Kamis, 14 Mei 2020

“ Kemuliaan Akhlaq Di Masa Pandemi COVID- 19”






















































“ Kemuliaan Akhlaq Di Masa Pandemi COVID- 19”
                                         Hari Ke - 121

Al-Quran menetapkan bahwa akhlak itu tidak terlepas dari aqidah dan syariah, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat dari surat al-Baqarah (2): 177, yang berarti: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa iman kepada Allah Swt. adalah merupakan dasar dari kebajikan. Kenyataan ini tidak akan pernah terbukti, kecuali jika iman tersebut telah meresap di dalam jiwa dan ke seluruh pembuluh nadi yang disertai dengan sikap khusyuʾ, tenang, taat, patuh, dan hatinya tidak akan meledak-ledak lantaran mendapatkan kenikmatan, dan tidak putus asa ketika ditimpa musibah. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt. hanya mau tunduk dan taat kepada Allah Swt. dan syariat-syariat-Nya. Selanjutnya iman kepada hari akhir mengingatkan manusia bahwa ternyata terdapat alam lain yang gaib, kelak di akhirat yang akan dihuni. Oleh sebab itu, hendaklah usahanya itu jangan hanya dipusatkan untuk memenuhi kepentingan jasmani atau cita-cita meraih kelezatan duniawi saja atau memuaskan hawa nafsu. Demikian juga iman kepada para Malaikat adalah titik tolak iman kepada wahyu, kenabian, dan hari akhir. Siapapun yang menolak keimanan terhadap Malaikat, berarti mengingkari seluruhnya. Hal ini disebabkan di antara para Malaikat itu ada yang bertugas sebagai penyampai wahyu kepada para Nabi. Sedangkan iman kepada kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para Nabi mendorong seseorang untuk mengamalkan kandungan kitab yang berupa perintah maupun larangan. Sebab orang yang yakin bahwa sesuatu itu benar, maka hatinya akan terdorong untuk mengamalkannya. Dan jika ia yakin bahwa sesuatu itu akan membahayakan dirinya, tentu akan menjauhinya dan tidak mengamalkannya. Sedangkan Iman kepada para nabi, akan mendorong untuk mengikuti ajarannya. Ayat al-Quran tersebut, kemudian menentukan tentang syariah, yakni memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Kemudian ayat ini mengatur tentang akhlak, yatu orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan.Islam mengatur tolok ukur berakhlak adalah berdasarkan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, apa yang dipandang baik oleh Allah dan Rasul-Nya, pasti baik dalam esensinya. Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kepalsuan sebagai kelakuan baik, karena kepalsuan esensinya pasti buruk. Selain itu Allah selalu memperagakan kebaikan, bahkan Dia memiliki sifat yang terpuji, seperti al-Quran surat Thaha (20): 8 menjelaskan: “(Dialah) Allah, tiada Tuhan selain Dia, Dia mempunyai sifat-sifat yang terpuji (al-Asmȃˋ al-Husnȃ).” Demikian juga Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad meriwayatkan Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw., beliau menjawab: “Akhlak Nabi Saw. adalah al-Quran.” Semua sifat Allah Swt. disebutkan dalam al-Quran yang jumlahnya disebutkan di dalam hadits. Sifat-sifat Allah ini merupakan satu kesatuan. Dia Esa di dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Oleh karena itu, tidak wajar jika sifat-sifat itu dinilai saling bertentangan. Maksudnya semua sifat memiliki tempatnya masing-masing. Ada tempat untuk keperkasaan dan keangkuhan Allah, ada tempat untuk kasih sayang dan kelemahlembutan-Nya. Ketika seorang muslim meneladani sifat al-Kibriyâ (Keangkuhan Allah), ia harus ingat bahwa sifat itu tidak akan disandang oleh Allah Swt., kecuali dalam konteks ancaman terhadap para pembangkang atau terhadap orang yang merasa dirinya superior. Ketika Rasulullah Saw. melihat seseorang yang berjalan dengan angkuh di medan perang, beliau bersabda: “itu adalah cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali dalam kondisi semacam ini.” Seseorang yang berusaha meneladani sifat al-Kibriyâ tidak akan meneladaninya kecuali terhadap manusia-manusia yang angkuh. Berkaitan dengan hal ini ada riwayat yang menyebutkan: “Bersikap angkuh terhadap orang-orang yang angkuh adalah sedekah.” Ketika seorang Muslim berusaha meneladani kekuatan dan kebesaran Ilahi, harus diingat bahwa sebagai makhluk ia terdiri dari jasad dan ruh, sehingga keduanya harus sama-sama kuat. Kekuatan dan kebesaran ini harus diarahkan untuk membantu yang lemah, dan tidak boleh digunakan untuk mendukung kejahatan atau kesewenang-wenangan. Karena ketika al-Quran mengulang-ngulang kebesaran Allah, al-Quran juga menegaskan bahwa: “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi membanggakan diri (QS Luqman [31]: 18).
Dalam masa Pandemi COVID – 19 Ini kita tidak boleh berputus asa  ketika di landa  Pandemi COVID – 19 , Tetapi harus benar – benar   beriman kepada Allah S.W.T, Itu lah  materi Pondok Ramadhan Ceria Yang di tayangkan TV -9 yang di tonton seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7-9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir  pada hari Kamis 14/5/2020 bertepatan Puasa Ramadhan 1441 H Yang Ke – 20 Seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya  mulai kelas 7 – 9 dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya mengikuti Materi Pesantren Ceria melalui TV-9 kegiatan Pondok Ramadhan TV 9 Tersebut Dimulai Kelas 1-3 Pukul 07.30-08.00 ,Kelas 4 – 6 Pukul 08.00-08.30 , Sedangkan SMP Pukul 08.30-09.00, Seluruh siswa / Siswi SMP PGRI 6 Mengikuti Pesantren ceria tersebut dengan sangat tertib dan Disiplin yang tinggi dimana mereka masih menggunakan Busana Muslim sambil Nonton TV – 9 tersebut , Tidak hanya Nonton TV-9 tersebut  Siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya juga diminta melakukan Evaluasi setelah mereka nonton TV-9 Tersebut dengan mengerjakan https://bit.ly/3bkShFw Menurut Kepala SMP PGRI 6 Surabaya bahwa Tujuan dari kegiatan tersebut adalah mengajak peserta didik baik SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS AL-IKHLAS Surabaya untuk tidak berputus asa  tetapi harus benar benar bertaqwa kepada Allah S.W.T Serta Membantudengan menunjukan Akhlaq yang baik selama Pandemi COVID – 19 Ini apalagi di kegiatan Pondok Ramadhan CERIA 1441 H / 2020 M Di Masa Pandemi COVID Tersebut Dalam kesempatan yang baik ini Penulis    berharap agar COVID – 19 Segera hilang dari muka bumi ini dan penulis    mengimbau kepada seluruh Guru SMP PGRI 6 Surabaya dan siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya  Serta Seluruh Masyarakat selalu memakai masker, serta sarung tangan  dimanapun berada termasuk jika ada di sekolah untuk melaksanakan  piket serta beliau meminta   untuk selalu  cuci tangan , agar tubuh kita terbebas dari COVID – 19 tersebut , sehingga harapannya agar COVID – 19 Segera hilang dari kota Surabaya , apalagi setelah ini akan memasuki Lebaran  , Sehingga bisa Lebaran  dengan aman dan nyaman untuk menjalankan lebaran bersama keluarga dan dapat melanjutkan sekolah kembali .
#Tantangan Guru Siana   
# dispendik Surabaya
#Guruhebat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar