Sabtu, 17 Agustus 2019

“ URIP IKU KUDU MANFAAT GAWE WONG LIYO “



“ URIP IKU KUDU MANFAAT GAWE WONG LIYO “

Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan. Istilah lain yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati. Entah mau sampai kapan saya terus-terusan membiarkan si lepi-delli tak lagi cenunak-cenunuk keyboardnya hingga tersusun dan terisi sebaris dua baris demi mengisi hampanya ruang blog. (Ruang hampa-hatinya yang nulis kapan diisi? #eaakkk). Si lepi-delli kudu dipaksa biar terbiasa keyboarnya cetak cetuk lagi. Biar blognya tak berdebu lagi. Biar hati kembali bersorak, “yes, iso curhat nang blog meneh”. #huehehe. Oh ya, maapken ya jika terdapat istilah-istilah aneh. Somehow, dalam beberapa tahun belakangan ini saya sering menamai beberapa benda milik pribadi. Misalnya saja, motor Supra merah, saya beri nama Si Supri (jadi selama ini, “Supri” yang nemenin kemana-mana itu maksudnya Supra merah tho? Yes. That’s rigt. Haha). Sampai leptop hitam, saya beri nama Si Lepi-Delli, atau kadang Si Delli. Tentu karena mereknya D*ll. Entah kebiasaan ini muncul sejak kapan. Yang pasti, bukan sejak ladang gandum berubah menjadi kokokrans. Urip iku urup. Bermakna, hidup itu menyala; memberi cahaya untuk lingkungan sekitar. Urip iku yo urup, hidup itu ya memberi manfaat untuk orang lain. Menyala untuk menerangi kegelapan, dan memberi terang agar tak ada lagi yang tersesat mencari arah jalan pulang. Urip iku kudu urup. Tak jaman lagi hidup hanya mementingkan diri sendiri. Masalah-masalah tak akan bisa selesai hanya dengan sikap yang hanya bisa “mengutuki” tanpa berbuat sesuatu yang memberi arti, bukan? Urip iku sejatine gowo manfaat kanggo wong urip liyane. Translate: hidup itu sejatinya membawa manfaat untuk orang hidup yang lain. Lho lha iya, kecuali kalau dulu sejak dalam kandungan, kita tak bergantung pada orang lain (ibu) dalam hal mendapatkan makanan. Kecuali bila dulu kita bisa terlahir begitu saja tanpa turun tangan para bidan yang cantik dan bahkan dokter yang baik. Kecuali jika sejak dari dulu kita bisa langsung berjalan tanpa perlu belajar tertatih terlebih dahulu dan ditatih ibu dan bapak. Kecuali apabila sejak dulu kita bisa mandi sendiri dan memakai baju sendiri tanpa ada uluran lembut tangan mama. Kecuali jika sejak dulu kita bisa langsung pintar membaca-menulis tanpa diajari oleh orang tua dan bapak-ibu guru yang terhormat di sekolah. Kecuali jika kita bisa merakit kendaraan sendiri, mengebor bumi sampai dapat bensin sendiri. Kecuali jika nasi yang kita makan, padinya kita tanam sendiri, kita panen sendiri, sampai kita selep dan masak sendiri berasnya. Kecuali kalau sejak dulu tidak ada orang lain yang terlibat dalam hidup kita. Kecuali itu semua, maka boleh lah kalau mau jadi egois. Egois lah. Egois saja, sok atuh. Namun nyatanya, selalu ada orang lain yang hidupnya tidak untuk diri mereka sendiri. Hidup-hidup mereka selalu bersinggungan dengan hidup kita. Hidup ini rantai ketergantungan. Satu sama lain salin tersulam dan membutuhkan. “Karena manusia makhluk sosial,” begitu kata guru IPS dulu. “Jadi tolong diingat, hidupmu bukan untuk dirimu saja”, begitu kesimpulan emas dari abang Neji Hyuga. Hidup itu seharusnya ya “hidup”, menyala. Menyala semangatnya, menyala kepekaannya, menyala rasa pedulinya, dan sejuta makna menyala lainnya. Hanya agar, pribadi ini tak lagi menjadi pribadi paling egois di dunia. Insan yang hanya berpikir “yang penting aku” kaya, “yang penting aku” bahagia, “yang penting aku” selamat, dan “yang penting aku” lainnya. Lebih lagi, bagi rekan-rekan yang notabene rajin sekali ngaji dan tholabul ‘ilmi. Jangan donks sampai menjadi pribadi yang paling rajin mengaji, paling rajin tholabul ilmi, paling sholih sedunia, tapi menjadi paling apatis juga sejagat raya.Kan jadi lunyu, eh lucu. Seolah-olah, agama dan kepercayaannya masing-masing itu mengajari untuk menggapai setinggi-tingginya langit, tapi amnesia bahwa ia masih saja menginjak bumi. Tentu paling baik adalah bersikap pertengahan. Lho katanya agama ini agama pertengahan? Tentu dalam bersikap juga mesti pertengahan, bukan, kawans? Yakni, menyulam pahala hingga menganak-tangga dan melangit tinggi, dan tetap memberi jejak kebermanfaatan di bumi. Tentu agama kita tidak pernah mengajari kita menjadi pribadi yang egois, kan, temans? Yang hanya “menggapai” langit, namun lupa kita ini masih berada di dunia dan kaki masih menapak di atas bumi. Tidak. Lebih lagi Islam, tak seegois itu. Pikiran haruslah melangit tinggi, tetapi jiwa tetap harus down to earth.Maka, urip iku kudu urup. Hidup itu kudu menyala, memberi arti di setiap sisi. Duh, bukan berarti saya sudah menjadi orang paling bermanfaat sealam raya. Belum. Belum sama sekali. Saya masih saja merasa hanya butiran debu, remukan rempeyek, yang masih apalah-apalah itu (#drama banget). Tentu, petuah ini saya sampaikan untuk diri sendiri yang masih apalah-apalah ini. Hanya agar, mau bergegas menjadi lentera dan mulai menyalakan hidupnya sendiri, syukur-syukur hidup orang lain. Tak lagi leyeh-leyeh di “kursi” nyamannya, “berbaring-baring santai” di kasur empuknya, dan berleha-leha di zona nyamannya
Sepulang dari Kumpul Keluarga Pada Hari Minggu 18/8/2019 Pukul 13.00 , Ada telpon dari Warga RT.03 RW 05 Bulak Rukem Gang VII Kelurahan Wonokusumo , Kecamatan Semampir meninggal Dunia, dan membutuhkan Bantuan Ambulance Gratis Milik Pemkot Surabaya  untuk diangkut Ke Makam dari Bulak Rukem VII B Ke Pemakaman Wonokusumo , Dengan Tetap semangat Dan berpegang pada Semboyan Bahwa Wong URIP Iku Kudu GAWE Wong Liyo Bukan Menjadi Penghakalang , Karena Dengan membantu dan bermanfaat untuk orang lain insyah Allah Akan membantu Dan menurunkan Rezeki sampai kapanpun, Jadi Prinsip yang selalu saya PEGANG dan Saya Terapkan baik Ke Siswa Maupun URIP IKU KUDU MANFAAT GAWE WONG LIYO OJOK NDELOK DUIT .



“ Atasi Kejenuhan Dengan Foto Bersama Keluarga Tercinta “










“ Atasi Kejenuhan Dengan Foto Bersama Keluarga Tercinta “
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda). liburan adalah suatu masa di mana orang-orang meluangkan waktu yang bebas dari pekerjaan atau dunia persekolahan. Umumnya liburan terjadi pada pertengahan tahun atau akhir tahun, juga pada hari raya. Dalam kondisi khusus seperti bencana alam, hari libur dapat ditetapkan oleh pemerintah. Pasti semua orang pernah merasakan kejenuhan dalam hidup. Merasa bosan dengan hal yang telah dilakukannya, itu adalah hal yang wajar. Karena apa? Karena memang itulah sifat asli manusia. Tak ada manusia yang tidak pernah merasakan kejenuhan dalam hidupnya, pasti semua orang pernah berada pada tingkat kejenuhannya. Memang jenuh adalah hal yang biasa, karena memang semua orang pasti merasakannya. Tapi bangkit dari kejenuhan tersebut adalah hal yang luar biasa, karena tidak semua orang bisa melakukannya. Jadi sudah bisa disimpulkan bahwa orang yang dapat melampaui kejenuhan yang ada dalam hidupnya adalah orang yang luar biasa. Nah, untuk menjadi orang yang luar biasa tersebut tentu bukanlah hal yang mudah. Perlu dorongan dari dalam diri untuk bisa melampaui kejenuhan tersebut. Apakah anda merasa bosan saat anda sering mengulang-ulang suatu kegiatan? Sudah bisa ditebak jawaban anda adalah ya. Maka dari itu terkadang ada orang yang sampai stress karena kebiasaan yang terus diulang-ulang
Dalam mengatasi kejenuhan dalam dunia Kerja , Pada Hari Minggu 18/8/2019 . Dilakukan liburan bersama keluarga Besar tercinta yang terdiri dari Ayah , Ibu , Kakak , Ponakan Dan Saudara , Dalam Kesempatan ini Liburan tidak perlu jauh -  jauh yang penting bisa berkumpul bercanda bersama keluarga , Dalam kesempatan ini Melakukan Foto Keluarga bersama  Di Studio FOTIS Foto JL. Slamet Nomor 15 Ketabang Kecamatan Genteng Surabaya  , Selesai Foto sambil menantikan Mobil Grab Jemputan kita makan bersama  beki BAKSO Dan Minum Es Degan Yang Sangat Ramai Di  depan FOTIS Studio . Walaupun Sederhana Liburan ini sangat menyenangkan mengatasi kejenuhan , Tepat Pukul 11.30 Langsung Balik Ke Rumah Di Bulak Rukem III



Jumat, 16 Agustus 2019

“ Ridhanya Allah Terletak Pada Ridhanya Orang Tua “


































“ Ridhanya Allah Terletak Pada Ridhanya Orang Tua “
Ridha Allah terletak kepada ridha kedua orangtua, karena Allah memerintahkan untuk mentaati orangtua. Barangsiapa yang mentaati perintah Allah ini, maka Allah akan meridhainya dan barang siapa menolak taat kepada-Nya maka Ia pun murka. Al Hafidz Al Iraqi menjelaskan bahwa ini mirip dengan ungkapan,”Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah. Namun tetap disyaratkan bahwa keridha’an dan kemurkaan orangtua masih dalam hal yang diperbolehkan oleh syariat``Imam Al Ghazali menyebutkan sejumlah hal yang termasuk adab anak kepada orangtuanya; mendengarkan perkataannya, mentaati perintahknya, tidak berjalan di depannya, tidak meninggikan suara di hadapannya, serta berusaha untuk mendapatkan keridhaannya. (lihat, Faidh Al Qadir, 4/33) Mudah-mudahan kita dimasukkan oleh Allah kepada golongan tidak memperolah keridhaan dari orangtua, hingga Allah meridhai kita.*
                      Selesai Mengikuti rangkaian Upacara Bendera  SMP PGRI 6 Surabaya , Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , Pada Hari SABTU 17/8/2019 Pukul 08.00 2 Mobil berangkat menuju ke  Panti Wedha HARGODEDALI Yang terletak di Jalan Manyar KARTIKA IX No. 22-24 Surabaya , Dalam  Kesempatan tersebut SMP PGRI 6 Surabaya Membawa 15 Siswa dari OSIS SMP PGRI 6 Surabaya Serta 10 SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Dan 15 Orang Guru Dari SMP PGRI 6 Surabaya Dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya , Dalam sambutannya Bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Bapak H. Banu ATMOKO , S.Pd menyampaikan Ucapan Terimakasih Kepada PANTI WEDHA HARGODEDALI , Yang sudah menerima Kunjungan siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya , Serta Beliau menyampaikan kepada Seluruh siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya Dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya selalu menghargai Orang Tua Kita , Karean Ridhonya Allah terletak pada Ridhonya Orang Tua , Disamping itu Kepala Sekolah Kelahiran APRIL 1984 Menyampaikan bahwa Para LANSIA , Atau Oma – Oma Tetap selalu selalu , tetap tersenyum dan untuk Pengelolah Yayasan PANTI WEDHA HARGODEDALI , Agar Tetap di berikan Kesabaran dan Kesehatan dalam mendampingi Oma – Oma Tersebut , Selesai Memberikan Sambutan seluruh OSIS SMP PGRI 6 Surabaya Dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya dan Bapak / Ibu dewan Guru SMP PGRI 6 Surabaya Bernyanyi Lagu  17 Agustus , Halo – Halo Bandung Dan Sorak Sorak Bergembira , Ibu YENI EKA PRAWISTA , S.Pd Selaku Pembina OSIS SMP PGRI 6 Surabaya Mengajak  para oma – oma untuk ikut bernyanyi dan mereka sangat semangat menyanyikan lagu perjuangan. , Selesai Menyanyi Bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Memberikan Sebuah Puisi untuk membangkitkan semangat Para Oma – oma Yang mendengarkan sampai meneteskan air mata dengan puisi yang di bacakan Kepala Sekolah kelahiran APRIL 1984 Tersebut, Dalam kesempatan tersebut SMP PGRI 6 Surabaya Dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya membawa 2 Buah Karung beras Dan Roti ,Serta Aqua 2 Dos Untuk Di SUmbangkan Kepada Oma – Oma  , Di Akhir Penutup Ibu ANIS LAILY MUFIDAH , S.Pd Selaku Kepala SDS “ AL-IKHLAS Surabaya mengajak berdoa untuk mendoakan Oma – Oma Dan Orang Tua Kita baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal sebelum memulai Doa , Ibu ANIS LAILY MUFIDAH ,S.Pd sempat meneteskan air mata , karena Terharu melihat Oma – Oma tersebut, sedangkan Menurut Annisa Dwi Ainun Yasin Siswa Kelas 9 Sekaligus Pengurus OSIS SMP PGRI 6 Surabaya beliau sangat terharu dengan oma – oma tersebut , insyah Allah Menurut Annisa Beliau akan selalu menjaga orang tuanya sampai beliau sukses , beliau menangis teringat orang tua nya.

“ Tanamkan Jiwa Nasionalisme , Patriotisme Dan Peduli Lingkungan”










































“ Tanamkan Jiwa Nasionalisme , Patriotisme Dan Peduli Lingkungan”
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut SaigonVietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada tanggal 12 Agustus 1945Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic). Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepangmasih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor BukanfuLaksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo. Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila. Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Dalam Memperingati HUT Kemerdekaan RI Yang Ke – 74 SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak Di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , Pada Hari SABTU 17/8/2019 , Seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya Mulai Kelas 7 – Kelas 9 , Seluruh Siswa / Siswi SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Mulai Kelas 1- Kelas 6  Seperti biasa mereka masuk Pukul 06.30 Untuk mengikuti Rangkaian Upacara Bendera Peringatan  HUT Kemerdekaan RI Yang Ke – 74 , Dalam Kesempatan ini yang menjadi Petugas Upacara adalah OSIS SMP PGRI 6 Surabaya yang di bina dan di damping oleh Ibu YENI EKA PRAWISTA , S.Pd selaku Pembina OSIS SMP PGRI 6 Surabaya , Dalam kesempatan yang menjadi Pembina Upacara di SMP PGRI  6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya adalah Ibu HJ CAMELIA HABIBAH , S.E Anggota DPRD Kota Surabaya Komisi C dari Fraksi PKB , Dalam amanat nya Ibu HJ CAMELIA HABIBAH , S.E Mengajak seluruh siswa untuk membangkitkan Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme Serta menjaga Peduli Berbudaya Lingkungan , Selesai acara Upacara , Ibu YENI EKA PRAWISTA , S.Pd Selaku Pembina OSIS SMP PGRI 6 Surabaya membagikan Hadiah Lomba Yang Di adakan Di SMP PGRI 6 Surabaya Dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya, Di Akhir Sebelum Pulang Ibu HJ CAMELIA HABIBAH , S.E Memberikan Hadiah Berupa Uang Kepada Syaiful Akbar yang sudah menjadi Pemimpin Upacara , Dan Ibu HJ CAMELIA Memberikan Uang Rp. 50.000 Kuis , Alhamdulilah 3 Siswa baik dari SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS “ AL-IKHLAS Surabaya masing – masing mendapatkan Rp50.000 ,Dimana Ibu HJ CAMELIA Habibah , S.E Menyampaikan Uang yang di berikan di tabung , Jangan Beli Paketan HP.