Jumat, 05 Desember 2025

SMP PGRI 6 Surabaya: Tumbuhkan Empati, Ulurkan Bantuan untuk Korban Sumatera dan Aceh Di salurkan Melalui YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

 SMP PGRI 6 Surabaya: Tumbuhkan Empati, Ulurkan Bantuan untuk Korban Sumatera dan Aceh Di salurkan Melalui

YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

 

Kepedulian sosial adalah pilar penting dalam membentuk karakter generasi muda. Nilai inilah yang selalu ditanamkan oleh SMP PGRI 6 Surabaya kepada seluruh siswa/siswi dan tenaga pendidiknya. Hal ini terwujud nyata dalam aksi kemanusiaan baru-baru ini, di mana keluarga besar SMP PGRI 6 dengan sigap menggalang dana dan sumbangan untuk membantu korban bencana alam yang melanda wilayah Sumatera dan Aceh.Begitu kabar duka mengenai bencana alam yang menimpa saudara-saudara di Sumatera dan Aceh tersiar, Kepala Sekolah, guru, dan seluruh staf SMP PGRI 6 segera berkoordinasi untuk merancang kegiatan penggalangan dana. Kegiatan ini bukan sekadar upaya mengumpulkan donasi, melainkan menjadi momen edukatif untuk menumbuhkan rasa empati dan solidaritas di kalangan siswa.Siswa/siswi SMP PGRI 6 menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Mereka tidak hanya menyisihkan uang saku, tetapi juga berinisiatif melakukan berbagai cara kreatif untuk mengumpulkan sumbangan:

Dalam mewujudkan kepedulian  kepada saudara kita  sekolah Inspirasi SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Keurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Pada Hari  Jum’at 5/12/2025 bertepatan dengan Jum’at berkah dilakukan Penggalangan DONASI Untuk SUMATERA Dan ACEH Dalam kesempatan ini Para siswa berpartisipasi dengan kesadaran penuh, memahami bahwa jarak yang memisahkan Surabaya dengan Sumatera dan Aceh tidak menjadi penghalang untuk mengulurkan tangan. "Meskipun jauh, mereka adalah saudara kita. Sedikit dari kita, berarti banyak bagi mereka," ujar salah satu perwakilan siswa Yaitu ANGGELINA RAMADHANI Siswi Kelas 9 SMP PGRI 6 Surabaya

Kepedulian ini juga tercermin dari dedikasi para guru dan karyawan. Selain memberikan donasi personal, para pendidik ini berperan sebagai motor penggerak dan fasilitator utama aksi kemanusiaan ini:

1) Mengorganisir Logistik: Guru-guru bahu-membahu mengorganisir dan mendata sumbangan yang masuk, memastikan semua tercatat dan siap disalurkan.

 

2) Edukasi Bencana: Dalam kegiatan belajar-mengajar, beberapa guru menyelipkan materi tentang mitigasi bencana dan pentingnya menjadi warga negara yang peduli terhadap sesama.

3) Koordinasi Penyaluran: Para guru berkoordinasi dengan lembaga penyalur bantuan yang terpercaya untuk memastikan sumbangan dari SMP PGRI 6 sampai tepat sasaran ke lokasi-lokasi terdampak di Sumatera dan Aceh.

Dalam waktu singkat, melalui gabungan kontribusi   dari siswa SMP PGRI 6 Surabaya Sebesar Rp.323.000 Kontribusi Dari Siswa SDS AL IKHLAS Surabaya sebesar Rp 260.000, Serta guru- Guru  dan karyawa SMP PGRI 6  Dan SDS AL IKHLAS Surabaya berhasil mengumpulkan sejumlah dana Rp 290.000

 

Sumbangan yang terkumpul telah disalurkan melalui YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH Surabaya ( YDSF Surabaya )

Penulis  yang juga Kepala Sekolah SMP PGRI 6 Sekaligus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan MAHASISWA S2 RPL UNESA Jurusan MANAJEMEN PENDIDIKAN Kelas E , dalam sambutannya saat penyerahan donasi, menekankan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari kurikulum karakter sekolah. "Kami tidak hanya mencetak siswa berprestasi akademik, tetapi juga siswa yang memiliki hati nurani dan rasa tanggung jawab sosial. Guru adalah teladan pertama bagi anak-anak," ungkapnya.

Aksi kepedulian ini meninggalkan pesan mendalam: bahwa semangat gotong royong dan kemanusiaan tetap menyala terang di tengah masyarakat, bahkan dimulai dari lingkungan sekolah. Keluarga besar SMP PGRI 6 Surabaya berharap, bantuan yang mereka berikan dapat meringankan beban serta menguatkan semangat saudara-saudara di Sumatera dan Aceh untuk segera bangkit dan pulih.

Penulis

BANU ATMOKO

Kepala SMP PGRI 6 Surabaya , Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan Mahasiswa S2 RPL MANAJEMEN Pendidikan UNESA Kelas E

Email : 24010845144@mhs.unesa.ac.id 

NO HP 083857963098

 








Kamis, 04 Desember 2025

MKKS SMP Swasta Surabaya Utara: Ketika Kepala Sekolah Bukan Sekadar Kolega, Melainkan Keluarga

 MKKS SMP Swasta Surabaya Utara: Ketika Kepala Sekolah Bukan Sekadar Kolega, Melainkan Keluarga

 

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Surabaya Utara telah membangun fondasi yang jauh lebih kokoh dari sekadar forum koordinasi pekerjaan. Di tengah persaingan sekolah yang ketat dan tantangan birokrasi, para kepala sekolah di wilayah ini memilih untuk mengikatkan diri dalam sebuah ikatan yang lebih mendalam: ikatan keluarga. Prinsip bahwa "sakit juga bagian dari MKKS" adalah manifestasi nyata dari filosofi ini, menegaskan bahwa tidak ada kepala sekolah yang berjuang sendirian. Sebagai kepala sekolah swasta, peran mereka sangatlah kompleks—dari penentu kebijakan, manajer anggaran, hingga pahlawan saat akreditasi. Namun, dalam konteks MKKS Surabaya Utara, peran ini bertambah: mereka adalah anggota keluarga.

1) Saling Mengisi Kekurangan (Caring): MKKS berfungsi sebagai safety net emosional dan profesional. Ketika satu sekolah "sakit" atau menghadapi ancaman (misalnya kekurangan murid, kesulitan keuangan, atau tantangan akreditasi), anggota lain tidak tinggal diam.

Contoh Nyata: Sekolah yang sukses akreditasi menjadi mentor bagi yang sedang mempersiapkan diri, seperti praktik review silang dokumen yang memastikan kelengkapan dan validitas bukti. Ini adalah bentuk nyata kakak membantu adik dalam keluarga besar MKKS.

 

2) Solidaritas dalam Advokasi (Protecting): Tantangan besar sekolah swasta, seperti isu Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) yang adil atau kekhawatiran atas pembangunan sekolah negeri, seringkali terasa menekan. Sebagai sebuah keluarga, MKKS Surabaya Utara bersuara satu. Mereka membawa keluhan dan aspirasi ke pihak legislatif dan eksekutif (seperti yang dilakukan saat bertemu DPRD), memastikan suara sekolah swasta didengar dan diperjuangkan.

3) Kebersamaan dalam Pengembangan Kompetensi: Program-program kerja MKKS, seperti pelatihan manajerial, desain pembelajaran kreatif, atau seminar peningkatan kompetensi guru (misalnya pelatihan "Guru Sebagai Konselor"), bukanlah sekadar program formal. Ini adalah sesi belajar bersama dan tumbuh bersama. Kepala sekolah saling memotivasi dan memastikan bahwa tidak ada anggota keluarga yang tertinggal dalam inovasi pendidikan.

 

Makna Mendalam "Sakit Juga Bagian dari MKKS"

Ungkapan ini adalah pilar etos kerja mereka. Ini berarti:

1. Empati di Atas Kinerja: Masalah pribadi, kesehatan, atau kesulitan manajerial seorang kepala sekolah diakui dan direspons dengan kepedulian yang tulus, bukan hanya dengan saran profesional. Ada dukungan moral dan spiritual yang diberikan oleh rekan-rekan.

2. Gotong Royong Sumber Daya: Jika ada sekolah yang kekurangan infrastruktur atau SDM, pooling sumber daya dan keahlian antar anggota MKKS dilakukan secara sukarela, mengeliminasi perasaan bersaing.

3. Persatuan dan Kepercayaan: Karena kepala sekolah dianggap sebagai keluarga, terbangun tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini mempermudah mereka untuk berbagi masalah yang sangat sensitif (misalnya masalah keuangan) tanpa takut dihakimi atau dimanfaatkan.

 Penulis yang juga Kepala Sekolah Inpirasi SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Sekaligus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Yang Juga MAHASISWA S2 RPL MANAJEMEN PENDIDIKAN Kelas E UNESAPada hari Kamis 4/12/2025 Bersama Teman - teman Kepala SMP Swasta Surabaya  Utara yaitu CUCUN AGUSTIYO NUSANTARA ,S.Pd , MIFTAHUL ARIF ,S.Si. H. ALAIKAR ROCHIM ,S.Ag , Ag. ARI BUDI CAHYANTO, S.Ag., M.M.Muhamad Bagus Solichin , SUPARMANTO ,SE , Chusnul Yakin ,S.Ag Dan Ibu HENTRI POERWIDIJATI S.H  Pada pukul 11.00 SAUDARA KITA BAPAK JUNAIDI ,S.Ag ( Kepala SMP AL IKHLAS Surabaya ) Yang Lagi TERBARING Di  LANTAI 2 RUANG UNGARAN   RUMAH SAKIT   Eka Husada  Jl. Raya Menganti, Sidomulyo, Sidojangkung, Kec. Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61174

Di RUANG UNGGARAN LANTAI 2  Bapak / Ibu Kepala SMP Swasta Suraabya Utara Menghibur Bapak JUNAIDI ,S.Ag yang lagi terbaring   Di KASUR , Di AKHIR Sebelum Pulang Bapak H. ALAIKAR ROCHIM ,S.Ag Menutup dengan Doa UNTUK Kesembuhan Saudara   Kita Bapak JUNAIDI ,S.Ag sehingga Bisa AKTIVITAS Kembali Dan Semoga Keluarga Besar MKKS SMP Swasta Utara Di berikan kesehatan Lancar rezeki Berkah Barokah Selama nya

Sebelum balik Pulang Oleh Bu HENTRI POERWIDIJATI ,S.H Di ajak makan siang  NASI MADURA Di DAERAH GRAHA SUNAN AMPEL  WIYUNG  Di sana Teman teman Bercanda sambil NGOBROL Sambil Menikmati NASI MADURA Tersebut.

MKKS SMP Swasta Surabaya Utara telah membuktikan bahwa kolaborasi yang efektif dimulai dari hubungan yang humanis. Kepala sekolah di sini adalah profesional yang bersemangat dalam tugasnya, namun juga adalah sosok-sosok yang menjunjung tinggi persahabatan, empati, dan kepedulian. Kata Penulis Yang Juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Sekaligus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan MAHASISWA S2 RPL MANAJEMEN UNESA Kelas E

Di tengah hiruk pikuk tuntutan administrasi dan akademik, mereka berhasil memelihara semangat bahwa setiap sekolah, sebesar atau sekecil apa pun, adalah bagian tak terpisahkan dari keluarga besar pendidikan Surabaya Utara. Inilah model kepemimpinan kolaboratif yang patut ditiru: Kepala sekolah datang sebagai kolega, namun pulang sebagai keluarga.Kata Penulis Yang Juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Sekaligus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan MAHASISWA S2 RPL MANAJEMEN UNESA Kelas E

 

 

"Kekuatan MKKS kami tidak terletak pada seberapa besar sekolah kami, tetapi pada seberapa kuat kami saling berpegangan tangan. Dalam keluarga, kesuksesan satu adalah kebanggaan semua, dan kesulitan satu adalah beban bersama."

Penulis

BANU ATMOKO

Kepala SMP PGRI 6 Surabaya , Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan Mahasiswa S2 RPL MANAJEMEN Pendidikan UNESA Kelas E

Email : 24010845144@mhs.unesa.ac.id

NO HP 083857963098

 





Selasa, 02 Desember 2025

Lebih dari Sekadar Baris-Berbaris: Upacara Bendera sebagai Fondasi Mental dan Karakter Siswa Unggul Di SMP PGRI 6 Surabaya

 Lebih dari Sekadar Baris-Berbaris: Upacara Bendera sebagai Fondasi Mental dan Karakter Siswa Unggul  Di SMP PGRI 6 Surabaya

 

Setiap Senin pagi 1/12/2025 suasana di Sekolah Inspirasi SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah yang /terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , pemandangan yang sama terjadi di hampir seluruh sekolah di Indonesia. Ribuan siswa berdiri rapi di lapangan, mengenakan seragam lengkap, di bawah sorotan matahari pagi. Bagi sebagian siswa, upacara bendera mungkin terasa sebagai rutinitas yang melelahkan—hanya sekadar berdiri, hormat, dan mendengarkan pidato. Namun, jika kita melihat lebih dalam, upacara bendera sesungguhnya adalah "laboratorium karakter" yang paling nyata di lingkungan sekolah. Di balik tertibnya barisan, terdapat nilai-nilai fundamental yang secara perlahan membentuk mentalitas siswa menjadi pribadi yang unggul. Berikut adalah bagaimana upacara bendera membentuk mental dan karakter siswa menjadi unggul:

1. Melatih Kedisiplinan dan Ketahanan Mental

Pondasi utama dari upacara bendera adalah disiplin. Siswa dituntut untuk hadir tepat waktu, mengenakan atribut seragam yang lengkap (topi, dasi, ikat pinggang), dan berdiri tegak pada posisinya masing-masing. Ini bukan sekadar aturan birokrasi, melainkan latihan pengendalian diri (self-control).

a) Ketahanan Fisik & Mental: Berdiri diam dalam posisi sikap sempurna membutuhkan fokus dan ketahanan fisik. Ini mengajarkan siswa untuk tidak mudah mengeluh saat menghadapi situasi yang tidak nyaman.

b) Ketaatan pada Aturan: Mematuhi aturan berpakaian mengajarkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat dan profesional nantinya, ada standar dan norma yang harus dipatuhi demi ketertiban bersama.

 

2. Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan dan Tanggung Jawab

Upacara bendera adalah panggung bagi para petugas upacara untuk belajar memimpin dan bagi peserta untuk belajar dipimpin.

a. Bagi Petugas: Menjadi pemimpin upacara, pengibar bendera, atau pembaca UUD 1945 melatih keberanian tampil di depan umum dan tanggung jawab besar untuk menjalankan tugas tanpa kesalahan. Mentalitas "berani mengambil peran" ini adalah ciri khas siswa unggul.

b. Bagi Peserta: Siswa belajar mendengarkan komando. Ketika pemimpin berteriak "Siap, Grak!", seluruh lapangan bergerak serentak. Ini melatih kepekaan dan responsivitas terhadap instruksi.

 

3. Memupuk Rasa Cinta Tanah Air (Nasionalisme)

Di era globalisasi di mana batas antarnegara semakin kabur, upacara bendera menjadi momen sakral untuk mengingatkan kembali identitas kita sebagai bangsa Indonesia Saat bendera Merah Putih dikerek perlahan diiringi lagu Indonesia Raya, dan saat mengheningkan cipta dilakukan untuk mengenang jasa pahlawan, siswa diajak untuk melakukan refleksi spiritual. Karakter unggul tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akar budaya dan kebanggaan terhadap negaranya. Kesadaran sejarah ini membuat siswa menghargai kemerdekaan yang mereka nikmati hari ini sebagai hasil perjuangan, bukan hadiah.

4. Membangun Kekompakan dan Kebersamaan (Gotong Royong)

Upacara bendera adalah aktivitas kolektif. Keindahan upacara terletak pada keseragaman dan kekompakan. Tidak ada individu yang boleh menonjol sendiri dengan bergerak di luar komando. Hal ini mengajarkan filosofi "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing." Siswa belajar untuk menurunkankan ego pribadi demi terciptanya ketertiban umum. Dalam dunia kerja modern, kemampuan kolaborasi dan teamwork seperti ini seringkali lebih dihargai daripada kemampuan teknis semata.

5. Meningkatkan Daya Konsentrasi

Sesi amanat pembina upacara seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi siswa untuk tetap fokus. Namun, inilah latihan mendengarkan yang efektif. Siswa unggul dilatih untuk menyimak informasi, memilah pesan moral yang disampaikan oleh Bapak/Ibu Guru, dan menerapkannya. Kemampuan untuk tetap tenang dan menyimak di tengah gangguan (panas matahari atau rasa lelah) adalah bentuk latihan konsentrasi yang luar biasa.

Sudah saatnya kita mengubah mindset bahwa upacara bendera hanyalah ritual menjemur diri. Upacara bendera adalah manifestasi pendidikan karakter.

 

Dalam kesempatan ini Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Sekalugus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan MAHASISWA S2 RPL MANAJEMEN PENDIDIKAN UNESA Menyampaikan bahwa Siswa yang unggul lahir dari proses tempaan. Melalui upacara, siswa ditempa untuk menjadi pribadi yang disiplin, tangguh, patriotik, dan mampu bekerja sama. Ketika siswa menjalani upacara dengan khidmat dan sadar makna, mereka sedang menabung aset mental yang akan sangat berguna bagi masa depan mereka sebagai pemimpin bangsa.

Penulis

BANU ATMOKO

Kepala SMP PGRI 6 Surabaya , Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan Mahasiswa S2 RPL MANAJEMEN Pendidikan UNESA  Kelas E

Email :  24010845144@mhs.unesa.ac.id      

NO HP 083857963098










Minggu, 30 November 2025

Membangun Masa Depan Bersama Di SMP PGRI 6 Surabaya : Mengapa Kita Wajib Menghargai Jerih Payah Guru

 Membangun Masa Depan Bersama Di SMP PGRI 6 Surabaya : Mengapa Kita Wajib Menghargai Jerih Payah Guru

 

Ada sebuah pepatah Afrika yang terkenal: "It takes a village to raise a child" (Dibutuhkan satu desa untuk membesarkan seorang anak). Dalam konteks pendidikan modern, "desa" itu adalah sinergi antara orang tua, masyarakat, dan—yang berada di garda terdepan—para guru.Di balik seragam dinas dan ruang kelas, tersimpan ribuan jam kerja keras, kesabaran tanpa batas, dan doa tulus dari para guru demi melihat anak didik mereka sukses. Namun, di tengah dinamika zaman, seringkali apresiasi terhadap profesi mulia ini terlupakan, atau bahkan tergantikan oleh kesalahpahaman Saatnya kita merenung kembali: Menghargai guru bukan sekadar etika, melainkan syarat mutlak bagi kesuksesan anak-anak kita.

Lebih dari Sekadar Mengajar

Seringkali kita berpikir tugas guru hanyalah berdiri di depan kelas dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang. Padahal, realitanya jauh lebih berat dari itu.

1) Beban Administratif dan Akademik: Di luar jam mengajar, guru berkutat dengan persiapan materi, koreksi ujian, hingga laporan administratif yang menumpuk.

2) Peran Ganda: Di sekolah, guru bukan hanya pengajar ilmu. Mereka menjadi orang tua pengganti, psikolog yang mendengarkan keluh kesah siswa, hingga mediator saat terjadi konflik antar teman.

3) Beban Emosional: Guru menghadapi puluhan karakter anak yang berbeda setiap hari. Menjaga kesabaran dan tetap tersenyum di saat lelah adalah perjuangan batin yang luar biasa.

"Guru adalah jembatan. Mereka mengorbankan diri mereka untuk menjadi jalan bagi murid-muridnya menyeberang menuju masa depan yang cerah."

Sinergi Orang Tua dan Guru: Kunci Keberhasilan

Pendidikan tidak berhenti di gerbang sekolah. Anak yang sukses biasanya lahir dari kolaborasi harmonis antara rumah dan sekolah. Ketika orang tua dan semua pihak menghargai guru, dampak positifnya langsung dirasakan oleh anak:

1. Konsistensi Nilai: Jika guru mengajarkan disiplin di sekolah dan orang tua mendukungnya di rumah, anak akan tumbuh dengan karakter yang kuat.

2. Rasa Aman dan Percaya: Ketika anak melihat orang tuanya menghormati gurunya, anak akan merasa aman dan lebih mudah menerima pelajaran. Sebaliknya, jika orang tua sering menjelekkan guru di depan anak, anak akan kehilangan respek terhadap otoritas dan ilmu yang diajarkan.

3. Motivasi Belajar: Guru yang merasa dihargai dan didukung akan mengajar dengan semangat yang berlipat ganda. Energi positif ini akan menular kepada siswa.

Belakangan ini, kita sering mendengar berita tentang orang tua yang berselisih dengan guru karena tidak terima anaknya ditegur atau didisiplinkan. Fenomena ini sangat memprihatinkan. Kita harus menyadari bahwa ketika guru mendisiplinkan siswa, itu adalah bentuk kepedulian, bukan kebencian. Guru ingin membentuk karakter anak agar tangguh dan bermoral. Jika setiap teguran guru dibalas dengan tuntutan hukum atau amarah, kita sedang menciptakan generasi yang manja dan anti-kritik.

Apa yang bisa kita lakukan?

1) Tabayyun (Klarifikasi): Jika anak mengadu tentang kejadian di sekolah, dengarkanlah, namun jangan langsung emosi. Hubungi guru atau sekolah untuk mendengar cerita dari sisi lain. Seringkali ada kesalahpahaman dalam penyampaian anak.

2) Dukung Otoritas Sekolah: Percayakan metode pendidikan kepada sekolah. Jika ada yang kurang pas, sampaikanlah dengan cara yang santun dan konstruktif melalui jalur yang benar.

3) Ucapkan Terima Kasih: Hal sederhana seperti ucapan "Terima kasih, Bapak/Ibu, sudah membimbing anak saya" memiliki dampak psikologis yang luar biasa bagi semangat seorang guru.

Dalam kesempatan ini Penulis yang juga Kepala Sekolah Inspirasi SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Yang Terletak Di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir  Yang Juga Sekaligus MAHASISWA S2 RPL MANAJEMEN PENDIDIKAN UNESA Kelas E  menyampaikan Bahwa Tanggung jawab ini tidak hanya pada orang tua, tetapi semua pihak:

 

1. Masyarakat: Hentikan stigma negatif dan mulailah memuliakan profesi guru di lingkungan sosial.

2. Pemerintah: Menghargai jerih payah guru juga berarti menjamin kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi mereka, agar mereka bisa mengajar dengan tenang tanpa rasa takut.

Di HARI Yang baik Ini Penulis yang Juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Sekaligus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan  MAHASISWA S2 RPL UNSA Kelas E Menyampaikan Bahwa Kesuksesan anak didik kita adalah "trofi" bersama. Mari kita kembalikan marwah pendidikan dengan menempatkan guru di tempat yang terhormat. Menghargai guru bukan berarti menganggap mereka manusia yang tak pernah salah, melainkan mengakui bahwa dedikasi mereka adalah fondasi bagi masa depan anak-anak kita. Mari bergandengan tangan, karena di balik anak yang hebat, selalu ada orang tua yang suportif dan guru yang dihargai.

Penulis

BANU ATMOKO

Kepala SMP PGRI 6 Surabaya , Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan Mahasiswa S2 RPL MANAJEMEN Pendidikan UNESA  Kelas E

Email :  24010845144@mhs.unesa.ac.id     

NO HP 083857963098