Jangan Remehkan Aturan
Rambut Siswa!
Disiplin
adalah suatu sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk taat dan bisa
mengendalikan diri, agar tetap mematuhi aturan yang telah dibuat atau
disepakati. Disiplin merupakan suatu sikap atau perlaku yang tentunya
diharapkan oleh banyak orang, khususnya orang berpendidikan. Tentunya disiplin
sangat dibutuhkan karena dapat membantu suatu kegiatan agar dapat berjalan
dengan lancer sesuai yang diharapkan. Tentu disiplin tidak lepas dari aturan,
norma, prosedur, organisasi, kerja sama, hukuman, dan lain sebagainya. Untuk
menaklukkan kuasa kemauan di dalam diri sendiri. , Agar seseorang dapat menjadi
pemerintah atas dirinya sendiri. Untuk memperbaiki berbagai kebiasaan
seseorang. Untuk mengajarkan menghormati orang tua dan Ilahi. Penurutan atas
dasar prinsip, bukan paksaan. Untuk menciptakan dan mengembangkan suatu
keteraturan dalam berbagai tindakan manusia. Untuk memberikan sasaran tertentu
yang ingin dicapai sekaligus membatasi cakrawala. bahwa materi ajar akan
gampang dipahami oleh para siswa jika otak mereka berada pada gelombang alfa.
Apapun itu istilahnya, yang saya juga tidak begitu paham, otak dengan gelombang
alfa adalah keadaan ketika otak masih segar dan siap menerima informasi apapun.
Gampangnya, gelombang alfa mungkin bisa digambarkan dengan kondisi otak di pagi
hari, selesai mandi, fresh, dengan catatan tidak ada beban pikiran. Ketika
itulah, apapun yang diajarkan kepada siswa akan efektif. Semakin banyak
tekanan, semakin tidak mendukung lingkungan, semakin tidak baik hubungan
guru-murid, makasemakin jauh otak dari posisi gelombang alfa, dan semakin susah
informasi masuk ke otak siswa. Jika Anda pernah melihat guru/trainer melakukan
brain storming, meminta berdiri, merentangkan tangan, menarik nafas yang dalam
dan melepaskannya secara perlahan, itu adalah strategi-stretegi untuk
mengembalikan otak ke gelombang alfa. Selain guru harus berusaha menempatkan
siswa pada gelombang alfa, guru juga harus berhasil mengatasi hal-hal distruktif,
diantaranya otak reptil. Apa pula itu otak reptil? Otak reptil adalah bagian
otak manusia yang menumbuh-dan-kendalikan daya berontak manusia. Ini bukan
sesuatu yang jahat, karena manusia memang memiliki segudang paradoks, antara
sifat alami yang lembut dan penuh empati pada satu sisi tetapi memiliki potensi
perlawanan pada sisi lain. Kedua sisi, kelembutan dan perlawanan, dibutuhkan
dalam hidup; tergantung situasi apa yang dihadapi. Dalam konteks proses belajar
mengajar, jika seorang murid melakukan perlawanan atau pembangkangan terhadap
guru, maka ketika itu otak reptilnya sedang bekerja. Entah bagaimana
hubungannya dengan gelombang alfa tadi, yang pasti, ketika otak reptil bekerja,
otak tidak pada posisi alfa. Artinya, ketika ada resistensi dari siswa terhadap
guru, materi ajar tidak akan bisa ia mengerti. Bukan hanya pada siswa, jika
suatu ketika dalam proses belajar-mengajar otak reptil guru bekerja, maka tidak
akan bisa ia memberikan pengajaran yang baik bagi siswa. Lebih parah lagi
ketika keduanya beradu kuat dengan otak reptil masing-masing, tidak ada
pendidikan, yang ada hanyalah saling melawan. Dengan adanya kedua potensi ini,
maka guru bisa memaksimalkan waktu dalam pengajarannya dengan mengondisikan
siswa pada gelombang alfa dan menundukkan otak reptilnya. Namun begitu, hal
sebaliknya juga bisa terjadi. Hal-hal tertentu akan sangat mungkin merangsang
bekerjanya otak reptil siswa. Misalnya ketika siswa melihat gurunya tidak adil
terhadap siswa; lunak ke beberapa siswa dan keras pada sebagian lainnya; ketika
mereka melihat gurunya tidak disiplin waktu, sementara siswa yang datang
terlambat dihukum menyiram bunga; ketika ada peraturan ketat tentang ukuran
rambut siswa laki-laki, sementara guru bebas-bebas aja tuh. Ketika itu terjadi,
kegiatan belajar-mengajar sia-sia. Saya ingat sekali, ketika itu trainer-nya
berkata, “Jangan pernah pancing otak reptil anak!” Contoh yang paling menarik
bagi saya terkait pernyataan tersebut adalah peraturan rambut. Mungkin ini
tidak asing. Siapapun di Indonesia ini tahu, bahwa siswa laki-laki tidak boleh
memiliki rambut gondrong. Bukan, gondrong terlalu jauh, mungkin dibahasakan
‘panjang’ aja, meskipun kata ini masih sangat abu. Beberapa sekolah mungkin
sangat ketat, “Ukuran rambut siswa laki-laki adalah 1/5 cm di bawah, 1 cm di
pinggir, dan 3 cm di atas.” Apakah ini sekolah militer? Bukan. Sekolah sipil
biasa. Termasuk madrasah tempat saya belajar, tentu saja. Tapi itu titik
ekstrimnya, saya kira. Masing-masing sekolah memiliki modelnya masing-masing.
Beberapa ketat dan pendek, beberapa lainnya cukup longgar. Mengapa peraturan
ini menarik? Saya tidak melihat aturan lain yang menyentuh semua kategori
siswa, baik siswa pintar, bodoh (menggunakan paradigma status quo), disiplin,
telatan, rapi, urakan, atau patuh dan pembangkan, selain aturan rambut ini.
Kasus PR mungkin hanya siswa-siwa urakan dan tidak disiplin yang menjadi masalah.
Masalah telat? Yang tidak disiplin tentu saja. Siswa patuh tidak akan
bermasalah dengan kedua contoh pelanggaran di atas. Kasus aksesori baju yang
tidak lengkap atau berlebihan? Hanya menyentuh siswa urakan. Yang pintar,
disiplin, rapi? No problem. Tapi kasus rambut, ini berlaku umum. Baik yang
pintar, yang patuh, atau yang urakan dan pembangkang, semua kena, secara umum. Saya
mengajukan pertanyaan, mengapa harus ada peraturan tentang rambut ini, bahkan
hingga batasan yang ekstrim? Kerapian? Secara mungkin sekilas begitu. Murid
seharusnya tampil rapi. Akan tetapi, mengapa rambut siswa yang cenderung rapi,
tidak bisa disebut panjang, meskipun juga tidak pendek, tetap saja dihukum
potong secara sembarangan (terutama menjelang ujian, peraturannya semakin ketat)?
Kepatuhan? Bisa jadi. Siswa yang patuh seharusnya mengikuti peraturan yang
ditetapkan sekolah, termasuk masalah rambut. Jika demikian, mengapa harus
rambut? Ada banyak kriteria lain yang bisa dijadikan tolok ukur selain rambut.
Lagi pula, sekolah bukan mencetak orang patuh. Sekolah ada untuk memaksimalkan
potensi manusia. Ketika peraturan rambut diberlakukan dengan begitu ketat,
dengan alasan yang tidak masuk akal, maka yang diajarkan di sini hanyalah
kepatuhan buta. Bukan itu maksud dari sebuah sekolah. Sekolah bukan barak
prajurit. Terkait dengan gelombang alfa dan otak reptil di atas, saya
mengkhawatirkan bahwa peraturan rambut ini tidak ada fungsinya selain untuk
merangsang pertumbuhan otak reptil siswa. Mungkin guru berniat baik, untuk
membiasakan hidup rapi dan mengajarkan makna kepatuhan, akan tetapi ‘konsep
kerapian’ dan ‘kepatuhan’ sendiri dicederai, dan yang ada hanyalah merangsang
aktifnya otak reptil siswa. Lebih berbahaya lagi, peraturan ini bukan hanya
memiliki efek kecil bagi sebagian siswa, melainkan pada siswa secara umum.
Dengan demikian, peraturan rambut justru menjadi instrumen yang menghalangi
efektifnya proses belajar-mengajar. Peraturan rambut justru menciptakan situasi
yang tidak mendukung untuk pendidikan. Peraturan rambut hanya memaksimalkan
potensi kebengalan siswa. Mengenai kepatuhan buta, peraturan rambut ini
memiliki efek yang lebih permanen dalam pertumbuhan mental siswa. Ketika mereka
melihat rambut mereka rapi, tapi masih dipotong sembarangan, dengan alasan
kepatuhan, artinya mereka dipaksa untuk menerima sesuatu yang bagi mereka tidak
masuk akal. Dengan demikian, siswa diajarkan untuk bereaksi terhadap sesuatu
meskipun mereka tidak memahaminya. Jika siswa tumbuh dengan mental seperti ini,
mereka tidak akan mampu menjadi pemimpin di esok hari. Pemimpin tidak bisa
bertindak sembarangan; ia harus menyadari betul dengan apa yang ia putuskan.
Mereka juga akan dengan gampang dipengaruhi dan diadu-domba. Semua karena
mereka telah dipaksa semenjak dini untuk bertindak dan bereaksi melawan
kesadaran diri sendiri.
Dalam
menerapkan DISIPLIN Dan Kerapian Bagi Peserta Didik Di SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan Yang
Terletak Di Jalan Bulak Rukem III No. 7 –
9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , Pada Hari JUM’AT 20/9/2019 Tim
TATIB SMP PGRI 6 Surabaya Yang Terdiri Dari Ibu MEI KURNIATUL ADAWIYAH , S.Pd ,
Ibu YENI EKA PRAWISTA , S.Pd , Ibu YUNI ISMARYATI S.Pd , Bapak ACHMAD SYAIFUDDIN , .SH. I ,
Sedang melakukan SIDAK Ke Kelas – Kelas Mulai Kelas 7 – 9 SMP PGRI 6 Surabaya ,
Serta SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Kelas 1- Kelas 6 , Dimana TIM TATIB SMP PGRI 6
Surabaya memeriksa Rambut – Rambut Peserta Didik SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “
AL-IKHLAS Surabaya Yang panjang. . Menurut Ibu YUNI ISMARYATI , .SPd Selaku
Guru BK Mengatakan bahwa Tujuan dari kegiatan ini adalah agar Rambut dari Siswa
/ Siswi SMP PGRI 6 Surabaya tampak rapid an rajin , sehingga pada saat di luar
masyarakat tidak mencemooh siswa dengan
rambut panjang. , Sedangkan Menurut Ibu MEI RATNA SUSANTI , S.Si mengatakan
bahwa materi ajar akan gampang di pahami
, jika otak mereka pada gelombang Alfa, Jadi di harapkan setelah di Potong
rambut ini bisa membuat Anak Anak Lebih bisa menerima Pelajaran dengan mudah
dan Membuang Sengkala .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar