“ Nikmat Nya Hujan Hujan SAMBIL Makan PASTEL
KIRIMAN DARI SAHABAT KEPALA SMP SASANA BHAKTI”
Hari Ke 293
Mampukah
kita menghitung nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang telah kita dapat hingga saat
ini? Tentulah, TIDAK! Menghitung jumlah nikmat dalam sedetik saja kita tidak
mampu, terlebih sehari bahkan selama hidup kita di dunia ini. Tidur, bernafas,
makan, minum, bisa berjalan, melihat, mendengar, dan berbicara, semua itu
adalah nikmat dari Allah Ta’ala, bahkan bersin pun adalah sebuah nikmat. Jika
dirupiahkan sudah berapa rupiah nikmat Allah itu? Mampukah kalkulator
menghitungnya? Tentulah, TIDAK! Sudah berapa oksigen yang kita hirup? Berapa
kali mata kita bisa melihat atau sekedar berkedip? Sampai kapan pun kita tidak
akan bisa menghitungnya. Sebagaiman Allah Ta’ala berfirman,وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ
اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ“Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An
Nahl: 18)Lalu, apakah yang harus kita lakukan setelah kita mendapatkan semua
nikmat itu? Bersyukur atau kufur? Jika memang bersyukur, apakah diri ini sudah
tergolong hamba yang mensyukuri nikmat-nikmat itu?Karena itu, kita Perlu
mengetahui bagaimana cara bersyukur kepada Allah Ta’ala dan bagaimana tata cara
merealisasikan syukur itu sendiri. Ketahuilah bahwasannnya Allah mencintai
orang-orang yang bersyukur. Hamba yang bersyukur merupakan hamba yang dicintai
oleh Allah Ta’ala. Seorang hamba dapat dikatakan bersyukur apabila memenuhi
tiga hal:Pertama,Hatinya mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang
diperoleh itu berasal dari Allah Ta’ala semata, sebagaimana firman Allah Ta’ala
:وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ“Dan apa saja nikmat yang ada pada
kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl: 53)Orang yang menisbatkan
bahwa nikmat yang ia peroleh berasal dari Allah Ta’ala, ia adalah hamba yang
bersyukur. Selain mengakui dan meyakini bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari
Allah Ta’ala hendaklah ia mencintai nikmat-nikmat yang ia
peroleh.Kedua,Lisannya senantiasa mengucapkan kalimat Thayyibbah sebagai bentuk
pujian terhadap Allah Ta’alaHamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah
hamba yang bersyukur dengan lisannya. Allah sangat senang apabila dipuji oleh
hamba-Nya. Allah cinta kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuji Allah
Ta’ala.وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka
hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. (Qs. Adh Dhuha:
11)Seorang hamba yang setelah makan mengucapkan rasa syukurnya dengan berdoa,
maka ia telah bersyukur. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam, dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى
أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ . غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ“Barang siapa yang makan makanan kemudian
mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min
ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah
memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan
dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458.
Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).Terdapat pula dalam hadits Anas bin Malik,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,نَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ
أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ
عَلَيْهَا “Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang
mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no.
2734).Bahkan ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak
menyenangkan, maka sebaiknya tetaplah kita memuji Allah.عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ
قَالَ
« الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى
مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ». Dari Aisyah,
kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah
mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”. Sedangkan
jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan
“Alhamdulillah ‘ala kulli hal.” (HR Ibnu Majah no 3803 dinilai hasan oleh al
Albani)Ketiga,Menggunakan nikmat-nikmat Allah Ta’ala untuk beramal
shalihSesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah Ta’ala akan menggunakan
nikmat Allah untuk beramal shalih, tidak digunakan untuk bermaksiat kepada
Allah. Ia gunakan matanya untuk melihat hal yang baik, lisannya tidak untuk
berkata kecuali yang baik, dan anggota badannya ia gunakan untuk beribadah
kepada Allah Ta’ala. Ketiga hal tersebut adalah kategori seorang hamba yang
bersyukur yakni bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badannya. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah
dengan hati, lisan dan anggota badan. (Minhajul Qosidin, hal. 305). Syukur dari
hati dalam bentuk rasa cinta dan taubat yang disertai ketaatan. Adapun di
lisan, syukur itu akan tampak dalam bentuk pujian dan sanjungan. Dan syukur
juga akan muncul dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh segenap anggota
badan.” (Al Fawa’id, hal. 124-125) “Karena lawan dari syukur adalah
ingkar/kufur, Allah pun melarang melakukannya. Allah berfirman (yang artinya),
“Dan janganlah kalian kufur”. Yang dimaksud dengan kata ‘kufur’ di sini adalah
yang menjadi lawan dari kata syukur. Maka, itu berarti kufur di sini bermakna
tindakan mengingkari nikmat dan menentangnya, tidak menggunakannya dengan baik.
Dan bisa jadi maknanya lebih luas daripada itu, sehingga ia mencakup banyak
bentuk pengingkaran. Pengingkaran yang paling besar adalah kekafiran kepada
Allah, kemudian diikuti oleh berbagai macam perbuatan kemaksiatan yang beraneka
ragam jenisnya dari yang berupa kemusyrikan sampai yang ada di bawah-bawahnya.”
(Taisir Karimir Rahman, hal. 74)
Pada
Hari Senin 2/11/2020 Saat hujan
mengundang Bapak Kepala SMP PGRI 6
Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang Terletak Di Jalan Bulak Rukem
III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo
Kecamatan Semampir Bapak H. BANU
ATMOKO,S.Pd menerima kiriman PASTEL Dari Kepala SMP SASANA BHAKTI Ibu Dra
ERDIJANAH , Dimana Ibu Dra. ERDIJANAH Mengirimkan PASTEL Dari SMP SASANA BHAKTI Dengan Meminta Bantuan
GRAB EXPRESS PASTEL Dari Ibu Dra ERDIJANAH Di bagikan Kepada Guru – Guru Di SMP
PGRI 6 Surabaya dan SDS AL-IKHLAS Surabaya Disamping Itu Bapak Kepala SMP PGRI
6 Surabaya Kelahiran APRIL 1984 Alumni
Jurusan PLS Bapak H. BANU ATMOKO,S.Pd
memberikan PASTEL Tersebut kepada
Bapak H. OEMAR , S.Ag . Alhamdulilah Di Hujan yang Dingin Ini Ada Sahabat Yang
Baik Mengirimkan PASTEL Tersebut . Terimakasih Banyak SAHABAT PASTELNYA Semoga
Allah Yang Balas Kebaikan Ibu . Alhamdulilah Bisa Makan PASTEL Juga sama
Ponakan Tercinta CHYNTIA PRAJNA WULANDARI.
#Tantangan
Guru Siana
#
dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar