Sedangkan kualitas pendidikan berbanding lurus dengan
kejelasan tujuan dan arah kebijakan yang hendak dicapai. Standar kualitas
merupakan perwujudan dari
komitmen kolektif untuk
menjadi bangsa yang
unggul, maju, dan berperadaban. Oleh karena itu, keunggulan pendidikan
menjadi indikator majunya suatu bangsa,
sebaliknya rendahnya daya
saing bangsa merupakan pencerminan dari rendahnya kualitas
pendidikan yang dihasilkan. Indonesia
merupakan negara terbesar
keempat di dunia,
bukan hanya besar dari
segi jumlah populasinya,
melainkan juga besar
dalam kepemilikan kekayaan sumber daya
alamnya, seharusnya juga
besar dalam pencapaian
kualitas pendidikan. Sayangnya
dari aspek pendidikan,negara ini
masih jauh di
bawah peringkat pendidikan yang
diselenggarakan oleh kebanyakan
negara-negara lain di dunia,
walaupun juga harus
diakui terdapat berbagai
prestasi yang berhasil ditorehkan oleh
putra-putri terbaik bangsa
melalui berbagai even
seperti dalam olimpiade ilmu
pengetahuan beberapa tahun terakhir ini.Berdasarkan data
dalam Education for All
(EFA) Global Monitroring Report2011yang dikeluarkan
UNESCO menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada
pada urutan 69
dari 127 negara
yang disurveiatau turun empat
tingkatan jika dibandingkan hasil
survei sebelumnya yangmenempatkan Indonesia
pada urutan ke 65. Survei
itu menggunakan empat
tolok ukur, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf
pada anak usia 15 tahun ke atas,
angka partisipasi menurut
kesetaraan jender, dan
angka bertahan peserta didikhingga
kelas V sekolah
dasar.1Prestasi tersebut akan
berdampak buruk bagi kemajuan
bangsa ini di
masa yang akan
datang jika tidak sesegera mungkin dilakukan perbaikan di
sektor pendidikan.Secara normatif, kebijakan
pemerintah Indonesia dalam
upaya perbaikan kualitas
pendidikan tercermin dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
pasal 49 ayat
1 yang berbunyi “Dana
pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan
dan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).”
Dengan mengalokasikan anggaran
pendidikan yang tinggi diharapkan dapat menciptakan
pendidikan yang baiksehingga mampu berkompetisi secara global
dengan negara-negara di
dunia. Namun, kenyataan menunjukkan realitas yang sebaliknya.
Berbagai permasalahan internal sepertilayanan pendidikan tanpa diskriminasi,
ketersediaan dana untuk
program wajib belajar,
ketersediaan tenaga pendidik yang
bermutu, pembinaan tenaga
pendidik untuk sekolah
dan di luar sekolah, sarana dan
prasarana pendidikan, danpengawasan penyelenggaraan pendidikanmenjadi hambatan
utama dalam menciptakan pendidikan yang bermutu.2Nampaknya, Indonesia perlu
belajar dari pengalaman
negara lain untuk merumuskan langkah
strategis dalam membangun
sektor pendidikanPendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsayang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik
agar menjadi manusia
yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung
jawab dalam hubungannya dengan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa,
sistem pendidikan nasional
saat ini dipandang belum mampu
memberikan kontribusi yang
signifikan bagi pencerdasan
bangsa. Padahal, hal ini akan membawa implikasi terhadap kemakmuran dan
martabat mulia bangsa. Di samping
itu, rancangan pendidikan
nasional belum berhasil
keluar dari kerangka politik
etissebagaimana pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah
kolonial Belanda. Hal
itu dapat dicermati dari
berbagai kebijakan yang
cenderung diskriminatif,
pendidikan yang berorientasi menghasilkan tenaga
kerja murah, dan menciptakan lulusan yang mampu
menjadipegawai negara.Pertama, kebijakan pendidikan yang cenderung
diskriminatif dapat dicermati dari
adanyakebijakan pemerintah yang
berusaha untuk menjadikan
sekolah menengah kejuruan (SMK)
berbanding 70:30 dengan sekolah menengah
umum (SMU) lainnya. Rasioperbandingan jenis sekolah seperti ini
dapat melahirkan perbedaan prioritas yang berimbas pada tingginya perhatian
pemerintah pada jenis sekolah kejuruan di satu sisi dan “seolah” mengabaikan
pengembangan keseluruhan jenis sekolah umum yang ada di sisi lain.Begitu
pula dengan kebijakan penyelenggaraan pendidikan
berstandar internasional (RSBI) juga telah membawa dampak disparitas
baru khususnya dalam hubungannya dengan
pemberian sarana dan prasarana
pendidikan, walaupun juga
telah diakui dapat
berkontribusi positif
terhadap peningkatan kualitas
bagi sekolah-sekolah tertentu. Secara konseptual,
memang siswa Sekolah International
dirintis untuk menyamai
kurikulum international seperti
pada Cambridge atau International Baccalaureate (IB). Dari segi tujuan
dan visi memang sangat bagus, di
mana siswa sudah
dilatih untuk berkomunikasi
secara global dengan
bahasa Inggris. Siswa SBI juga memiliki pengalaman belajar yang sama
dengan IB atau Cambrige.Namun, dilihat dari berbagai aspek, perhatian
pemerintah terhadap sekolah yang berstandar internasional telah
menimbulkan gap yang
begitu besar dengan
sekolah-sekolah yang berstandar
lokal, regional, dan bahkan yang berstandar nasional.Kedua, pendidikan
berorientasi menciptakan tenaga
kerja murah, yang
oleh sebagian pandangan menganggap sebagai
kebijakan yang salah
arah,karena hanya sebagai penyedia
supply tenaga kerja
(pekerja) murah, bukan menjadi
lokomotif-lokomotif penggerak ekonomi
melalui wirausaha (entrpreneurship) yang
mandiri. Berdasarkan laporan Global Entrepreneurship Moneter
menunjukkan bahwa Singapora
telah menciptakan tenaga handal interpreneur sebesar 2,1 persenpada tahun 2001
dan menjadi 7,2
persen tahun 2005. Sedangkan Indonesia
hanya mampu menghasilkan 0.18 persenpada
tahun 2006 atau hanya
memiliki 400.000 dari jumlah
penduduk sebesar 230juta.5Selama
ini, Indonesia hanya
mampu mengekspor TKI
yang identik dengan pekerja
pembantu rumah tanggaatau
buruh kasar yang nota bene
memiliki kualifikasi pendidikan
rendah sehingga cenderung diperlakukan tidak manusiawi.
Ketiga, pendidikan hanya
mampu menciptakan lulusan yang
cenderung menjadi pegawai negara
saja. Lulusan masih banyak
yang tidak memiliki keterampilan yang memadai yang
dibutuhkan dalam dunia kerja. Bayangkan, setiap tahun Indonesia
memproduksi sekitar 300.000
sarjana dari 2.900
perguruan tinggi.Dari sekian
banyak sarjana terungkap bahwa jumlah pengangguran terdidik (lulusan
perguruan tinggi) melonjak
tajam hampir dua
kali lipat dalam
empat tahun terakhir. Pada Februari
2005, jumlah penganggur
dengan pendidikan universitas
masih 385.400 orang. Empat tahun kemudian, yakni pada februari 2009,
jumlahnya sudah mencapai 626.600 orang.
Webinar Reformasi
Pendidikan Nasional didukung:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Bakti Kominfo, PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk, PT Pegadaian
Persero, Mandiri Syariah, Unika Sugiyapranata Semarang, Bantex
diadakan pada Hari Selasa 5/5/2020 , Dalam rangka mengisi saat buka
Puasa Dalam kesempatan tersebut
Alhamdulilah Penulis dapat bergabung dalam acara tersebut , Dalam kesempatan
tersebut yang menjadi Moderator Direktur Pemberitaan Media Indonesia – Usman Kansong. Dan yang
menjadi narasumber Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia –
Nadiem Anwar Makarim . Kuliah Umum “Reformasi Pendidikan Nasional”. Dalam
paparannya Mas Nadiem menyampaikan bahwa COVID – 19 ini bukan memperlambar
inovasi , tetapi justru sangat mempercepat , Karena antara Guru , siswa dan
Orang Tua sangat terbuka dalam mencoba
metode dan aplikasi terbaru , Dari sanalah tumbuh Empati baru antara Guru dan orang tua dalam mengajar
, Mas Nadiem meminta agar Para Guru ,
siswa dan orang tua keluar dari Zona
aman dimana siswa m guru harus mampu
mengembangkan kearifan local , Nadiem juga menyampaikan bahwa Guru tidak dapat di gantikan oleh teknologi se
canggih apapun. Nadiem berharap agar Guru memberikan luang kepada siswa banyak Tanya , banya coba dan banyak
berkarya. Konsep Merdeka belajar tersebut
merupakan cara terbaru dalam pembelajaran , Jangan Takut salah , karena dari kesalahan kita dapat belajar paling cepat. Di akhir
Penutup Mas Nadiem berharap agar masyarakat sadar pembelajar banyak sekali
kesulitan dan tantangan , Humanisme dalam pembelajaran Hilang menimbulkan rasa frustasi terlalu banyak
tugas – tugas yang di berikan oleh guru akibat krisis pandemic COVID-19 tersebut.
Acara tersebut juga dapat diakses melalui •Youtube: https://bit.ly/streamingkuliahumum •FB : https://bit.ly/fbkuliahumum •IG: https://bit.ly/igkuliahumum , Dimana Link tersebut dapat di akses kepada
masyarakat yang tidak dapat bergabung dalam acara kuliah Umum tersebut Penulis
sangat mengapresiasi kegiatan semacam ini , di harapkan acara tersebut dapat
berlanjut sambil mengisi waktu untuk berbuka , jadi biar ada manfaat ,
mengingat masa pandemic Covid – 19 tersebut juga kesulitan untuk jalan jalan ,
paling paling sambil nunggu buka adalah Tiduran , tapi dengan adanya kegiatan
tersebut bisa menambah pengetahuan , pengalaman , teman serta yang terpenting
Alhamdulilah bisa dapat kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Langsung dari
Menteri Pendidikan sambil menunggu adzan
buka puasa . Dalam kesempatan yang baik ini Penulis
yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya berharap agar COVID – 19 Segera hilang dari
muka bumi ini dan Penulis mengimbau kepada seluruh Guru SMP PGRI 6
Surabaya dan siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya
Serta Seluruh Masyarakat selalu memakai masker, serta sarung tangan dimanapun berada termasuk jika ada di sekolah
untuk melaksanakan piket serta beliau
meminta untuk selalu cuci tangan , agar tubuh kita terbebas dari
COVID – 19 tersebut , sehingga harapannya agar COVID – 19 Segera hilang dari
kota Surabaya , apalagi setelah ini akan memasuki Lebaran, Sehingga bisa lebaran
dengan aman dan nyaman bersama keluarga .
#Tantangan Guru Siana
# dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar