“ Kemuliaan Akhlaq Di Masa
Pandemi COVID- 19”
Hari Ke - 121
Al-Quran menetapkan bahwa
akhlak itu tidak terlepas dari aqidah dan syariah, ketiganya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat dari surat
al-Baqarah (2): 177, yang berarti: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa. Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa iman kepada Allah Swt.
adalah merupakan dasar dari kebajikan. Kenyataan ini tidak akan pernah
terbukti, kecuali jika iman tersebut telah meresap di dalam jiwa dan ke seluruh
pembuluh nadi yang disertai dengan sikap khusyuʾ, tenang, taat, patuh, dan
hatinya tidak akan meledak-ledak lantaran mendapatkan kenikmatan, dan tidak
putus asa ketika ditimpa musibah. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada
Allah Swt. hanya mau tunduk dan taat kepada Allah Swt. dan syariat-syariat-Nya.
Selanjutnya iman kepada hari akhir mengingatkan manusia bahwa ternyata terdapat
alam lain yang gaib, kelak di akhirat yang akan dihuni. Oleh sebab itu,
hendaklah usahanya itu jangan hanya dipusatkan untuk memenuhi kepentingan
jasmani atau cita-cita meraih kelezatan duniawi saja atau memuaskan hawa nafsu.
Demikian juga iman kepada para Malaikat adalah titik tolak iman kepada wahyu,
kenabian, dan hari akhir. Siapapun yang menolak keimanan terhadap Malaikat,
berarti mengingkari seluruhnya. Hal ini disebabkan di antara para Malaikat itu
ada yang bertugas sebagai penyampai wahyu kepada para Nabi. Sedangkan iman
kepada kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para Nabi mendorong seseorang untuk
mengamalkan kandungan kitab yang berupa perintah maupun larangan. Sebab orang
yang yakin bahwa sesuatu itu benar, maka hatinya akan terdorong untuk
mengamalkannya. Dan jika ia yakin bahwa sesuatu itu akan membahayakan dirinya,
tentu akan menjauhinya dan tidak mengamalkannya. Sedangkan Iman kepada para
nabi, akan mendorong untuk mengikuti ajarannya. Ayat al-Quran tersebut,
kemudian menentukan tentang syariah, yakni memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan
hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Kemudian ayat ini mengatur
tentang akhlak, yatu orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam
peperangan.Islam mengatur tolok ukur berakhlak adalah berdasarkan ketentuan
Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, apa yang dipandang baik oleh Allah dan
Rasul-Nya, pasti baik dalam esensinya. Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin
Dia menilai kepalsuan sebagai kelakuan baik, karena kepalsuan esensinya pasti
buruk. Selain itu Allah selalu memperagakan kebaikan, bahkan Dia memiliki sifat
yang terpuji, seperti al-Quran surat Thaha (20): 8 menjelaskan: “(Dialah)
Allah, tiada Tuhan selain Dia, Dia mempunyai sifat-sifat yang terpuji (al-Asmȃˋ
al-Husnȃ).” Demikian juga Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad meriwayatkan
Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw., beliau menjawab: “Akhlak
Nabi Saw. adalah al-Quran.” Semua sifat Allah Swt. disebutkan dalam al-Quran
yang jumlahnya disebutkan di dalam hadits. Sifat-sifat Allah ini merupakan satu
kesatuan. Dia Esa di dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Oleh karena itu,
tidak wajar jika sifat-sifat itu dinilai saling bertentangan. Maksudnya semua
sifat memiliki tempatnya masing-masing. Ada tempat untuk keperkasaan dan
keangkuhan Allah, ada tempat untuk kasih sayang dan kelemahlembutan-Nya. Ketika
seorang muslim meneladani sifat al-Kibriyâ (Keangkuhan Allah), ia harus ingat
bahwa sifat itu tidak akan disandang oleh Allah Swt., kecuali dalam konteks
ancaman terhadap para pembangkang atau terhadap orang yang merasa dirinya
superior. Ketika Rasulullah Saw. melihat seseorang yang berjalan dengan angkuh
di medan perang, beliau bersabda: “itu adalah cara berjalan yang dibenci Allah,
kecuali dalam kondisi semacam ini.” Seseorang yang berusaha meneladani sifat
al-Kibriyâ tidak akan meneladaninya kecuali terhadap manusia-manusia yang
angkuh. Berkaitan dengan hal ini ada riwayat yang menyebutkan: “Bersikap angkuh
terhadap orang-orang yang angkuh adalah sedekah.” Ketika seorang Muslim
berusaha meneladani kekuatan dan kebesaran Ilahi, harus diingat bahwa sebagai
makhluk ia terdiri dari jasad dan ruh, sehingga keduanya harus sama-sama kuat.
Kekuatan dan kebesaran ini harus diarahkan untuk membantu yang lemah, dan tidak
boleh digunakan untuk mendukung kejahatan atau kesewenang-wenangan. Karena
ketika al-Quran mengulang-ngulang kebesaran Allah, al-Quran juga menegaskan
bahwa: “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi
membanggakan diri (QS Luqman [31]: 18).
Dalam masa Pandemi COVID – 19 Ini kita tidak boleh berputus
asa ketika di landa Pandemi COVID – 19 , Tetapi harus benar –
benar beriman kepada Allah S.W.T, Itu
lah materi Pondok Ramadhan Ceria Yang di
tayangkan TV -9 yang di tonton seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan
SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di
Jalan Bulak Rukem III No. 7-9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir pada hari Kamis 14/5/2020 bertepatan Puasa
Ramadhan 1441 H Yang Ke – 20 Seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya mulai kelas 7 – 9 dan SDS “ AL-IKHLAS
Surabaya mengikuti Materi Pesantren Ceria melalui TV-9 kegiatan
Pondok Ramadhan TV 9 Tersebut Dimulai Kelas 1-3 Pukul 07.30-08.00 ,Kelas 4 – 6
Pukul 08.00-08.30 , Sedangkan SMP Pukul 08.30-09.00, Seluruh siswa / Siswi SMP
PGRI 6 Mengikuti Pesantren ceria tersebut dengan sangat tertib dan Disiplin
yang tinggi dimana mereka masih menggunakan Busana Muslim sambil Nonton TV – 9
tersebut , Tidak hanya Nonton TV-9 tersebut
Siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya juga diminta melakukan Evaluasi setelah
mereka nonton TV-9 Tersebut dengan mengerjakan https://bit.ly/3bkShFw Menurut
Kepala SMP PGRI 6 Surabaya bahwa Tujuan dari kegiatan tersebut adalah mengajak
peserta didik baik SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS AL-IKHLAS Surabaya untuk
tidak berputus asa tetapi harus benar
benar bertaqwa kepada Allah S.W.T Serta Membantudengan menunjukan Akhlaq yang
baik selama Pandemi COVID – 19 Ini apalagi di kegiatan Pondok Ramadhan CERIA 1441
H / 2020 M Di Masa Pandemi COVID Tersebut Dalam kesempatan yang baik ini Penulis berharap agar COVID – 19 Segera hilang dari
muka bumi ini dan penulis mengimbau
kepada seluruh Guru SMP PGRI 6 Surabaya dan siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya Serta Seluruh Masyarakat selalu memakai
masker, serta sarung tangan dimanapun
berada termasuk jika ada di sekolah untuk melaksanakan piket serta beliau meminta untuk selalu
cuci tangan , agar tubuh kita terbebas dari COVID – 19 tersebut ,
sehingga harapannya agar COVID – 19 Segera hilang dari kota Surabaya , apalagi
setelah ini akan memasuki Lebaran ,
Sehingga bisa Lebaran dengan aman dan
nyaman untuk menjalankan lebaran bersama keluarga dan dapat melanjutkan sekolah
kembali .
#Tantangan
Guru Siana
# dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar