Selasa, 17 September 2019

“ Sahabat Yang Selalu Ada Di Saat Kita Sedang Susah “





“ Sahabat Yang Selalu Ada Di Saat Kita Sedang Susah “
Dahulu, aku sering berandai-andai. Betapa hebatnya bisa memiliki karir di luar negeri! Selain membanggakan orang tua, hal ini merupakan sebuah self-achievement yang membuatku lebih percaya diri terhadap hidup. Dahulu, sebelum mimpi ini terwujud, aku sudah sangat siap dengan segala hal yang harus dihadapi ketika berkarir di luar negeri. Jauh dari keluarga dan sahabat, bertemu dengan orang-orang yang berlainan budaya, mempelajari bahasa baru, melihat tempat-tempat baru, dan mencicipi makanan-makanan baru. Kenyataannya, sewaktu hendak terbang meninggalkan Indonesia, ada sedikit perasaan sesak menyeruak di dada ini. Ini bukan hanya pergi jauh dari rumah untuk liburan ke Bali atau Jakarta seperti yang sudah-sudah. Aku akan benar-benar meninggalkan tanah kelahiranku, Indonesia. Karena keterbatasan biaya, orang tua tak dapat mengantarkanku hingga Yangon. Rasa ketakutan menyeruak ketika mereka melepas kepergianku di bandara. Aku sungguh tak tahu kapan bisa melihat wajah mereka lagi. Tapi langkahku tetap mantap menuju counter imigrasi dan menyerahkan passport beserta boarding pass. Sesampainya di Yangon, aku disambut baik dan hangat oleh teman-teman dari Indonesia yang telah lebih dahulu berada di sini. Teman-teman berkebangsaan Myanmar juga tak kalah baik dan ramah. Namun begitu, aku tetap merindukan sahabat-sahabatku yang lama. Aku adalah orang yang terbiasa memiliki sahabat dekat sejak dulu. Aku bukannya memilih-milih dalam berteman, tapi memang aku tidak bisa langsung cocok dengan semua orang. Akhirnya, ada satu teman di sini yang sepertinya akan cocok denganku. Dia orang Jawa juga, dua tahun lebih tua daripada aku, tetapi seorang lelaki. Kami mulai sering mengobrol dan membuka diri satu sama lain. Perlahan, semua hal tentang hidup kami yang tadinya tertutup tirai rapat, mulai terbuka dengan sendirinya. Aku merasa dia memahamiku, aku pun mau memahaminya Apa yang membuat kami cocok? Aku sendiri tak terlalu yakin mengapa. Tapi sepertinya, di antara kami banyak persamaan. Baik itu sifat, hobi, kebiasaan, bahkan hal-hal kecil seperti golongan darah, tanggal ulang tahun yang (hampir) sama (hanya terpaut sehari), tempat duduk di kantor yang bersebelahan, single, dan sesama orang Jawa. Aku pikir, faktor terakhir cukup penting mengingat hal itulah yang membuat kami seolah-olah berada dalam dunia kami berdua. Karena mengobrol bebas dalam bahasa Jawa. Setelah sekian lama, kami bertengkar. Empat hari kami tidak saling bertegur sapa. Padahal biasanya, tak sehari pun terlewatkan untuk tidak bersama-sama. Bagaimana tidak? Kami bekerja di tempat yang sama, tinggal di lingkungan yang sama, terlibat dengan orang-orang dan pekerjaan yang sama. Perasaan homesick yang sering kali datang tanpa permisi, cukup terobati karena memiliki sahabat yang mengisi hari-hariku dengan canda, tingkah konyolnya, keluh kesahnya, nyanyiannya, dan gerak tarinya (dia seorang guru seni, pandai menari, dan menyanyi). Sebagai dua anak muda berlainan jenis; yang dekat; dan kemana-mana bersama, gosip pun tak terhindarkan di sekeliling kami. Banyak yang mengira kami memiliki hubungan spesial yang lebih dari teman. Di pertengkaran kami yang pertama ini, dia melakukan sesuatu yang tak mengenakkan hatiku. Aku cukup kesal padanya. Dia pun tahu aku kesal, namun diam saja. Aku menunggu kata maaf terlontar darinya selama empat hari. Selama itu pula aku merasa sangat sedih. Jika kamu berada jauh dari rumah, di tempat asing yang bahkan makanannya saja kamu tak doyan, apa yang bisa lebih buruk dari teman satu-satunya membuatmu kecewa? Aku sempat berpikir, selama ini aku salah mengira tentang dia. Mungkin dia tak benar-benar tulus bersahabat denganku.
Kebakaran yang menimpa Keluarga Riski Andriansyu Siswa Kelas 7 SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan Yang Terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Pada Hari jum’at  14/9/2019 , Membuat Iba Ibu Dra HJ WIWIK WAHYUNINGSIH , M. M Kepala SMP 17 AGUSTUS 1945 Sekaligus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Timur , Pada Hari Selasa 17/9/2019 mengunjungi SMP PGRI 6 Surabaya , Kedatangan beliau ingin ketemu Riski Andriansyu Siswa Kelas 7 SMP PGRI 6 Surabaya Yang Kontrakan Beliau terbakar , Setelah Ketemu Riski Andriansyu Ibu  Dra. HJ WIWIK WAHYUNINGSIH , M. M Menyerahkan bantuan dari  SMP 17 AGUSTUS 1945 Untuk Riski Andriansyu berupa Seragam Sekolah Biru Putih , Seragam Pramuka , Minyak , Susu Dan Gula , Serta Ada Sedikit Rezeki Untuk Keluarga Riski Andriansyu tersebut. Ibu Dra HJ WIWIK WAHYUNINGSIH , M.M Tersebut meminta Kepada Riski Andriansyu untuk rajin – rajin belajar , agar bisa membantu orang tuanya kelak , sehingga dapat membanggakan Orang Tua , Serta Mengharumkan SMP PGRI 6 Surabaya. Ibu Dra. HJ WIWIK WAHYUNINGSIH , M.M Adalah Sahabat dari Bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Bapak H. BANU ATMOKO , S.Pd , Dalam kesempatan tersebut Bapak H. Banu Atmoko , .SPd  Atas nama Lembaga SMP PGRI 6 Surabaya menyampaikan terimakasih Kepada Keluarga Besar SMP 17 Agustus 1945 Dan Kepada Ibu  Dra. HJ WIWIK WAHYUNINGSIH , M.M Yang Sudah sangat Peduli Kepada Siswa SMP PGRI 6 Surabaya ,Semoga Rezeki dari Ibu Dra HJ WIWIK WAHYUNINGSIH , M. M Lancar Sukses Berkah Barokah Selamanya, Serta Semoga SMP 17 Agustus 1945 Semakin Jaya Dan Sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar