“ Bersama SENIMAN JALANAN
Kita MAJUKAN KOTA Surabaya Tercinta “
Hari Ke 454
Di
dalam kehidupan sosial masyarakat, musik dan pemusik jalanan adalah dua hal
yang sangat menarik. Musik dapat membuat orang untuk merasa senang dan bahagia,
tetapi orang juga bisa menjadi pemusik atau penyayi. Realitasnya di lapangan
ternyata ada interaksi antara pemusik dan lagu-lagu yang dinyanyikan. Pada
pengamen jalanan, musik dinyanyikan sekaligus mempunyai dua fungsi, yang
pertama sebagai media hiburan untuk menghibur para pendengar dan yang kedua
adalah sebagai sarana untuk melakukan seruan moral dan kritik sosial. Hal
lainnya dalam konteks ekonomi para pemusik jalanan itu juga memperoleh uang
sebagai penopang ekonominya. Jadi sekaligus sebagai strategi ekonomi untuk memperoleh
pendapatan. Pengamen (bahasa Inggris: street singers atau buskers), adalah
sekelompok orang maupun individu yang melakukan pertunjukan di tempat umum
(baik bernyanyi, menari, maupun bermain alat musik) untuk mendapatkan uang.
Umumnya, pengamen dilakoni oleh remaja yang putus sekolah. Tapi kini ada banyak
orang tua maupun anak-anak yang menjadi pengamen karena faktor ekonomi.Pengamen
jalanan sering beroperasi di setiap lampu merah, terminal, di dalam bus, di
depan pertokoan, pasar, tempat wisata, dan lain-lain. Penampilan mereka pun
bermacam-macam. Mulai dari tampilan biasa, badut, anak punk, hingga memakai
pakaian seksi. Kehadiran mereka sering dikonotasikan negatif karena mengganggu
ketertiban. Selain itu, stigma ini juga muncul karena sering ditemui pengamen
jalanan yang tidak tahu sopan santun dan brutal (beberapa di antara mereka
memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang).Dalam sejarahnya,
pengamen telah ada sejak abad pertengahan, terutama di Eropa. Bahkan di kota
lama London, terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington.
Pada saat itu, musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik
keagamaan, yang kemudian dalam perkembangannya pengamen menjadi salah-satu
landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia
Puasa
Ramadhan 1442 H Insyah Allah kurang 1 Hari lagi , Dimanfaatkan oleh Penulis
yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang
terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan
Semampir Pada Hari Senin 12/4/2021 Yang sedang akan mengikuti Rapat melintasi
Jalan KARANG Tembok Surabaya , Dimana saat melintasi KARANG Tembok Lampu merah
Pengendara baik sepeda motor , Motor ataupun Pejalan kaki di suguhi music
Jalanan Angklung yang sangat keren sekali permainan music nya , sambil menunggu
lampu merah music tersebut dimainkan dan 2 orang meminta sumbangan se ikhlas
nya kepada Para pengendara.
Menurut
Penulis yang Juga Alumni Jurusan PLS UNESA Kelahiran APRIL 1984 Bahwasannya
music jalanan tersebut harus nya Pemkot Surabaya bisa dijadikan Ikon Seperti Di
YOGYAKARTA Dimana Para Pemain Musik JALANAN Bisa Mengisi Di
Café – Café Atau Hotel Hotel Sehingga para pemusik jalanan bisa lebih
berkelas dan uang pendapatan yang mereka dapatkan jauh lebih besar. Maka Dari
itu Penulis berharap agar ada Perhatian untuk para Seniman , Mari Kita Jadikan
Kota Surabaya yang bisa menghargai Para Musisi atau Seniman walaupun Kecil,
Karena dari seniman lahirlah Ide Ide baru untuk kemajuan negeri dan kota
tercinta.
#Tantangan
Guru Siana
#
dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar