“ Pemanfaatan Lahan Kosong / Lahan Tidur di Sekolah
Hijau”
Lahan tidur adalah lahan pertanian
yang sudah tidak digunakan selama lebih dari dua tahun. Lahan tidur umumnya
merupakan sebuah bagian dari sistem peladangan
berpindah di mana petani membuka hutan, menanamnya selama beberapa musim tanam,
dan meninggalkannya untuk membuka lahan baru. Lahan tidur seringkali berupa
lahan yang kritis dan miskin nutrisi
sehingga sulit untuk ditanami tanaman penghasil pangan maupun tanaman pertanian
lain yang cepat menghasilkan Penyebab terbentuknya lahan tidur bisa dilihat
secara fisik dan sosial. Ketika suatu lahan tidak lagi mampu mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal, biasanya lahan ditinggalkan. Hal ini umum
terjadi pada sistem ladang berpindah. Sistem ladang berpindah diketahui sebagai
penyebab terjadinya degradasi lahan
yang dapat menuju ke desertifikasi.
Selain faktor kondisi tanah, faktor sosial ekonomi juga menentukan. Petani
yang tidak lagi menganggap pertanian sebagai sebuah mata pencaharian yang
menguntungkan akan beralih dan meninggalkan lahannya. Perbaikan pola tanam
dengan diversifikasi komoditas dan rotasi tanaman
dapat memperkaya jenis sumber penghasilan petani sehingga petani mendapatkan
penghasilan alternatif di luar tanaman utama. Selain itu, diversifikasi
mencegah harga jatuh setelah panen. Di masyarakat adat
pedalaman Kalimantan, lahan tidur merupakan bagian dari aktivitas bercocok
tanam berpindah (shifting cultivation) dengan tebang dan bakar.
Pertanian intensif
jarang sekali dilakukan. Sebuah lahan pertanian yang tidak lagi produktif akan
ditinggalkan sehingga menjadi lahan tidur, dan petani membuka hutan
untuk menjadi lahan pertanian baru. ahan
tidur di atas tanah gambut
dapat ditumbuhi semak belukar
yang mampu terbakar dengan mudah di musim kemarau. Semak belukar kering dan
tanah gambut merupakan dua komponen dari hutan gambut
yang sering menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan
gambut. Sebuah lahan yang tidak menghasilkan dalam waktu lama meski terdapat
tanaman pertanian di atasnya juga disebut sebagai lahan tidur. Tanaman
pertanian yang berdiri biasanya tanaman yang membutuhkan waktu lama untuk
dipanen, seperti tanaman penghasil kayu. Agar tidak terlihat sebagai lahan
tidur, pada lahan yang ditanami pohon penghasil kayu dapat dilakukan tumpang
sari dengan tanaman pertanian yang cepat
menghasilkan, atau ditanami rerumputan
sebagai lahan penggembalaan
dan sumber pakan
hewan
ternak Lahan tidur dapat digunakan sebagai lahan
pembudidayaan tanaman yang pertumbuhannya lambat seperti pohon
penghasil kayu.
Karena pohon penghasil kayu membutuhkan nutrisi yang relatif lebih sedikit
dibandingkan tanaman pangan, dan penanaman pohon kayu lebih dianggap sebagai
sebuah "tabungan" masa depan. Lahan tidur umumnya berupa lahan kritis
yang miskin nutrisi, namun dengan pengusahaan tanaman penghasil kayu, lahan
tidur dapat menjadi sumber pendapatan sekaligus memperbaiki kondisi tanah dan
lingkungan. Sejak tahun 1970an,
Kalimantan sudah memiliki begitu banyak lahan tidur yang kritis akibat praktik
peladangan berpindah. Tanaman kelapa sawit
awalnya diperkenalkan sebagai upaya restorasi lahan kritis tersebut. Di Kalimantan Barat, sejak tahun 1990an
tanaman lidah
buaya dari varietas chinensis dibudidayakan di
atas lahan gambut yang terbengkalai dan kurang subur. Lidah budaya merupakan
tanaman yang mampu beradaptasi di berbagai jenis lingkungan dan mampu tumbuh di
atas tanah yang kurang subur. Di
beberapa tempat di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur, lahan tidur telah diubah menjadi lahan penanaman Sorghum bicolor.
Sorghum
dikenal sebagai tanaman yang mampu tumbuh dan menghasilkan di lahan kritis di
mana tanaman pertanian lain tidak dapat tumbuh dengan baik. Sorghum dapat
dipanen sebanyak tiga kali, dan dapat dipanen pada usia tanam 55 hari. Sorghum
merupakan tanaman multi fungsi selain sebagai bahan pangan dan pakan ternak. Biji-bijian
dan batangnya mengandung gula yang dapat diubah menjadi etanol,
dan jeraminya
dapat dijadikan bahan bakar.
Sehingga pemanfaatan lahan kritis tidak hanya bermanfaat sebagai penghasil
bahan pangan, namun juga sebagai penghasil bioenergi.
Di beberapa tempat di mana pertanian tidak dipandang sebagai sebuah mata
pencaharian yang menguntungkan, lahan tidur dianggap tidak memiliki nilai
ekonomi selain sebagai lahan untuk dibangunnya sebuah bangunan komersial.[10]
Di daerah perkotaan besar yang membutuhkan ruang terbuka hijau,
lahan tidur dapat dimanfaatkan untuk memenuhi target luasan ruang terbuka hijau
dalam rencana pembangunan.
SMP
PGRI 6 Surabaya adalah Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan yang terletak di
Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo , Kecamatan Semampir ,
pada hari Jum’at 21/10/2016 bertepatan dengan olah raga pagi hari memanfaatkan
lahan kosong yang ada di sekolah , dimana setelah kegiatan olah raga seluruh
siswa / siswi Spegrinam Surabaya bersama dengan guru Olah raga Ibu Nurhayati
membersihkan halaman sekolah , dimana ada lahan kosong di depan kantor Kepala
Sekolah Spegrinam Surabaya ,lahan kosong tersebut oleh seluruh siswa / siswi
Spegrinam Surabaya dimanfaatkan untuk menyimpan gelas – gelas aqua dari sisa –
sisa jualan kantin sekolah , serta lahan kosong tersebut digunakan untuk
menyimpan kompos hasil panen yang ada di Keranjang Takakura, di samping itu Ibu
Nurhayati guru Olah raga juga mengajak seluruh siswa / siswi Spegrinam Surabaya
untuk membuat pot dari botol aqua yang sudah tidak terpakai, untuk di berikan
kompos dan di tanami di celah – celah lahan kosong atau lahan tidur yang ada di
sekolah spegrinam Surabaya. Menurut Banu Atmoko , S.Pd kepala Spegrinam bahwa
tujuan dari kegiatan ini adalah memanfaatkan lahan kosong atau lahan tidur yang ada di sekolah untuk dimanfaatkan demi
ke indahan , kebersihan dan ke nyamanan sekolah.”