“ Bahagianya
Bisa Melihat Kalian Tersenyum di saat Hujan “
Hari
Ke - 45
Betapa bahagianya menjadi
seorang guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya. Sosok guru yang
selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati,
dan kepergiannya ditangisi.” “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.”( UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1 )Pendidikan adalah sebuah dunia yang
lahir dari rahim kasih sayang. Pendidikan harus berlangsung dalam suasana kekeluargaan
dengan pendidik sebagai orang tua dan anak didik (murid) sebagai anak.
Pendidikan dilakukan dengan hati lewat ungkapan rasa kasih
sayang (love), keikhlasan (sincerely),
kejujuran (honesty), keagamaan (spiritual), dan
suasana kekeluargaan (family atmosphere). Guru
tidak dibatasi waktu dan tempat dalam mendidik siswa, sebagaimana orang tua
mendidik anaknya. Guru harus ikhlas dalam memberikan bimbingan kepada para
siswanya sepanjang waktu. Demikian pula tempat pendidikannya tidak terbatas
hanya di dalam ruang kelas saja, dimanapun seorang guru berada, dia harus
sanggup memainkan perannya sebagai seorang pendidik yang sejati. Fenomena ini
yang kini hilang dari sistem pendidikan nasional kita sekarang Mulai meredupnya
nuansa kasih sayang dalam interaksi antara guru dengan siswa telah melahirkan
sikap guru yang lebih suka menghukum daripada tersenyum. Guru lebih suka
menghardik daripada bersikap empatik. Guru yang baik adalah guru yang melandasi
interaksinya dengan siswa diatas nilai-nilai cinta dan kasih sayang. Dengan
cintalah akan lahir keharmonisan. Diera globalisasi yang selalu mengedepankan
emosi di sisi hati, ditengah mewabahnya kekeringan sosial dan krisis kesantunan
moral, maka sebuah keniscayaan bagi guru untuk merevitalisasi penanaman sikap
santun dan keramahan di sekolah sebagai lembaga rekayasa sosial. Seperti yang
katakan oleh pakar pendidikan kita Arif Rahman bahwa diera reformasi yang serba
kebablasan ini guru harus mengajar muridnya dengan hati (cinta dan kasih
sayang) bukan emosi. Sikap cinta dan kasih sayang seorang guru tercermin
melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, serta
sikap-sikap positif lainnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya
dengan para siswa. Sosok guru yang selalu menebar kasih sayang pada siswa akan
melahirkan sebuah kharisma. Siswa akan mencintai guru dengan cara
mengidolakannya, serta menempatkan dia sebagai sosok yang berwibawa dan
disegani. Cinta adalah sikap batin yang melahirkan kelembutan, kesabaran,
kelapangan, kreativitas, serta tawakkal. Jaring-jaring cinta yang kita tebar
dengan penuh keikhlasan akan tersambut positif oleh siswa. Sesuai dengan
kalimat hikmah “Siapa menanam, dialah yang akan memetik hasilnya.” Respon balik
dari rasa cinta siswa bisa terwujud melalui sikap-sikap positif. Misalnya
penghormatan, kepatuhan, motivasi belajar, kecintaan terhadap tugas, dan rasa
ingin selalu menghargai guru yang dicintainya. Dengan sikap-sikap seperti ini
maka siswa akan merasakan bahwa belajar sudah bukan lagi sebagai kewajiban,
tetapi sebagai kebutuhan bahkan keasyikan. Maka akan muncul gairah untuk
berprestasi didalam jiwa siswa. Namun dalam realita dilapangan , ungkapan rasa
cinta guru tidak mudah ditangkap oleh siswa. Mengungkapkan kata cinta tidak
semudah mengucapkan. Dibutuhkan kiat dan seni tersendiri agar sinyal cinta guru
dapat dipahami siswa. Bagaimana mewujudkan Mengajar dengan hati di sekolah? Ada
beberapa langkah yang harus dilakuk Modal
utama cinta salah satunya adalah kelembutan sikap. Kelembutan akan melahirkan
cinta, dan perasaan cinta akan semakin merekatkan hubungan antara guru dengan
siswanya. Bila seseorang mencintai sesuatu, pasti ia akan berperilaku lembut
terhadap sesuatu yang dicintainya tersebut. Jika siswa selalu menemukan
kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru, maka siswa akan meyakini bahwa
gurunya memang mencintai mereka. Hampir semua guru berkeinginan untuk mencintai
dan dicintai siswanya. Namun tidak semua guru berhasil melakukannya. Kiat-kiat
untuk melembutkan hati guru: pertama, jangan pernah ragu menyatakan “aku juga
mencintaimu” terhadap siswa. Menurut Gary Chapman, semua tingkah laku anak adalah “bahasa cinta.” Dari tingkahnya
yang beraneka rupa ,anak mengharap respon positif dari orang dewasa. Oleh karena
itu kita tidak boleh tergesa-gesa menstempel/cap
hitam terhadap anak yang bertingkah
polah negatif, tetapi segeralah kita menangkap pesan cinta dari anak tersebut. Disinilah muasal hati
menjadi lunak dan lembut. kedua, nyatakan “aku hadir demi kamu.” Jika guru
menganut filsafat ini maka, bagaimanapun karakter siswa yang dihadapi, guru
akan mampu menerima dan menghadapinya dengan bijak. ketiga, nyatakan “akulah
sahabatmu.” Apabila ada teman yang selalu setia bersama kita di kala susah atau
senang, maka dialah teman sejati. Guru jangan jadi model “polisi” yang akan
menjadi teman dinas bagi siswanya. Sebagai teman sejati guru harus mampu
menciptakan komunikasi “pemecah es” untuk memecahkan kebekuan suasana dalam
berinteraksi dengan siswa.an oleh guru: Guru
adalah orang tua kedua bagi anak. Maka, hendaklah guru berusaha berbuat
sebagaimana dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Mendoakan anak secara
rahasia merupakan keniscayaan bagi guru yang kini banyak terlupakan. Guru
selain sebagai pengajar dan pendidik serta yang tidak kalah pentingnya adalah
menjadi pendoa bagi anak didiknya. Sejalan dengan pemikiran diatas, sebenarnya
ada tiga hal yang sangat dibutuhkan siswa disekolah. Pertama lingkungan belajar
yang aman dan nyaman, kedua sekolah sebagai rumah kedua, dan ketiga komunitas
teman sebaya. Lingkungan belajar yang aman dan nyaman meliputi sarana dan
prasarana fisik serta suasana belajar yang enjoy learning. Belajar akan efektif
jika berada dalam keadaan yang menyenangkan. Berangkat dari rasa kegembiraan
itulah maka akan bangkit minat, adanya keterlibatan penuh, tercipta makna,
adanya pemahaman atau penguasan materi serta munculnya nilai yang
membahagiakan. Guru sebagai sosok yang pantas digugu dan ditiru, penting
menempuh pendekatan yang disertai dengan kelembutan terhadap anak didik.
Menurut Rudolf Dreikurs, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru
untuk mengembangkan sekolah ramah anak. Pertama, jadilah guru yang tidak lagi
bertindak sebagai penguasa kelas atau mata pelajaran, tetapi bertindaklah
sebagi pembimbing kelas atau mata pelajaran; kedua, kurangi kelantangan suara
dan utamakan keramahtamahan suara; ketiga, kurangi sebanyak mungkin nada
memerintah dan diganti dengan ajakan; keempat, hindarkan sebanyak mungkin
hal-hal yang menekan siswa; kelima, hal-hal yang menekan diganti dengan
pemberian motivasi terhadap anak sehingga bukan paksaan yang dimunculkan,
tetapi pemberian stimulus; dan keenam, jauhkan sikap guru yang
ingin”menguasai”siswa karena sikap yang lebih baik ialah mengendalikan siswa.
Hal yang terungkap bukan kata-kata mencela, tetapi kata-kata guru yang
membangun keberanian dan kepercayan diri siswa. Sekolah merupakan miniatur
kehidupan dalam masyarakat. Karena itu, selain diberi pembelajaran dalam
keseharian, para siswa juga diajak mengembangkan aspek persaudaraan dan solidaritas
antar teman sebagai bekal kehidupan bersosisalisasi dalam hidup bermasyarakat.
Pengembangan aspek kemanusiaan ini bisa tercipta jika guru dapat menciptakan
iklim pembelajaran dikelas yang kondusif dengan menerapkan model-model
pembelajaran yang menantang siswa berfikir kritis dan kreatif. Lewat sekolah,
siswa diajarkan rasa saling menghormati dan mencintai perbedaan dalam segala
bidang baik dengan teman, guru dan masyarakat sekitar. Siswa tidak cukup hanya
menerima perbedaan, tetapi lebih penting lagi mencintai kebersamaan dalam
perbedaan. Mau dan mampukah guru menanam dan menyemai cinta di hatinya untuk
siswa-siswinya ? harus ! Karena keputusan seseorang menjadi seorang guru
haruslah memahami resiko-resiko yang akan ia hadapi sebagai orang yang berprofesi
sebagai pendidik, dengan semangat totatalitas kerja yang tinggi. Selamat
menebar pesona cinta untuk semua siswanya bagi sang pahlawan cendekia.
Pada
hari Jum’at 28/2/2020 Surabaya di landa hujan deras dan banjir , tetapi tidak membuat semangat kendor
siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya Dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya mereka Giat
berlatih Yel Yel dan Latihan PBB di LAPANGAN Sekolah walaupun dalam keadaan
hujan deras mereka tetap giat berlatih , bahkan setelah berlatih mereka juga
hujan hujan dan main prusutan baik siswa
laki laki maupun siswa perempuan ikut
larut dan bahagia sambil hujan hujan , tidak hanya siswa SDS “ AL-IKHLAS
Surabaya yang semangat tetapi siswa kelas 9 Walaupun hujan deras dan banjir
tetapi mereka tetap semangat mengikuti
Rumah Matematika untuk Persiapan UNBK Tahun 2020 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar