Sabtu, 04 Januari 2020

“ Doa Dan Usaha Keras Tidak Pernah Menghianati Hasil “








































“ Doa Dan Usaha Keras Tidak Pernah Menghianati Hasil “

Ketika kamu sudah merasa lelah dan ingin berhenti. Ingatlah, kalau kamu berhenti disitu, maka ingatlah semua kerja keras dan usahamu juga akan berakhir pada saat itu juga. Selalu tanamnkan dalam dirimu dan selalu ingatlah bahwa semua doa dan usaha Kerasmu tidak akan pernah mengkhiantaimu. Ketika kamu sudah menanamkan didalam dirimu maka kamu akan tetap berdoa dan berusaha hingga kamu benar-benar mendapatkan apa yang kamu inginkan. Kamu harus memiliki keyakinan kepada dirimu sendiri. Tidak perduli apapun yang akan kamu temui dalam hidupmu, jangan pernah menyerah. Tetaplah berdoa dan tetaplah bekerja keras, berusahalah semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Akan ada banyak orang yang tidak menyukaimu dan tidak mendukungmu, tetapi semua itu bukan alasan untuk berhenti disitu saja. Kamu harus bisa tetap percaya kepada dirimu sendiri. Berdoalah dan berusahalah, karena doa dan usaha kerasmu tidak akan pernah mengkhianatimu. Scouting adalah tindakan yang biasa dilakukan oleh manusia ketika menjelajah tempat baru dan berburu. Satu orang dari kelompoknya akan maju jauh, mencoba jalan baru untuk memberi informasi pada kelompoknya. Kini di dunia militer istilah scout digunakan untuk para personel yang dilatih untuk memiliki kemampuan khusus mengintai dan menjadi pasukan pendahulu. Robert Baden Powell adalah seorang perwira militer Inggris yang biasa ditugasi menjadi scout ketika masih menjadi perwira pertama. Ia menuliskan keahliannya ini menjadi buku Aids to Scouting (1899) yang ditujukan untuk para tentara Inggris.Tak dinyana bukunya tersebut laris manis. Tak hanya kalangan militer, banyak orang menggunakan bukunya sebagai petunjuk untuk berkegiatan di alam terbuka. Salah satu organisasi yang menggunakannya adalah Boys Brigade, sekelompok anak di Inggris yang diajari baris-berbaris oleh tentara untuk melatih kedisiplinan mereka. Namun Baden Powell tidak puas, ia berharap kata scouting punya arti lebih luas bagi para pemuda.Menengok ke belakang lagi, Baden Powell tumbuh menjadi seorang Jendral dan pahlawan perang bukan dari belajar baris-berbaris. Ada hal lain yang ia ingin ajarkan. Ia ingin mengajarkan ketrampilan hutan (woodcraft) yang kaya akan eksplorasi, pencarian jejak, dan kemandirian. Hal-hal inilah yang ia anggap sebagai pengalaman berharga dari masa kecilnya yang bandel, keluyuran di hutan dekan rumahnya, dan karirnya di tentara Inggris. Di Tentara Inggris ia juga memiliki pengalaman berinteraksi dengan anak-anak. Ketika ia memimpin kota Mafeking yang dikepung oleh bangsa Boer, ia terpaksa meminta anak lelaki di kota ini untuk bertugas menjadi pembawa pesan. Rupa-rupanya anak-anak ini amat pemberani ketika diberi tanggung jawab. Menghadapi tembakan senapan bangsa Boer yang jitu salah seorang dari mereka berkomentar “Saya akan bersepeda lebih cepat dan peluru mereka tidak akan bisa mencapai saya!” Mafeking Cadet Corps mungkin bukan Scout yang pertama, namun mereka adalah pendahulunya. Maka berbekal pengalamannya ia membuat seperangkat latihan woodcraft yang ia sebut sebagai scoutcraft. Ia mencoba idenya dengan mengajak 22 orang anak berkemah di pulau Brownsea. 22 anak ini dibagi menjadi 4 regu Curlews, Ravens, Wolves, dan Bulls. Arthur Primmer mengenang, hal paling mengasyikkan adalah ketika regunya dikirim ke sisi lain pulau. Di sana mereka harus membuat tenda dan memasak sendiri.Setelah perkemahan percobaan di Brownsea maka Baden Powell yakin akan metode baru yang ia kembangkan. Ia menulis buku Scouting for Boys yang amat berbeda dengan buku-bukunya sebelumnya. Di sini ia menitikberatkan kegiatan di alam terbuka untuk membentuk anak menjadi manusia dewasa. Sebagai catatan tambahan ia mengungkapkan bahwa baris-berbaris bukanlah kegiatan yang cocok untuk seorang scout.
Pada hari Sabtu 4/1/2012  , 3 Tim Pramuka   yaitu Regu Semut , Bogenvil dan Padi  Pangkalan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya mengikuti kompetisi  SCOUT Pramuka yang diadakan di SMP GIKI 2 Jl. Raya Gubeng No. 45 Surabaya , Dalam kesempatan tersebut Seluruh Siswa / siswi SDS “ AL-IKHLAS Surabaya yang merupakan satu Atap dengan SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kumpul di Sekolahan Pukul 05.30 , Sebelam berangkat mereka  berlatih PASER  Dengan Cuaca Grimis Tim SCOUT SDS “ AL-IKHLAS Surabaya semangat untuk berangkat menuju ke SMP GIKI 2 Surabaya, Dalam kesempatan tersebut TIM SDS “ AL-IKHLAS Surabaya di damping oleh Ibu Ketua Komite SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Ibu YUNI ISMARYATI , .SPd , Bendahara SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Ibu SRI SUPADMI , S.Pd dan Guru BAHASA INGGRIS SDS AL-IKHLAS Ibu DINA AYU SEPTYARINI , S.Pd  Serta Sekretaris Yayasan Pendidikan AL-IKHLAS Semampir sekaligus Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Bapak H. BANU ATMOKO , S.Pd . Lomba  yang di ikuti pertama adalah  Lomba Membuat PIONERING 30 Tongkat , Dimana Mereka membuat Kapal , Dimana mereka mampu membuat kapal dalam dengan 30 Tongkat dalam waktu 60 menit , dimana Alhamdulilah hasil yang mereka lakukan sangat luar biasa  dimana kapal – kapal tersebut di kasih Hiasan dan di beri Jangkar , sehingga Tim Juri dari Kwarcab sangat tertarik  dan kagum dengan hasil peserta Didik SDS “ AL-IKHLAS Surabaya , dimana Nilai Pionering untuk Regu Semut adalah  173, Bogenvil 174 Dan Padi  nilai 159 , Lomba Pionering 30 Tongkat ini di kerjakan tiap  Tim adalah 4 Siswa , Selanjutnya Lomba SMS ( Sandi Morse Dan Smaphore  ) di ikuti 3 Peserta , dimana hasil nilai yang di capai  Regu Semut 88 , Regu Bogenvil  100 Dan  Regu Padi 98 , Lomba Yel Yel Tim Semut Mendapatkan Nilai 383 , Tim Bogenvil mendapatkan nilai 395 Dan Tim Padi 389 , Untuk Dart Tim Semut  Mendapatkan nilai  75  Bogenvil 110 , Sedangkan Padi 40 Dan Lomba Terakhir yaitu Poster dimana Tim Semut mendapatkan Nilai  177 Tim Bogenvil mendapatkan Nilai 175 Dan TIM Padi mendapatkan nilai186 , Alhamdulilah dari Cabang Lomba yang di ikuti itu semua Tim Semut Menjadi Juara 2 Lomba SCOUT Tersebut  untuk Putra , Sedangkan Tim Bogenvil Alhamdulilah meraih Juara 2 Untuk Kategori Putrid an Juara 3 Juga di raih oleh TIM PADI. Kak SYAHRUL , S.Pd Pelatih Pramuka Kelahiran BANGKALAN November 1986 Sangat bangga terhadap penampilan anak didik SDS “ AL-IKHLAS Surabaya , walaupun sangat minim tetapi mereka masih menunjukan menjadi terbaik di ajang lomba tersebut , Sedangkan Menurut Sekretaris Yayasan Pendidikan AL-IKHLAS Surabaya Bapak  BANU ATMOKO , S.Pd bahwa kemenangan ini adalah kemenengan kita bersama , Tanpa dukungan dari Orang tua , Guru Dan semua pihak tidak mungkin akan jadi Juara , Kata  Pria Kelahiran APRIL 1984 Tersebut, disamping itu menurut Banu Atmoko , S.Pd ini semua adalah berkat kerja keras  siswa / siswi yang selama liburan mereka tidak kenal lelah untuk berlatih walaupun sekolah lain dan teman – teman yang lain libur.  Dengan Doa dan Usaha keras tidak akan menghianati hasil , seperti yang terjadi saat ini Tim SDS AL-IKHLAS Surabaya berhasil menjadi Juara.




Kamis, 02 Januari 2020

“ Ajarkan Siswa Keterampilan Berpikir Kritis “












“ Ajarkan Siswa Keterampilan Berpikir Kritis “
Dalam era globalisasi dewasa ini, tantangan peningkatan mutu dalam berbagai aspek kehidupan tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya perkembangan iptek dan tekanan globalisasi yang menghapuskan tapal batas antarnegara, mempersyaratkan setiap bangsa untuk mengerahkan pikiran dan seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya untuk bisa tetap bertahan dan dapat memenangkan persaingan dalam perebutan pemanfaatan kesempatan dalam berbagai sisi kehidupan. Ini berarti perlu adanya peningkatan sikap kompetitif secara sistematik dan berkelanjutan terhadap suber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, pendidikan dewasa ini harus diarahkan pada peningkatan daya saing bangsa agar mampu berkompetisi dalam persaingan global. Hal ini bisa tercapai jika pendidikan di sekolah diarahkan tidak semata-mata pada penguasaan dan pemahaman konsep-konsep ilmiah, tetapi juga pada peningkatan kemampuan dan keterampilan beripikir siswa, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu keterampilan berpikir kristis. Artinya, guru perlu mengajarkan siswanya untuk belajar berpikir. Kehidupan dalam era globalisasi dipenuhi oleh kompetisi-kompetisi yang sangat ketat. Keunggulan dalam berkompetisi terletak pada kemampuan dalam mencari dan menggunakan informasi, kemampuan analitis-kritis, keakuratan dalam pengambilan keputusan, dan tindakan yang proaktif dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Oleh karena itu, maka kemampuan berpikir formal siswa yang mencakup kemampuan berpikir hipotetik-deduktif, kemampuan berpikir proporsional, kemampuan berpikir kombinatorial, dan kemampuan berpikir reflektif sebagai kemampuan berpikir dasar, perlu dijadikan sebagai substansi yang harus digarap secara serius dalam dunia pendidikan. Kemampuan berpikir dasar ini harus terus dikembangkan menuju kemampuan dan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan topik yang penting dan vital dalam era pendidikan modern. Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam pendidikan sains maupun disiplin yang lain adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan sekaligus menyiapkan mereka agar sukses dalam menjalani kehidupannya. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh siswa SMP dan SMA maka mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum atau yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, serta mereka akan mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa datang yang penuh dengan tantangan, persaingan, dan ketidakpastian. Singkarnya, oleh karena berpikir kritis merupakan topik yang penting dan vital dalam pendidikan modern, maka semua pendidik semestinya tertarik untuk mengajarkan berpikir kritis kepada para siswanya. Para pakar dan instruktur pendidikan diharapkan terlibat secara intensif dalam merencanakan strategi pembelajaran keterampilan berpikir kritis. Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam pengajaran sains atau dalam bidang studi lainnya adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan sekaligus menyiapkan para siswa mengarungi kehidupannya sehari-hari. Lebih lanjut, berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia realita. Seseorang yang berpikir secara kritis mampu mengajukan pertanyaan yang cocok, mengumpulkan informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi, dapat mengemukakan argumen yang logis berdasarkan informasi, dan dapat mengambil simpulan yang dapat dipercaya. Berpikir kritis merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan. Ada hubungan yang sangat erat antara keterampilan berpikir kritis dan metode ilmiah. Karena itu, keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang berorientasi pada metode ilmiah. Berpikir kritis tidak dapat diajarkan melalui metode ceramah, karena berpikir kritis merupakan proses aktif. Keterampilan intelektual dari berpikir kritis mencakup berpikir analisis, berpikir sintesis, berpikir reflektif, dan sebagainya harus dipelajari melalui aktualisasi penampilan (performance). Berpikir kritis dapat diajarkan melalui kegiatan laboratorium, inkuiri, pekerjaan rumah yang menyajikan berbagai kesempatan untuk menggugah berpikir kritis, dan ujian yang dirancang untuk mempromosikan keterampilan berpikir kritis. Untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran perlu dilakukan strategi-strategi sebagai berikut. Pertama, menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi pelajaran agar diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran sains, harus seimbang antara sains sebagai produk (penyajian fakta, konsep, prinsip, hukum, dsb) dan sains sebagai proses (keterampilan proses sains), seperti mengobsevasi kejadian, merumuskan masalah, berhipotesis, mengukur, menyimpulkan, dan mengontrol variabel. Kedua, seimbangkan antara ceramah (lecture) dan diskusi (interaction), teori belajar Piaget menekankan bahwa pentingnya transmisi sosial dalam mengembangkan struktur mental yang baru. Ketiga, ciptakan diskusi kelas, guru sebaiknya memulai presentasi dengan ”pertanyaan” Ajukan pertanyaan yang dapat mengkreasi suasana antisipasi dan inkuiri. Lima kunci untuk menciptakan atau mengkreasi suasana kelas yang interaktif, yaitu (1) mulai setiap pembelajaran dengan masalah atau kontroversi; (2) gunakan keheningan untuk membangkitkan refleksi; (3) atur ruang kelas untuk membangkitkan interaksi dalam pembelajaran; (4) Jika mungkin, perpanjang waktu pembelajaran (extend class time). Berpikir kritis akan terjadi jika siswa memiliki waktu yang tepat untuk sampai pada refleksi; dan (5) ciptakan lingkungan belajar yang nyaman Berdasarkan strategi-strategi pengembangan keterampilan berpikir kritis dan lima kunci dalam menciptakan atau mengkreasi suasana belajar yang interaktif, maka model-model pembelajaran yang tampaknya sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran dalam upaya mempromosikan keterampilan berpikir kritis siswa antara lain (1) Pembelajaran berbasis masalah; (2) Pembelajaran kontekstual; (3) Siklus belajar; dan (4) Model pembelajaran sains-teknologi-masyarakat. Model-model pembelajaran ini akan memberi pengalaman belajar kepada siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Model siklus belajar (learning cycle model) merupakan suatu strategi pembelajaran yang berbasis pada paham konstruktivisme dalam belajar, dengan asumsi dasar bahwa “pengetahuan dibangun di dalam pikiran pebelajar”. Dasar pemikiran para konstruktivis adalah bahwa proses pembelajaran yang efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana para siswa memandang fakta dan fenomena yang menjadi subjek pembelajaran. Model siklus belajar (learning cycle model) terdiri atas tiga fase aktivitas belajar yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam memahami gejala – gejala alam yang kompleks melalui pengalaman langsung. Melalui model siklus belajar para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memberi penjelasan dan mengemukakan argumentasinya, melakukan interprestasi, dan memperbaiki gagasannya. Fase – fase aktivitas belajar dalam model siklus belajar adalah (1) fase eksplorasi, (2) fase pengenalan konsep, dan (3) fase aplikasi konsep. Pembelajaran berbasis masalah dirancang dalam suatu prosedur pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dan menggunakan instruktur sebagai pelatih metakognitif. Ada enam tahapan proses pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut. (1) Mulai dengan penyajian masalah; (2) Masalah hendak-nya berkaitan dengan dunia siswa (masalah riil); (3) Organisasi materi pembelajaran sesuai dengan masalah; (4) Memberi siswa tanggung jawab utama untuk membentuk dan mengarahkan pembelajarannya sendiri; (5) Menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam proses pembelajaran; dan (6) Menuntut siswa untuk menampilkan apa yang telah mereka pelajari. Beberapa karakteristik problem based learning, yakni (1) Proses pembelajaran bersifat Student-Centered; (2) Proses pembelajaran berlasung dalam kelompok kecil; (3) Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing; (4) Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan merupakan stimulus pembelajaran; (5) Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (Self-directed learning); dan (6) Masalah (problems) merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah klinik
Dalam mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter yang dimiliki Siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan  Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Pada Hari Kamis 2/1/2020  Seluruh Siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Sore Hari Pukul 14.30 datang ke Sekolah untuk di ajari oleh Kak SYAHRUL , S.Pd selaku Pelatih Pramuka membuat Kapal , Pelatih Kelahiran BANGKALAN 1986 Tersebut mengajarkan tekhik – tekhnik dalam membuat Kapal tersebut , seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya baik Tim Putra Maupun Tim Putri langsung membuat kapal tersebut , dengan semangat mereka langsung membuat , dimana Kak SYAHRUL hanya meminta 1 Tim untuk membuat Kapal tersebut sebanyak 4 Siswa / siswi , berkali – kali Kak SYAHRUL meminta untuk Power dalam menarik Tali ke Tongkat agar Kuat ,  Menurut Kepala SMP PGRI 6 Surabaya  tujuan dari kegiatan ini adalah  Untuk mengajarkan Keterampilan siswa dalam berpikir kritis , dimana di ajarkan cara menyambung tongkat dan tali , karena dengan membuat Kapal tersebut Skill dari peserta didik  di asah , sehingga bisa kreativitas nya muncul dengan baik , sehingga Pengembangan Pendidikan Karakter bisa muncul dari skill yang dimiliki tersebut.