Sabtu, 21 September 2019

“ SIAPKAN FISIK Dan Mental Dalam Menghadapi KEJUARAAN “













“ SIAPKAN FISIK Dan Mental  Dalam Menghadapi KEJUARAAN “
- Bagi sebagian orang, olahraga di pagi hari mungkin bukanlah pilihan utama, tapi tahukah Anda bahwa waktu terbaik untuk olahraga memang di pagi hari, karena memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Para atlet pun memilih untuk latihan di pagi hari, karena menyadari manfaat maksimal yang didapatkan. Samantha Clayton, Director of Worldwide Fitness Education Herbalife Nutrition mengatakan, rutin olahraga pagi akan mempengaruhi kinerja tubuh dan sikap dan prilaku sehari-hari. Bangun pagi saja sudah membutuhkan usaha dan disiplin untuk melakukan kebiasaan ini adalah kunci untuk menjadi atlet yang sukses. "Pagi hari adalah waktu di mana tubuh kita bekerja atau berfungsi secara optimal setelah beristirahat di malam hari. Kinerja tubuh kita akan menjadi lebih efektif dan efisien," ujar perempuan yang menjadi pelatih pribadi mega bintang sepak bola dunia, Cristiano Ronaldo ini. Samantha menambahkan bahwa sangat banyak alasan untuk tidak melakukan olahraga. Namun dengan membiasakan diri melakukan olahraga pagi, maka lambat laun, tubuh akan terbiasa aktif yang diikuti dengan meningkatkan kinerja tubuh yang optimal. "Olahraga sedikit saja akan lebih baik dibanding tidak melakukannya sama sekali. Pastikan Anda meluangkan waktu untuk melakukan olahraga beberapa waktu setiap hari. Berusaha untuk konsisten melakukannya dan jangan biarkan tekad anda kalah oleh berbagai alasan,” tambah dia. Samantha pun membagikan lima manfaat kesehatan olahraga di pagi hari.
1. Fokus
Olahraga pagi akan membantu Anda untuk fokus pada apa yang akan dicapai hari ini. Anda akan mendapatkan pikiran yang jernih dari jogging yang pada gilirannya membuat Anda menemukan ketenangan dan kedamaian untuk merencanakan hari. Cobalah luangkan waktu Anda untuk olahraga di pagi hari.

2. Jadikan Prioritas
Banyak orang telah merencanakan olahraga pagi, tapi tak pernah terlaksana dengan alasan tak cukup waktu. Samantha mengatakan, hal ini terjadi karena mereka tak pernah menjadikan olahraga sebagai prioritas. Maka dari itu, bangunlah lebih pagi dan mulai hari Anda dengan olahraga sebagai prioritas. Dengan cara ini Anda akan terbiasa bekerja dengan skala prioritas.
3. Perbaiki Mood
Olahraga dapat memicu tubuh untuk mengeluarkan hormon endorfin atau hormon yang membantu menimbulkan rasa senang. Olahraga di pagi hari akan memicu perasaan senang, yang pada gilirannya akan berdampak pada hidup anda dan orang-orang yang akan anda temui sepanjang hari.
4. Meningkatkan rasa percaya diri
Rencanakan dan tentukan target harian olahraga Anda. Keberhasilan dalam memenuhi target olahraga akan membantu Anda untuk membangun kepercayaan diri.
5. Pikirkan Manfaat Untuk Tubuh
Olahraga pagi dapat membantu Anda untuk membakar lemak lebih banyak. Memulai hari dengan olahraga juga membantu meningkatkan metobolisme dan mendorong tubuh untuk menggunakan energi guna meregenerasi sel-sel tubuh.
Selain itu, olahraga ringan juga membantu meningkatkan resting metabolic rate (RMR) atau tingkat pembakaran kalori selama istirahat dan melakukan aktifitas ringan. Hal tersebut membuat tubuh anda lebih efisien dalam membakar kalori.
Dalam mempersiapkan Tim Drumband Yang Bagus , Pada Hari Minggu 22/9/2019 Sebanyak 34 Tim Drumband “ CERIA NADA AL-IKHLAS Surabaya melakukan latihan Jalan mulai dari Sekolahan Sampai Ke  Jembatan Suramadu Surabaya , Selesai dari Jembatan Suramadu Seluruh TIM CERIA NADA AL-IKHLAS Surabaya Di Traktir di belikan Soto Daging Semua Oleh Bapak H. HARTONO , B.A Selaku  Pembina Yayasan Pendidikan AL-IKHLAS Semampir Surabaya , Dalam Kesempatan tersebut Juga Bapak H. HARTONO , B.A Membelikan Nasi Soto Daging adalah Tasyakuran Ulang Tahun Beliau Yang Ke – 66 Tahun , Serta Menurut Bapak H. HARTONO , B,A Anak Anak TIM Drumband CERIA NADA AL-IKHLAS Surabaya Di belikan SOTO DAGING Agar Semangat Dalam LATIHAN , Hal Ini Sebagai Reward Kepada Peserta Didik , Karena mereka sudah meluangkan waktu tenaga dan pikiran di hari libur yang harus nya di gunakan kumpul dengan keluarga , tetapi di gunakan untuk olah raga latihan

“ SIAPKAN GENERASI EMAS 2045 Melalui Peningkatan SPMI”














“ SIAPKAN GENERASI EMAS 2045 Melalui Peningkatan SPMI”
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud mendorong setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMI) agar dapat mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Adapun yang menjadi payung hukumnya  adalah Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah.  Pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan." Lalu pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI-Dikdasmen adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan." Menurut saya, agar implementasi SPMI dapat berjalan sukses, ada  8 (delapan) kunci yang perlu dilakukan. Pertama, Sosialisasi SPMI kepada Warga Sekolah. Hal ini bisa dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD), fasilitator daerah (pengawas), kepala sekolah, atau Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Sekolah-sekolah yang sibuk melakukan SPMI hanya sekolah yang berlabel sebagai "sekolah model" SPMI saja, sedangkan sekolah-sekolah yang tidak "bertatus" sebagai sekolah model kurang peduli melakukan SPMI. Bahkan nama SPMI pun masih asing di telinga mereka. Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang belum mengenal SPMI harus mendapatkan sosialisasi. Bentuk sosialisasi antara lain dalam bentuk tatap muka seperti seminar, In House Training (IHT), Workshop, atau penyebaran informasi baik secara tertulis maupun melalui media audio visual melalui media sosial. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah model pun memiliki lima sekolah imbas agar "virus"  penjaminan mutu dapat semakin banyak menyebar. Adanya program pengimbasan disamping dapat mempercepat dan memperluas implementasi SPMI, juga dapat membantu peran pemerintah dalam menyosialisasikan SPMI. Ruang lingkup sosialisasi antara lain; latar belakang, tujuan, sasaran, hasil yang diharapkan, mekanisme, siklus dan tahapan SPMI, dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan. Kedua, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat. Maksud kuat disini bukan otoriter, tapi kuat dari sisi visi, kompetensi, dan komitmennya dalam mengimplementasikan SPMI. Kepala Sekolah merupakan pemimpin sekaligus lokomotif perubahan di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Dalam konteks implementasi SPMI, kepala sekolah diharapkan menjadi penggerak utama, mendorong, memotivasi, bahkan memberikan contoh kepada semua pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan kewenangan yang dimilikinya, kepala sekolah dapat mengomandoi pembentukan TPMPS, menyusun tupoksi dari TPMPS, menyusun komitmen semua warga sekolah dalam melaksanakan SPMI, memberikan pembinaan, arahan, dan pengawasan agar SPMI dapat berjalan dengan baik. Walau demikian, kepala sekolah tentunya tidak one man show, tetapi memberdayakan semua sumber daya manusia yang ada di sekolah. Kepala sekolah juga perlu mewujudkan dirinya sebagai pemelajar agar kompeten dan menguasai seputar masalah SPMI, karena sebagai pemimpin, dia wajib memberikan arahan dan bimbingan seputar implementasi SPMI.  Dia pun perlu mendengarkan berbagai aspirasi dan harapan dari para stafnya berkaitan dengan berbagai program yang perlu dilakukan untuk menyukseskan SPMI, karena kesuksesan SPMI tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi memerlukan team work. Dengan kata lain, kepemimpinan transformatif dan manajemen perubahan harus diwujudkan oleh kepala sekolah jika SPMI ingin sukses diimplementasikan. Ketiga, perubahan paradigma warga sekolah. Pelaksanaan SPMI memerlukan perubahan paradigm semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf administrasi, hingga petugas lapangan. Jika selama ini sulit berubah, karena sudah berada di zona nyaman, maka mind set tersebut perlu diubah secara bertahap. Tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks dan dinamis perlu dijawab dengan peningkatan kualitas satuan pendidikan. Apalagi Indonesia saat ini dihadapkan pada misi besar menyiapkan generasi emas tahun 2045. Warga sekolah yang kurang peduli terhadap budaya mutu perlu dirangkul dan diajak untuk mulai peduli dan berpartisipasi dalam implementasi SPMI. Hal ini tentunya bukan hal yang mudah. Kepala sekolah atau TPMPS akan dihadapan pada sikap apatis atau sikap acuh tak acuh terhadap program yang dilaksanakan oleh sekolah. Mungkin saja ada yang beranggapan bahwa SPMI hanya menjadi beban baru bagi mereka yang merasa sudah dibebani oleh beragam administrasi sekolah. Perlu ditegaskan bahwa SPMI bukanlah tumpukan administrasi, tetapi pola pikir, saling keterkaitan dan kesatuan dari beragam elemen pendukung peningkatan mutu dalam rangka mencapai SNP. Adapun tumpukan administrasi merupakan  pedoman, Prosedur Operasional Standar (POS), bukti fisik, atau dokumentasi dari program atau kegiatan yang telah dilakukan. Warga sekolah yang belum paham dan sadar terhadap pentingnya penjaminan mutu perlu terus dibina dan diberikan pemahaman. SPMI bukan beban tetapi sebuah proses untuk membantu sekolah meningkatkan mutunya secara bertahap dan berkelanjutan. SPMI bukan hanya sekedar menjalankan kebijakan pemerintah atau perintah atasan, tetapi menjadi sebuah kebutuhan bagi sekolah untuk mencapai SNP. Keempat, komitmen dari TPMPS dan warga sekolah. Komitmen mudah diucapkan, tetapi kadang sulit untuk diucapkan. Komitmen muncul dari kepedulian, tanggung jawab, dan rasa memiliki. Komitmen juga muncul dari rasa ikut dilibatkan dalam sebuah program atau kegiatan.  Oleh karena itu, kepala sekolah harus melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Komitmen juga dibangun dari keteladanan kepala sekolah, karena jika kepala sekolahnya kurang berkomitmen dalam mengimplementasikan SPMI, bagaimana dengan para guru stafnya? Hampir dipastikan komitmen mereka pun akan rendah. Biasanya sekolah membuat spanduk yang berisi komitmen untuk mengimplementasikan SPMI dan ditandatangani oleh semua warga sekolah, tetapi hal itu belum cukup. Komitmen bukan hanya tertera pada untaian kata-kata indah yang ada pada spanduk, tetapi yang lebih penting adalah pada sejauhmana pada pelaksanaannya dan disertai dengan bukti-bukti pendukungnya. Dalam perjalanannya, komitmen bisa naik dan bisa turun. Tergantung situasi dan kondisi. Di awal-awal implementasi SPMI, komitmennya biasanya tinggi. Semangat ber-SPMI menggema, SPMI menjadi euforia.  Setelah komitmen terbentuk, maka yang diperlukan adalah "merawat" komitmen tersebut. Dan hal tersebut tidak mudah. Perlu keseriusan dari kepala sekolah dan TPMPS. Sikap saling mengingatkan diperlukan untuk "merawat" komitmen tersebut. Sekolah biasanya memiliki grup WA sebagai sarana penyebaran informasi dan komunikasi termasuk yang berkaitan dengan SPMI. Cara "merawat" komitmen tidak harus selalu dilakukan dengan cara yang formil, satu arah, dan kaku, tetapi bisa dilakukan melaui cara yang santai tetapi serius seperti melalui acara ngopi bareng, makan bersama, piknik, atau acara capacity building bagi semua warga sekolah. Kelima, berjiwa pemelajar. Agar SPMI bisa dipahami dengan baik, maka semua warga sekolah harus mau menjadi pemelajar atau harus literat. Mereka harus mau membaca berbagai perangkat perundang-undangan yang berkaitan dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP), petunjuk implementasi SPMI, siklus dan tahapan SPMI, format-format yang diperlukan dalam implementasi SPMI, dan sebagainya. Sekolah dapat memfasilitasi atau menyediakan berbagai sumber informasi yang diperlukan, mencetaknya, atau menyebarkannya melalui e-mail atau grup WA. Selain itu, juga bisa melalui diskusi yang diselenggarakan oleh TPMPS, atau melakukan studi banding ke sekolah lain yang telah "mapan" dalam mengimplementasikan SPMI. Keenam, memahami setiap tahapan SPMI. Hal ini pada dasarnya dengan jiwa pemelajar dan tingkat literasi warga sekolah dalam mengimplementasikan SPMI, hanya lebih teknis. Siklus SPMI terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) pemetaan mutu, (2) penyusunan rencana pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan pemenuhan mutu, (4) monitoring dan evaluasi, dan (5) penyusunan strategi pemenuhan mutu baru. Setiap tahapan tersebut perlu dipahami dengan baik oleh TPMPS. Pemetaan mutu bisa dalam bentuk pengisian intrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) atau pengisian instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP). Rencana pemenuhan mutu mengacu kepada hasil pemetaan mutu dan menganut skala prioritas, lalu dimasukkan ke dalam program sekolah jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang, Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Sekolah (RKS), dan Rencana Kerja dan Anggaran  Sekolah (RKAS).
Dalam menyiapkan Sekolah Unggul Dan Generasi Emas , SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan Yang Terletak Di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , Pada  Hari Sabtu 21/9/2019 Mengikuti kegiatan Workhsop SPMI Tahun 2019 Yang Di adakan di SMP ISLAM AL AZHAR 13 Surabaya, Dalam kesempatan tersebut SMP PGRI 6 Surabaya  menjadi Sekolah Imbas Model dari SMP NEGERI 29 Surabaya bersama dengan SMP NEGERI 30 , SMP NEGERI 45 , SMP ISLAM AL AZHAR 13, SMP NEGERI 49 Surabaya, Dalam Kesempatan tersebut di damping Fasilitator Daerah yaitu  Bapak Drs. ADJI SUHARKO , M.Pd Di dampingi Oleh  Drs. SUGENG JOKO WARSITO , M.Pd, Dalam Kesempatan tersebut Bapak Drs. ADJI SUHARKO , M.Pd   Meminta kepada Sekolah Imbas untuk melakukan Presentasi Kegiatan SPMI Tersebut , Dalam Kesempatan Ini SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan mempresentasikan Tentang kegiatan Pelatihan Media Pembelajaran Dengan Sumber Belajar Kemdikbud yang sudah dilaksanakan Di SMP PGRI 6 Surabaya (16/9/2019 ) di ikuti Sebanyak 13 Guru. Dalam Kesempatan ini Tim Penjamin Mutu dari SMP PGRI 6 Surabaya adalah  Bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Bapak H. BANU ATMOKO , .SPd , Ibu DINA AYU SEPTYARINI , S.Pd Serta Ibu YENI EKA PRAWISTA , .SPd. Menurut Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Bapak H. BANU ATMOKO , S.Pd bahwa beliau berharap  agar dari Hasil Rapot Mutu di SMP PGRI 6 Surabaya dapat di ketahui Brand yang Layak di Jual Kepada masyarakat , Serta Dalam hal ini Juga Mempersiapkan Tahun 2045 Menjadi Tahun Generasi Emas .


Jumat, 20 September 2019

Jangan Remehkan Aturan Rambut Siswa!



































Jangan Remehkan Aturan Rambut Siswa!

Disiplin adalah suatu sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk taat dan bisa mengendalikan diri, agar tetap mematuhi aturan yang telah dibuat atau disepakati. Disiplin merupakan suatu sikap atau perlaku yang tentunya diharapkan oleh banyak orang, khususnya orang berpendidikan. Tentunya disiplin sangat dibutuhkan karena dapat membantu suatu kegiatan agar dapat berjalan dengan lancer sesuai yang diharapkan. Tentu disiplin tidak lepas dari aturan, norma, prosedur, organisasi, kerja sama, hukuman, dan lain sebagainya. Untuk menaklukkan kuasa kemauan di dalam diri sendiri. , Agar seseorang dapat menjadi pemerintah atas dirinya sendiri. Untuk memperbaiki berbagai kebiasaan seseorang. Untuk mengajarkan menghormati orang tua dan Ilahi. Penurutan atas dasar prinsip, bukan paksaan. Untuk menciptakan dan mengembangkan suatu keteraturan dalam berbagai tindakan manusia. Untuk memberikan sasaran tertentu yang ingin dicapai sekaligus membatasi cakrawala. bahwa materi ajar akan gampang dipahami oleh para siswa jika otak mereka berada pada gelombang alfa. Apapun itu istilahnya, yang saya juga tidak begitu paham, otak dengan gelombang alfa adalah keadaan ketika otak masih segar dan siap menerima informasi apapun. Gampangnya, gelombang alfa mungkin bisa digambarkan dengan kondisi otak di pagi hari, selesai mandi, fresh, dengan catatan tidak ada beban pikiran. Ketika itulah, apapun yang diajarkan kepada siswa akan efektif. Semakin banyak tekanan, semakin tidak mendukung lingkungan, semakin tidak baik hubungan guru-murid, makasemakin jauh otak dari posisi gelombang alfa, dan semakin susah informasi masuk ke otak siswa. Jika Anda pernah melihat guru/trainer melakukan brain storming, meminta berdiri, merentangkan tangan, menarik nafas yang dalam dan melepaskannya secara perlahan, itu adalah strategi-stretegi untuk mengembalikan otak ke gelombang alfa. Selain guru harus berusaha menempatkan siswa pada gelombang alfa, guru juga harus berhasil mengatasi hal-hal distruktif, diantaranya otak reptil. Apa pula itu otak reptil? Otak reptil adalah bagian otak manusia yang menumbuh-dan-kendalikan daya berontak manusia. Ini bukan sesuatu yang jahat, karena manusia memang memiliki segudang paradoks, antara sifat alami yang lembut dan penuh empati pada satu sisi tetapi memiliki potensi perlawanan pada sisi lain. Kedua sisi, kelembutan dan perlawanan, dibutuhkan dalam hidup; tergantung situasi apa yang dihadapi. Dalam konteks proses belajar mengajar, jika seorang murid melakukan perlawanan atau pembangkangan terhadap guru, maka ketika itu otak reptilnya sedang bekerja. Entah bagaimana hubungannya dengan gelombang alfa tadi, yang pasti, ketika otak reptil bekerja, otak tidak pada posisi alfa. Artinya, ketika ada resistensi dari siswa terhadap guru, materi ajar tidak akan bisa ia mengerti. Bukan hanya pada siswa, jika suatu ketika dalam proses belajar-mengajar otak reptil guru bekerja, maka tidak akan bisa ia memberikan pengajaran yang baik bagi siswa. Lebih parah lagi ketika keduanya beradu kuat dengan otak reptil masing-masing, tidak ada pendidikan, yang ada hanyalah saling melawan. Dengan adanya kedua potensi ini, maka guru bisa memaksimalkan waktu dalam pengajarannya dengan mengondisikan siswa pada gelombang alfa dan menundukkan otak reptilnya. Namun begitu, hal sebaliknya juga bisa terjadi. Hal-hal tertentu akan sangat mungkin merangsang bekerjanya otak reptil siswa. Misalnya ketika siswa melihat gurunya tidak adil terhadap siswa; lunak ke beberapa siswa dan keras pada sebagian lainnya; ketika mereka melihat gurunya tidak disiplin waktu, sementara siswa yang datang terlambat dihukum menyiram bunga; ketika ada peraturan ketat tentang ukuran rambut siswa laki-laki, sementara guru bebas-bebas aja tuh. Ketika itu terjadi, kegiatan belajar-mengajar sia-sia. Saya ingat sekali, ketika itu trainer-nya berkata, “Jangan pernah pancing otak reptil anak!” Contoh yang paling menarik bagi saya terkait pernyataan tersebut adalah peraturan rambut. Mungkin ini tidak asing. Siapapun di Indonesia ini tahu, bahwa siswa laki-laki tidak boleh memiliki rambut gondrong. Bukan, gondrong terlalu jauh, mungkin dibahasakan ‘panjang’ aja, meskipun kata ini masih sangat abu. Beberapa sekolah mungkin sangat ketat, “Ukuran rambut siswa laki-laki adalah 1/5 cm di bawah, 1 cm di pinggir, dan 3 cm di atas.” Apakah ini sekolah militer? Bukan. Sekolah sipil biasa. Termasuk madrasah tempat saya belajar, tentu saja. Tapi itu titik ekstrimnya, saya kira. Masing-masing sekolah memiliki modelnya masing-masing. Beberapa ketat dan pendek, beberapa lainnya cukup longgar. Mengapa peraturan ini menarik? Saya tidak melihat aturan lain yang menyentuh semua kategori siswa, baik siswa pintar, bodoh (menggunakan paradigma status quo), disiplin, telatan, rapi, urakan, atau patuh dan pembangkan, selain aturan rambut ini. Kasus PR mungkin hanya siswa-siwa urakan dan tidak disiplin yang menjadi masalah. Masalah telat? Yang tidak disiplin tentu saja. Siswa patuh tidak akan bermasalah dengan kedua contoh pelanggaran di atas. Kasus aksesori baju yang tidak lengkap atau berlebihan? Hanya menyentuh siswa urakan. Yang pintar, disiplin, rapi? No problem. Tapi kasus rambut, ini berlaku umum. Baik yang pintar, yang patuh, atau yang urakan dan pembangkang, semua kena, secara umum. Saya mengajukan pertanyaan, mengapa harus ada peraturan tentang rambut ini, bahkan hingga batasan yang ekstrim? Kerapian? Secara mungkin sekilas begitu. Murid seharusnya tampil rapi. Akan tetapi, mengapa rambut siswa yang cenderung rapi, tidak bisa disebut panjang, meskipun juga tidak pendek, tetap saja dihukum potong secara sembarangan (terutama menjelang ujian, peraturannya semakin ketat)? Kepatuhan? Bisa jadi. Siswa yang patuh seharusnya mengikuti peraturan yang ditetapkan sekolah, termasuk masalah rambut. Jika demikian, mengapa harus rambut? Ada banyak kriteria lain yang bisa dijadikan tolok ukur selain rambut. Lagi pula, sekolah bukan mencetak orang patuh. Sekolah ada untuk memaksimalkan potensi manusia. Ketika peraturan rambut diberlakukan dengan begitu ketat, dengan alasan yang tidak masuk akal, maka yang diajarkan di sini hanyalah kepatuhan buta. Bukan itu maksud dari sebuah sekolah. Sekolah bukan barak prajurit. Terkait dengan gelombang alfa dan otak reptil di atas, saya mengkhawatirkan bahwa peraturan rambut ini tidak ada fungsinya selain untuk merangsang pertumbuhan otak reptil siswa. Mungkin guru berniat baik, untuk membiasakan hidup rapi dan mengajarkan makna kepatuhan, akan tetapi ‘konsep kerapian’ dan ‘kepatuhan’ sendiri dicederai, dan yang ada hanyalah merangsang aktifnya otak reptil siswa. Lebih berbahaya lagi, peraturan ini bukan hanya memiliki efek kecil bagi sebagian siswa, melainkan pada siswa secara umum. Dengan demikian, peraturan rambut justru menjadi instrumen yang menghalangi efektifnya proses belajar-mengajar. Peraturan rambut justru menciptakan situasi yang tidak mendukung untuk pendidikan. Peraturan rambut hanya memaksimalkan potensi kebengalan siswa. Mengenai kepatuhan buta, peraturan rambut ini memiliki efek yang lebih permanen dalam pertumbuhan mental siswa. Ketika mereka melihat rambut mereka rapi, tapi masih dipotong sembarangan, dengan alasan kepatuhan, artinya mereka dipaksa untuk menerima sesuatu yang bagi mereka tidak masuk akal. Dengan demikian, siswa diajarkan untuk bereaksi terhadap sesuatu meskipun mereka tidak memahaminya. Jika siswa tumbuh dengan mental seperti ini, mereka tidak akan mampu menjadi pemimpin di esok hari. Pemimpin tidak bisa bertindak sembarangan; ia harus menyadari betul dengan apa yang ia putuskan. Mereka juga akan dengan gampang dipengaruhi dan diadu-domba. Semua karena mereka telah dipaksa semenjak dini untuk bertindak dan bereaksi melawan kesadaran diri sendiri.
Dalam menerapkan DISIPLIN Dan Kerapian Bagi Peserta Didik Di SMP PGRI 6 Surabaya  Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan Yang Terletak Di  Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , Pada Hari JUM’AT 20/9/2019 Tim TATIB SMP PGRI 6 Surabaya Yang Terdiri Dari Ibu MEI KURNIATUL ADAWIYAH , S.Pd , Ibu YENI EKA PRAWISTA , S.Pd , Ibu YUNI ISMARYATI  S.Pd , Bapak ACHMAD SYAIFUDDIN , .SH. I , Sedang melakukan SIDAK Ke Kelas – Kelas Mulai Kelas 7 – 9 SMP PGRI 6 Surabaya , Serta SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Kelas 1- Kelas 6 , Dimana TIM TATIB SMP PGRI 6 Surabaya memeriksa Rambut – Rambut Peserta Didik SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Yang panjang. . Menurut Ibu YUNI ISMARYATI , .SPd Selaku Guru BK Mengatakan bahwa Tujuan dari kegiatan ini adalah agar Rambut dari Siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya tampak rapid an rajin , sehingga pada saat di luar masyarakat  tidak mencemooh siswa dengan rambut panjang. , Sedangkan Menurut Ibu MEI RATNA SUSANTI , S.Si mengatakan bahwa  materi ajar akan gampang di pahami , jika otak mereka pada gelombang Alfa, Jadi di harapkan setelah di Potong rambut ini bisa membuat Anak Anak Lebih bisa menerima Pelajaran dengan mudah dan Membuang Sengkala .