Sabtu, 23 November 2019

“ Dibalik Siswa Hebat Terdapat Guru Hebat “














“ Dibalik Siswa Hebat Terdapat Guru Hebat “
“Bila melihat alumni dari suatu sekolah menjadi orang sukses dan hebat, hal tidak terlepas dari peran guru yang luar biasa. Itu sebabnya dibalik siswa yang hebat terdapat guru yang hebat juga”.  Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetinsi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Guru dianggap memiliki peran yang sangat penting dan mulia di tengah masyarakat. Ungkapan bahwa guru adalah “pahlawan tanpa tanda jasa” mengekspresikan pentingnya peran tersebut. Guru dianggap seperti pahlawan yang menyelamatkan kehidupan banyak orang. Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin dari akronim kata “guru” dalam bahasa jawa sebagai digugu lan ditiru. Kata “digugu” bearti hal-hal yang dikatakanyalayak dipercayai oleh orang lain dan “ditiru” bearti hal-hal yang dilakukannya layak dijadikan teladan. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Keadaan tersebut kedudukan guru yang tidak dapat digantikan dengan media apapun, sehingga keberadaannya sebagai ujung tombak pembelajaran harus tetap ada. Beberapa fungsi guru sehubungan dengan tugasnya selaku pengajar adalah guru sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator dan mediator. Mutu pembelajaran merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran secara efektif dan efisien, sehingga menghasilkan manfaat yang bernilai tinggi bagi pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Komponen-komponen peningkatan mutu yang ikut andil dalam pelaksanannya adalah penampilan guru, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan metode mengajar, pendayagunaan alat/fasilitas pendidikan, penyelengaraan pembelajaran dan evaluasi dan pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler. Permasalahan-permasalahan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran berhubungan dengan masih adanya guru yang memiliki kualifikasi pendidikan kurang, sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas masih rendah, persiapan guru untuk melaksanakan pengajaran yang kurang mantap, masih sering terdapatnya rentang perolehan nilai siswa yang cukup jauh dalam setiap mata pelajaran, masih terdapatnya siswa yang memiliki nilai merah untuk mata pelajaran tertentu, kurangnya memanfaatkan media dan sumber belajar dan masih rendahnya sikap inovatif serta kreativitas mengajar guru. Untuk mencapai mutu pembelajaran terlebih dahulu guru harus membekali diri dengan sejumlah kompetensi dalam bidang pengajaran baik yang dilakukan oleh diri sendiri maupun bantuan kepala sekolah. Kegiatan pembekalan tersebut dilakukan secara kontinyu seiring dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan dunia pendidikan, sehingga pada akhirnya akan membentuk sikap lebih profesional dari guru itu sendiri. Agar kegiatan pembekalan lebih efektif langkah yang perlu dilakukan adalah dengan terlebih dahulu menganalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru serta kebutuhannya sehubungan dengan pelaksanaan tugas mengajar di sekolah. Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam era pendidikan baru saat ini tetap relevan dengan mengedepankan guru sebagai aktor paling hebat dalam proses belajar. (1) Tut wuri handayani.  artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Guru berperan sebagai pendorong atau motivator, selain itu berperan sebagai pengarah, pembimbing yang tidak dapat membiarkan anak didik melakukan hal yang tidak sesuai dengan tujuan proses belajar. Sebenarnya, peran guru sebagai mitra juga tersirat dalam asas tut wuri handayani, karena ketika guru menjalankan fungsi sebagai pembimbing dan pendorong maka guru tidak menempatkan dirinya pada hirerarki  teratas dalam proses belajar, guru bukan satu-satunya sumber belajar. (2) Ing madya mangun karsa, artinya ditengah menciptakan peluang untuk berprakarsa. Asas ini semakin memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra dan fasilitator guna menciptakan peluang bagi peserta didik untuk berkarya sebagai tujuan dari proses belajar, karena pada prinsipnya belajar itu produktif. (3) Ing ngarsa sung tulada, artinya di depan memberi teladan. Asas ini menekankan peran guru sebagai teladan “guru di gugu”, dimodeli anak didiknya.  Para guru memahami betul bahwa modelling atau keteladanan merupakan cara yang ampuh dalam mengubah perilaku, selain pembiasaan dan disiplin. Fakta ini menunjukkan bahwa diantara berbagai inputs yang menentukan mutu pendidikan (ini ditunjukkan dengan prestasi akademik anak didik) lebih dari sepertiganya ditentukan oleh peran guru. Betapa mulianya guru! Kita menyadari bahwa di tangan para guru, putra-putri terbaik bangsa ini dilahirkan untuk melakukan perubahan penting bagi kelangsungan hidup bangsa, saat ini maupun di masa akan datang. Namun, untuk memegang peran perubahan itu, guru haruslah melakukan perubahan terlebih dahulu dalam dirinya. Motivasi untuk berubah harus datang dari dalam diri guru itu sendiri. Dengan prinsip ”guru harus memberi (to share) terlebih dahulu agar ia dapat maju dan berkembang (to grow)”, maka guru tidak boleh menampilkan dirinya pada posisi pasif (penerima perubahan), akan tetapi harus pada posisi aktif (memberi dan berbagi untuk maju berkembang bersama). Jika menjadi guru merupakan pilihan pribadi, maka guru harus benar-benar hidup dengan pilihannya tersebut. Maka dia adalah guru hebat.
Dalam Rangka Peringatan Hari guru Nasional  2019 Serta Hari PGRI  Yang jatuh pada Tanggal 25 NOVEMBER 2019 , Seluruh Kabupaten / Kota memperingati Hari Guru serta Hari PGRI Tersebut Seperti di Kabupaten Sidoarjo Pada hari  Sabtu 23/11/2019 Ada pameran pendidikan mulai jenjang TK , SD ,SMP   Di GOR Sidoarjo . Hasta karya yang di pamerkan sangat indah dan bagus untuk di pandang , bahkan ada yang unik membuat Jembatan dari Stick Es, hasta karya tersebut tidak hanya Buatan dari siswa itu sendiri , tetapi juga buatan dari bapak / Ibu Guru . Menurut Dyah APRINISKA LUPITA Rini , S.Pd, Guru TK Hangtuah Sidoarjo sangat kagum dengan hasil guru guru tersebut Baik  hasta karya maupun APE ( Alat Pembelajaran Edukatif / APE ) Menurut Ibu   Rani  bahwa Kegiatan tersebut dalam rangka menyambut Hari Guru nasional dan HUT PGRI Di Kabupaten Sidoarjo tersebut

Jumat, 22 November 2019

“ Jadikan Pendidikan Yang Berkarakter& Bermartabat Di Hari Guru 2019 ”




















“ Jadikan Pendidikan Yang Berkarakter& Bermartabat Di Hari Guru 2019 ”
Karakter sangat melekat pada setiap diri semua orang, setiap orang mempunyai karakter sendidri-sendiri. Kareakter terbentuk dari pola pikir, rasa dan perbutan yang di lakukan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. Pola pikir, pola rasa dan tindakan tersebut terpengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar. Jadi karakter seseorang terbentuk karena pengaruh lingkungan pada diri mereka masing-masing. Dengan demikian karakter tersebut sangat tergantung dimana sang individu tersebut mangalami proses hidupnya. Dalam dunia pendidikan pembentukan karakter peserta didik sungguh sangat diperlukan. Pendidikan bukan hanya melulu menjadi alat transfer pengetahuan tetapi juga menjadi alat transfer untuk membentuk manusia menjadi lebih manusiawi. Bila dikaitkan dengan pembangunan karakter bangsa, pendidikan bisa diartikan secara lebih sempit sebagai suatu cara membangun dalam berkehidupan bersama. Dalam skala tataran antarkomunitas, tanpa melihat etnis, suku, agama, ras dan sebagainya, berkehidupan bersama berarti telah sepakat secara sadar untuk melakukan ikatan bagi anggotanya menjadi suatu komunitas yang dilakukan dalam wilayah yang pasti dan sah, serta diakui komunitas masyarakat lainnya (baca: internasional). Dari sudut pandang inilah kemudian timbul berbagai teori tentang bangsa dan negara. Pembangunan karakter dalam dunia pendidikan akan mempersiapkan peserta didik mempunyai dasar yang kuat dalam mengambil keputusan dalam pilihan hidupnya sehingga mereka akan menjadi lebih bebas. Pendidikan harus menjadikan manusia semakin bermartabat dan dalam hal ini pendidikan akan membangun karakter anak bangsa menjadikan bangsa mereka menjadi makin bermartabat. Untuk itu diperlukan pendidikan yang bermartabat. Pendidikan bermartabat adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kehidupan, dengan demikian manusia akan menjadi semakin bernilai dan berharga. Dengan demikian karena manusia dalam hal ini adalah peserta didik merasa berharga akan timbul rasa dicintai. Dan karena merasa dicintai itulah makan peserta didik akan semakin antusias dalam proses belajar mengajar Proses belajar mengajar akan menentukan arah dantujuan pendidikan yang kita lakukan. Bagaimana seni menguasai kelas, menerangkan materi pembelajaran. Dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah yang bernama pedagogik, pedagogik sendiri berasal dari kata Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak, Pedagogik yang merupakan praktek pendidikan anak dan kemudian muncullah istilah Pedagogik yang berarti ilmu mendidik anak. Lalu apa sih yang menjadi kesalahpahaman istilah Pedagogik? Kadang sebagian orang mengartikan bahwa pedagogik merupakan ilmu pendidikan, pemaknaan ini tidak berarti salah namun juga tidak sepenuhnya benar, mengapa? Karena jika ditinjau dari makna pendidikan secara luas maka Pendidikan adalah hidup. Lebih tepatnya segala pengalaman di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Dari pengertian diatas maka bisa dipahami ada beberapa tingkatan dalam pendidikan, sehingga menimbulkan cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan para ahli yaitu pendidikan pada anak yang disebut Pedagogik, ilmu pendidikan bagi orang dewasa yang disebut Andragogi serta pendidikan bagi ilmu pendidikan manula yang disebut Gerogogi. Jelaslah bahwa Pedagogik terbatas pada ilmu pendidikan anak atau ilmu mendidik anak. Maka timbul pertanyaan lain, kapankah seorang anak masuk dalam kawasan pedagogik? Menurut M.J. Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika anak telah mengenal kewibawaan, syaratnya yaitu terlihat pada kemampuan anak memahami bahasa, karena sebelum itu dalam pedagogik anak tidak disebut telah dididik yang ada adalah pembiasaan. Sedang batas atasnya yaitu ketika anak telah mencapai kedewasaan atau bisa disebut orang dewasa. Kemudian, mengapa Pedagogik diperlukan? Padahal pedagogik yang merupakan rangakaian teori kadang berlainan dengan praktek di lapangan? Ada dua alasan yang melandasinya, yaitu bahwa pedagogik sebagai suatu sistem pengetahuan tentang pendidikan anak diperlukan, karena akan menjadi dasar bagi praktek mendidik anak. Selain itu bahwa pedagogik akan menjadi standar atau kriteria keberhasilan praktek pendidikan anak. Kedua, manusia memiliki motif untuk mempertanggungjawabkan pendidikan bagi anak-anaknya, karena itu agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, praktek pendidikan anak memerlukan pedagogik sebagai landasannya agar tidak jadi sembarangan. Jadi, pengertian bahwa pedagogik adalah ilmu pendidikan berarti benar dalam pengertian pendidikan pedagogik, namun berarti salah jika mengacu pada makna pendidikan secara luas. Untuk meyakinkan lebih jauh, pedagogik secara jelas memiliki kegunaan diantaranya bagi pendidik untuk memahami fenomena pendidikan secara sistematis, memberikan petunjuk tentang yang seharusnya dilaksanakan dalam mendidik, menghindari kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik anak juga untuk ajang untuk mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi demi perbaikan bagi diri sendiri. Lalu apakah dengan mempelajari pedagogik dan mempraktekannya dapat mendidik anak sehingga anak dapat mencapai kesuksesan? Jawabannya adalah bisa, karena tujuan pedagogik adalah memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Kesuksesan ini jangan terus dikurung dalam artian pada kemapanan materi dari pandangan kita sebagai seorang pendidik sejati, tapi hakikatnya adalah menjadikan kesuksesan itu sebagai keberhasilan dalam menanamkan pada diri seseorang kebahagiaan dalam menjalani hidup dengan mengaplikasikan seperti misalnya mematuhi norma-norma yang ada pada masyarakat. Intinya, menjadikan seseorang menjalani hidup dengan bahagia. Cara menghidupkan dan menerapkan nilai-nilai kepribadian, agar terbetuknya jati diri baik anak-anak, pribadi, keluarga, kelompok, komunitas, maupun golongan dengan menghidupkan Living Values dengan berbagai komitmen. Membangun komitmen bersama menghidupkan nilai-nilai budaya dengan melibatkan semua warga sekolah
Dalam Rangka Hari Guru Nasional 2019 Dan HUT PGRI , Musyawarah Kerja Kelompok Kepala Sekolah SMP Swasta Kota Surabaya , Pada hari Jum’at 22/11/2019  , Sebanyak 8 Pengurus MKKS SMP Swasta Kota Surabaya yang terdiri dari 3 Pengurus Wilayah Utara , 4 Pengurus Wilayah  Timur Dan 1 Pengurus Wilayah Barat , Pukul 15.00  Ke delapan Pengurus tersebut mendatangi Ruang Kadiri BAPPEKO Surabaya  Untuk bertemu dengan Bapak Ir. ERI CAHYADI , M.T Selaku Kepala BAPPEKO Surabaya , Kedatangan 8 pengurus tersebut yaitu TASYAKURAN Dalam Rangka Hari Guru Nasional 2019 Yang  Jatuh hari Senin 25/11/2019, Dalam sambutannya Bapak Ir.ERI CAHYADI ,M.T Mengucapkan Selamat Hari guru Tahun 2019 Semoga Pendidikan Di Kota Surabaya semakin lebih baik , lebih maju serta tidak ada perbedaan antara Sekolah Negeri dan Swasta Semua sama untuk kepentingan pendidikan di kota Surabaya, Semoga Pendidikan Di Kota Surabaya dapat mengantarkan Generasi Emas Yang Unggul . Kata Dra HJ WIWIK WAHYUNINGSIH ,M.M Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Timur. Dalam Kesempatan Tersebut Di Serahkan  1 Piring  Tumpeng  dari MKKS SMP Swasta Kota Surabaya di serahkan kepada Bapak Ir. ERI CAHYADI M.T Selaku Kepala BAPPEKO Kota Surabaya , Saat Menerima Tumpeng Bapak Ir. ERI CAHYADI ,M.T Kembali menyampaikan Selamat HARI GURU Sambil Menerima Piring Tumpeng dari Koordinator MKKS Bapak ERWIN DARMOGO , S.Pd , M.M

Kamis, 21 November 2019

“ Jum’at Bersih & Jum’at Barokah Peringatan Hari Guru Nasional”





















“ Jum’at Bersih &  Jum’at Barokah Peringatan Hari Guru Nasional”
Hari Guru Nasional telah dicetuskan sejak tahun 1994 sesuai dengan keputusan presiden. Berdasarkan Keppres Nomor 78 Tahun 1994 dan pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, tanggal 25 November dipilih sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati bersamaan dengan ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). PGRI terbentuk pada 25 November 1945 oleh Rh. Koesnan, Djajeng Soegianto, Amin Singgih, Soetono, Soemidi Adisasmito, Ali Marsaban, dan Abdullah Noerbambang. Sebelum menjadi persatuan para guru, perkumpulan ini bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). PGHB didirikan pada 1912 dan beranggotakan kepala sekolah, guru bantu, guru desa, sampai perangkat sekolah lainnya. Kemudian nama PGHB diubah menjadi persatuan Guru Indonesia (PGI). Saat pendudukan Jepang, PGI dilarang. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, PGI menggelar Kongres Guru Indonesia yang pertama kalinya pada 24-25 November 1945 di Surakarta, Jawa Tengah. Salah satu hasil Kongres adalah mereka mengesahkan terbentuknya PGRI. Untuk menunjukkan penghargaan terhadap guru, setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru. Di beberapa negara, hari guru diperingati dengan tanggal yang berbeda-beda. Pengertian Guru – Guru adalah poros utama pendidikan. Ia menjadi penentu kemajuan suatu negara di masa depan. Secara umum, tugas guru adalah mengajar siswa-siswi agar memilki pengetahuan dan keterampilan dalam masing-masing bidang pelajaran. Selain itu guru juga mempunyai tanggung jawab dalam mendidik siswa agar mempunyai sikap dan tingkah laku baik, entah itu ketika berada di lingkungan sekolah ataupun masyarakat.
Dalam rangka Memperingati HUT Guru Nasional 2019  Dan HUT PGRI Yang  Ke – 74 ,S MP PGRI 6 Surabaya , Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan Yang Terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo kecamatan Semampir  Pada hari Jum’at 22/11/2019  Mengadakan kegiatan Jum’at bersh , Jum’at Sehat  , Dalam kesempatan ini Jum’at sehat dan Jum’at bersih  adalah  moment yang sangat istimewa yaitu bertepatan dengan HUT PGRI Dan Hari Guru Nasional , Dimana  seluruh siswa membersihkan halaman , Mengosek kamar mandi , membersihkan selokan , Menyapu Kelas Dan Musholah , Selesai Semua bersih seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya memasang bendera  PGRI  Sebagai Peringatan HUT PGRI Dan Hari guru Naional tersebut. Menurut Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Mengajak Seluruh siswa / siswi  SMP PGRI 6 Surabaya bangga dan ikut merayakan Peringatan HUT PGRI Dan Hari Guru Tersebut , Banu Atmoko berharap agar Guru – Guru di SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya dapat menjadi Penggerak Indonesia Maju dengan  memberikan Segudang Prestasi Serta Mengajarkan Generasi Emas Menjadi Generasi Yang Unggul dan Bermartabat dengan segudang Prestasi yang dimiliki dari Guru ataupun Dari siswa , itu semua tidak dapat terlaksana , jika kondisi Sekolah  kotor .