“ SEHAT LAHIR BATHIN DI MASA PANDEMI
COVID 19 “
HARI KE - 562
Terlahir sebagai makhluk mulia di muka bumi, manusia diberikan
sejumlah amanah yang harus dijalani. Salah satu amanah besar tersebut ialah
dengan menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah yang memiliki akar kata kha’-lam
dan fa yang berarti pengganti; memiliki makna yang lebih makro yakni makhluk
Allah yang berkewajiban untuk menjaga dirinya dan memakmurkan atau melestarikan
alam sekitarnya. Sehingga, makna khalifah secara definitif ini bukan terbatas
pada makna politis (sahabat-sahabat Rasululullah yang terpilih menjadi
khalifah). Lebih luas, makna khalifah diartikan sebagai sosok manusia yang
bertanggung jawab pada dirinya sendiri, keluarga, juga kepada makhluk lain di
bumi yang ia diami. Nah, salah satu tanggung jawab terbesar yang harus ia jaga
adalah menjaga kesehatan.Selain menjadi kebutuhan vital dan mendasar, kesehatan
menjadi tolok ukur sukses dan berkembangnya suatu Negara. Tak heran, salah satu
indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dinilai dari bagaiamana kondisi
kesehatan mayarakat di suatu Negara. Oleh karenanya, kesehatan menjadi
indikator yang tak hanya penting, namun memengaruhi indikator lainnya seperti
bidang pendidikan dan ekonomi. Bisa dibayangkan jika satu Negara memiliki
sumber daya alam yang melimpah, namun masyarakatnya hidup dengan tingkat
kesehatan yang rendah—tentu mereka tidak mampu bekerja dan memberikan
kontribusi positif untuk negaranya apalagi bisa mengenyam pendidikan yang
baik.Berbicara soal kesehatan, tentu setiap orang selalu ingin sehat lahir dan
batin. Hanya saja, terkadang manusia lalai atas nikmat sehat ini. Bahkan,
jauh-jauh hari Rasulullah Saw sudah mewasiatkan bahwa ada dua nikmat yang
melenakan manusia yakni nikmat kesehatan dan waktu senggang. Tepat! Dua hal ini
sering melalaikan manusia sehingga ia lupa bahwa kesehatan itu harus dijaga dan
diupayakan. Karena pentingnya menjaga kesehatan inilah, Alqur’an pun memberikan
sejumlah tuntunan bagaimana menjaga kesehatan agar dengan nikmat sehat itu, manusia
bisa beribadah bukan hanya ibadah mahdhah secara kuantitas namun juga
ibadah-ibadah sosial lain yang tak kalah penting dan berkualitas.
Ada banyak ayat yang membicarakan perihal kesehatan dalam
Alqur'an—sekurang-kurangnya ada 318 ayat yang meliputi menjaga kesehatan
jasmani (di antaranya memperhatikan makanan dan minuman ada 134 ayat, menjaga
kebersihan ada 7 ayat sedangkan tentang istirahat ada 7 ayat). Kedua, anjuran
menjaga kesehatan rohani yang di antaranya melaksanakan ibadah sholat berjumlah
84 ayat, menunaikan zakat ada 32 ayat, perintah berpuasa ada 12 ayat serta
memohon ampunan dan bertaubat ada 42 ayat.Dengan demikian, perhatian Alqur'an
terhadap kesehatan lebih komprehensif; tak terbatas hanya kesehatan fisik/
lahir/ jasmani yang terlihat secara kasat mata, namun juga bagaimana manusia
bisa mencapai sehat sebenarnya yaitu sehat secara mental, psikis yang
akhir-akhir ini tema kesehatan mental sedang menjadi isu sentral.Jika kita
menelisik lebih dalam, maka ayat yang berkenaan langsung dengan kesehatan fisik
salah satunya ialah, “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada
setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf 7:
31). Pada pertengahan hingga akhir ayat pada surah al-A’raf di atas, Allah
mengisyaratkan suatu hal yang sangat prinsip dalam kesehatan yaitu pengaturan
pola makan dan minum. Ayat ini menurut sejumlah ulama digunakan oleh Khalifah
Ali bin Abi Thalib untuk menjawab bantahan orang Yahudi yang mengatakan
kepadanya bahwa dia tidak menemukan satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang kesehatan. Dengan cerdas Ali bin Abi Thalib menjawab,
“Untuk menjelaskan tentang kesehatan secara menyeluruh, Allah, Tuhan kami cukup
menjelaskan hanya dalam setengah ayat yaitu, “…Makanlah dan minumlah dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf (7): 52)—dimana surah al-A’raf ayat 52 juga
memerintahkan untuk makan dan minum dengan satu syarat; TIDAK BERLEBIHAN. Apa
makna dari anjuran agar tidak berlebihan tersebut?Ibnu Katsir ketika
menafsirkan menukilkan hadis yang diriwayatkan Abu Ya’la bahwa Rasulullah
bersabda,“Sesungguhnya termasuk berlebih-lebihan adalah memakan segala makanan
yang kau sukai.” Ibnu Katsir juga menyatakan, sebagian ulama salaf mengatakan,
Allah menghimpun semua kebaikan dalam separuh ayat ini, yaitu Firman-Nya dalam
ayat di atas tentang “makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.” Sementara
itu, pandangan yang hampir senada diuraikan oleh Imam Bukhari yang mengatakan
tentang ayat di atas bahwa Ibnu Abbas berkata, arti yang dimaksud dalam surah
Al-A’raf 7:31 ialah makanlah sesukamu dan berpakaianlah sesukamu selagi engkau
hindari dua perilaku yaitu berlebih-lebihan dan sombong.Uraian di atas
membuktikan bahwa Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah
kesehatan karena kini terbukti hampir seluruh penyakit degeneratif bermula
akibat makan berlebihan atau pola makan yang buruk. Sehingga, tidak berlebihan
jika Alqur’an meletakkan rahasia mencapai kesehatan hakiki bukan di saat
manusia telah mencapai usia matang, melainkan jauh-jauh hari sejak di dalam
kandungan ibu (melalui pemberian nafaqah yang patut dari sang ayah janin agar sang
ibu bisa meningkatkan gizi) juga ketika sang bayi terlahir, orangtua harus
memerhatikan asupan gizi sang anak dengan anjuran pemberian ASI, “Dan ibu-ibu
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna…” (Qs. Al-Baqarah/2: 233).Kedua, selain anak diberikan gizi sejak bayi, tuntunan
berikutnya seperti yang telah tertulis di atas yakni menjaga pola makan seperti
yang dianjurkan Rasulullah. Beliau menganjurkan agar makan dengan porsi
cukup. “Makanlah sebelum engkau merasa (terlalu) lapar dan berhentilah sebelum
merasa kenyang,” sisi baik dari nasihat Rasulullah ini penting, sebab ketika
seseorang makan dalam kondisi yang sangat lapar, ia akan sulit mengontrol
keinginannnya (terlalu lahap) yang berujung pada begah; susah bernafas.
Padahal, tubuh manusia diciptakan Allah 1/3 untuk makan, 1/3 untuk minum dan
1/3 lagi untuk bernafas. Dengan demikian, menghindari makan dan minum
dengan porsi berlebihan sejatinya juga bertujuan bukan hanya menghindari naiknya
timbangan berat badan namun juga untuk kesehatan pernafasan dan pencernaan.Tuntunan ketiga yakni terkait dengan kesehatan seksual
suami isteri. Al-Qur’an juga menaruh perhatian yang sedemikian besar bahwa
ketika seorang isteri sedang haid, sebaiknya suami menahan diri untuk tidak
berhubungan badan, ”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai
orang yang menyucikan diri.” (Qs. Al-Baqarah 2: 222). Penelitian menyebutkan,
bahwa berhubungan seksual saat menstruasi mengakibatkan penyakit menular dan infeksi
bukan hanya menimpa isteri namun juga suami.
Tuntunan terakhir yakni keempat yang tak kalah penting dengan
tiga tuntunan di atas lainnya, yaitu perihal kesehatan mental yang akhir-akhir
ini menjadi isu vital dan krusial mengingat dampak merebaknya Covid-19 yang
memengaruhi berbagai bidang salah satunya rasa takut kehilangan mata
pencaharian— sehingga sulit melihat sisi-sisi baik dari musibah ini. Allah Swt
berfirman, “(yaitu) orang-orang yang senantiasa berinfak, baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (Qs.
Ali Imran/3: 134).Ayat di atas merupakan
salah satu rangkaian ayat yang menginformasikan akhlaq mulia yang membawa
seseorang masuk ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Di antara
akhlaq mulia itu adalah kemampuan menahan amarah dan kesediaan memaafkan
kesalahan orang lain. Kedua akhlak mulia ini ternyata memiliki efek yang sangat
signifikan terhadap kesehatan. Hasil penelitian dari University of California
tahun 2012 misalnya, menyebutkan bahwa orang yang dapat menahan amarah dan
memaafkan kesalahan orang lain memiliki resiko lebih rendah terhadap hipertensi
(darah tinggi).Selain itu, Pakar Psikologi di Virginia Commonwealth University
Amerika Serikat, Worthington Junior mempublikasikan hasil penelitiannya pada
tahun 2005 di Jurnal Ilmiah Eksplore, tentang hubungan antara memaafkan dan
kesehatan yang hasilnya adalah sikap memaafkan sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Junior menemukan bahwa orang yang tidak memaafkan atau terbawa kemarahan dan
menyimpan dendam terindikasi mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh,
tekanan darah lebih tinggi, ketegangan otot dan detak jantung yang terlampau
cepat. Sebaliknya sifat memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung,
pembuluh darah, mengurangi stress serta hubungan relasi sosial yang lebih baik.Temuan luar biasa mengenai kesehatan mental yang sangat sejalan
dengan beberapa tuntunan Alqur’an sebaiknya tidak hanya sampai kepada unsur
kognitif (sekedar tahu), namun semoga tuntunan Alqur’an untuk meraih kesehatan
yang sebenarnya memotivasi kita semua untuk mau memulai hidup sehat dari
menjaga pola makan, lebih peduli dengan kebersihan diri dan lingkungan, juga
belajar untuk mudah memberi dan memaafkan! Alhamdulillah, selamat Hari
Kesehatan Dunia; semoga kita tak bosan untuk mau berupaya maksimal menjaga
nikmat sehat dari-Nya dan Allah menjaga kesehatan kita semua
Kondisi Pandemi yang
tidak kunjung berakhir ini membuat semua orang harus benar – benar Extra Untuk Menjaga meningkatkan Imun tersebut ,
Dimana kita harus benar – benar
menjalankan Protokol kesehatan agar kita dan keluarga kita terbebas dari COVID
19. Dalam kesempatan ini Penulis berharap kepada Masyarakat Indonesia Khususnya
Kalau Bukan Kita Yang Memerangi COVID Ini sapa lagi , Makanya AYO Kita Jaga
Diri kita dan Keluarga kita dengan mentaati Protokol kesehatan Agar Kita Dan Keluarga Bisa Sehat
LAHIR BATHIN.
Tantangan Guru Siana
#
dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar