“ COVID – 19 Dan Prospek Bisnis Maritim Indonesia
Hari
Ke - 115
Seperti sektor atau bidang pekerjaan
lainnya, bidang kemaritiman pelabuhan, pelayaran, logistik, dan lainnya juga
menjalankan kebijakan work from home atau WFH di tengah wabah virus korona saat
ini. Sama seperti yang lainnya, tidak semua pekerjaan di bidang kemaritiman
bisa dilakukan dari rumah. Ada pekerjaan yang masih harus dilakukan langsung di
lapangan. Penyandaran kapal dan bongkar-muat kargo segelintir contoh dari
pekerjaan itu. Belum ada teknologi yang memungkinkan pelayanan penyandaran
kapal dan bongkar-muat kargo dapat dilakukan dari rumah. Tetapi, digitalisasi
di bidang kemaritiman, termasuk di Tanah Air, sudah bergerak cukup baik. Bahkan
jauh sebelum wabah Covid-19 melanda. Permintaan pelayanan sandar kapal sudah
bisa diajukan online oleh pelayaran. Pemesanan peti kemas juga demikian.
Demikian juga dengan urusan bayar-membayar. Di Indonesia pelayanan kapal dalam
jaringan (daring atau online) menggunakan platform Inaportnet. Dengan sistem
ini operator pelabuhan yang mengaplikasikannya dapat mengintegrasikan pelayanan
dermaga, alat bongkar-muat dan armada truk pengangkut secara lebih terukur bagi
kapal yang akan sandar maupun yang akan berlayar kembali. Bersama kembarannya,
Indonesia National Single Window (INSW) pelayanan tadi dapat mengurangi tatap
muka antara operator pelabuhan dan pengguna jasa sehingga peluang main mata
yang berujung gratifikasi atau korupsi bisa ditutup rapat. Penggunaan kertas
pun dapat ditekan seminimal mungkin. Kita agak sedikit terlambat bila dibanding
negara lain. Singapura misalnya, negara ini sudah lebih dari satu dekade
menerapkan pelayanan kapal berbasis teknologi informasi (TI). Kini, negeri
tersebut tengah mempersiapkan sistem yang lebih maju yang memungkinkan
interaksi para pihak shipper, transporter, authorities- makin tokcer layaknya
berbagai platform TI kekinian. Belakangan, muncul National Logistics Ecosystem
(NLE) dalam khazanah kemaritiman dan perlogistikan nasional. Saya sempat
mengikuti beberapa diskusi mengenai isu ini yang diadakan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Maritim dan Investasi jauh sebelum korona merajalela. NLE
memang mainannya pemerintah. Saya menangkap kesan bahwa ini adalah upaya untuk
mengintegrasikan berbagai platform yang ada, baik milik pemerintah, BUMN
ataupun swasta. Kendati demikian, penggabungan ini tidak meleburkan apa yang
sudah ada. Tidak jelas sejauh mana perkembangan proyek ini sekarang.
Digitalisasi kemaritiman/perlogistikan nasional (INSW, Inaportnet, NLE) masih
terhitung balita, masih terdapat kekurangan di sana-sini. Umpamanya, kendati
sudah online, proses penyandaran kapal di sebuah pelabuhan yang sudah
menerapkan Inaportnet tetap memerlukan tatap muka untuk membahas rencana
kedatangan kapal dengan melibatkan syahbandar, karantina, dan lainnya.
Sementara itu, penerapan INSW masih dihadapkan pada kenyataan tidak seluruh
instansi pemerintah yang terkait dengan proses pengurusan dokumen barang
terintegrasi di dalamnya. Belum lagi praktik koruptif yang melibatkan
regulator, pelabuhan/terminal dan pemilik barang yang masih berlangsung dalam
proses pengurusan dokumen impor/ekspor. Pelayaran lesu darah karena perdagangan
dunia hidup segan, mati tak mau. Akibatnya, shipment banyak yang ditunda,
bahkan dibatalkan, oleh pelayaran. Dalam istilah pelayaran, pembatalan
pelayaran ini dinamakan blank sailing. Kalau pun ada yang naik itu hanya pada
konsumsi bandwidth karena tingginya konferensi video internal. Ini kata teman
saya yang bekerja di perusahaan pelabuhan. Lain lagi kata kawan yang bekerja di
salah satu pelayaran penyeberangan. Teknologi informasi atau platform aplikasi
belum sepenuhnya berjalan di perusahaannya. Malah, penerapan penjualan tiket
online baru akan diimplementasikan dalam waktu dekat. Itupun setelah digeber
oleh Kementerian Perhubungan. Dia menambahkan, yang justru meningkat pemakaian
kuota/pulsa karena komunikasi dengan sejawat dan bos untuk urusan kantor dari
rumah. Riset kecil-kecilan yang saya adakan dadakan itu menggambarkan bahwa
geliat digitalisasi di ranah kemaritiman dan perlogistikan nasional
berbeda-beda levelnya antara satu perusahaan atau sektor dengan
perusahaan/sektor lainnya. Lebih jauh, digitalisasi yang ada tidak atau belum
mampu menawarkan dirinya sebagai new norm untuk industri terkait padahal sudah
ada entry point-nya, yaitu merebaknya Covid-19. Berharap penggunaan berbagai
teknologi informasi dan aplikasi menjadi new norm di ranah kemaritiman jelas
terlalu dini. Untuk saat ini paling banter mereka hanya sebatas sebagai
auxiliary atau pelengkap bagi sektor-sektor yang ada. Tetapi, melihat
karakteristik dasar bisnis transportasi (pelayaran, pelabuhan, dan lainnya)
peluangnya pemanfaatannya di masa depan pun sepertinya juga kecil. Jika kita
bermimpi satu saat kelak pemanfaatan TI dan berbagai aplikasi bisa membuat kita
dapat memesan layanan kapal seperti memesan ojek online, atau mengirim
makanan/produk lain semudah pengiriman dalam jaringan, sebaiknya kita segera
bangun. Begitu lebar jurang pemisah di antara mereka. Tidak mungkin rasanya hal
itu akan terjadi. Sebagai alternatif, ada baiknya saat ini kita mulai
mengintensifkan pemanfaatan green ocean dan smart ocean. Sehingga ketika wabah
korona berlalu industri kemaritiman nasional bisa makin berkilau. Itu artinya
jika mengoperasikan kapal, pelabuhan atau bisnis perikanan sedapat mungkin
menggunakan listrik dari pembangkit yang digerakan oleh energi terbarukan. Bagi
operator pelabuhan, pemanfaatan dua konsep itu membantu upaya mereka menuju
green port. Dus, digitalisasi kemaritiman pada hakikatnya hanyalah satu elemen
dari green ocean.
Pada hari Kamis 7 /5/2020 , STIAMAK
Barunawati Surabaya mengadakan Webinar (
Seminar On Line ) Dengan Tema “
COVID – 19 Dan Prospek Bisnis Maritim Indonesia dengan Moderator Bapak NUGHROHO DWI PRIYOHADI , S.Psi ,
M.Sc , Sedangkan Narasumber dalam acara
tersebut adalah Bapak Drs. DEDE MARTIN ,
M.BA ( Ketua ASBUPI ) dan Bapak CHIEFY
ADI KUSMARGONO , S.Psi , M.Sc ( Sekjen ASBUPI / dirut IPC Marine ) ,
Dalam kesempatan tersebut acara Webinar tersebut dapat di akses melalui Join
Zoom
Meetinghttps://us02web.zoom.us/j/9300534188?pwd=OWdoVlRjUnVNYzg0S3UvcjdFSE1tUT09
Meeting ID: 930 053 4188 Password: 6WaKDj , Dalam paparannya Bapak Dede Martin
menjelaskan bahwa kisaran Januari 2020
Amerika Serikat mengalami penurunan Trafik sebanyak 5 % , Dampak corona mengimbas
semua industry pelayaran dan pelabuhan dunia , Seminar On Line ini berlangsung
selama 2 jam Mulai pukul 13.00 Sampai pukul 15 .00 . Adanya Pandemi COVID – 19
Semua mengalami kerugian termasuk bidang kemaritiman yang ada di Indonesia ,
Selesai mengikuti seminar on Line selama 2
jam tersebut pihak STIAMAK memberikan sertifikat kepada Peserta
yang setia selama 2 jam mengikuti Seminar On Line tersebut melalui https://drive.google.com/drive/folders/1-QR95-wWgRVCgxbLj2Ja_63qOTUbn4lk?usp=sharing termasuk penulis yang juga menerima
sertifikat tersebut, selama masa pandemi Covid – 19 penulis sering mengikuti berbagai
macam seminar On Line tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan dan biar tidak jenuh selama di rumah akibat
pandemi Covid – 19 tersebut. Dalam
kesempatan yang baik ini Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya berharap agar COVID – 19 Segera hilang dari
muka bumi ini dan Penulis mengimbau
kepada seluruh Guru SMP PGRI 6 Surabaya dan siswa / siswi SMP PGRI 6
Surabaya Serta Seluruh Masyarakat selalu
memakai masker, serta sarung tangan
dimanapun berada termasuk jika ada di sekolah untuk melaksanakan piket serta beliau meminta untuk selalu
cuci tangan , agar tubuh kita terbebas dari COVID – 19 tersebut ,
sehingga harapannya agar COVID – 19 Segera hilang dari kota Surabaya , apalagi
setelah ini akan memasuki Lebaran, Sehingga bisa lebaran dengan aman dan nyaman
bersama keluarga .
#Tantangan
Guru Siana
#
dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar