“ Ajarkan Siswa Mencintai
Budaya Sendiri Sejak Dini “
Hari Ke - 29
Derasnya arus informasi mancanegara yang masuk
ke Indonesia telah membawa budaya asing yang memengaruhi perubahan budaya
masyarakat. Secara perlahan tetapi pasti rasa cinta maupun pemahaman terhadap
budaya tradisional mulai luntur terutama di kalangan generasi muda. Tergantikan
oleh budaya Barat yang tidak seluruhnya sesuai dengan norma etika bangsa
Indonesia. Secara
perlahan kemajuan ini mampu mengikis kesadaran masyarakat dalam mencintai seni
budaya tradisional. Padahal, kesenian tradisional merupakan bagian dari
kebudayaan yang menjadi ciri sebuah bangsa dan patut dijaga kelestariannya.
Budayawan Jose Rizal Manua menjelaskan, budaya
asing, khususnya dari Barat, berhasil memengaruhi pelajar Indonesia. Itu
terlihat dari kamar pribadi hingga ruang-ruang privasi mereka yang dihinggapi
budaya luar negeri. Budaya asing yang serbainstan tersebut akhirnya mampu
menggantikan budaya tradisional yang seharusnya dipegang teguh para pelajar.
Untuk membentengi perkembangan budaya luar,
pendidikan seni dan budaya sejak usia dini wajib diberikan kepada setiap
pelajar. Hakikat manusia adalah mencerna dan mengingat apa yang mereka kerjakan
untuk pertama kali dan terus berulang. Layaknya belajar berdiri dan berbicara
bagi seorang balita, pelajar muda baik sejak PAUD maupun sekolah dasar alangkah
bagusnya mulai diperkenalkan seni dan budaya negaranya sendiri. Dengan pembekalan sejak dini, para penerus bangsa ini
diharap mampu membentengi diri mereka guna menghidupkan kesenian dan kebudayaan
tradisional. "Kita mempunyai sejarah yang amat kuat dalam hal tradisi,
seni dan kebudayaan yang harus dijaga," ujar Jose. Salah satu cara untuk menerapkan seni budaya di tubuh
para penerus bangsa yaitu memperbanyak pelajaran mengenai hal ini di sekolah.
Seniman teater ini juga menilai kurikulum yang dibangun pemerintah masih
kurang dalam mempertahankan nilai seni budaya tradisional. Lebih banyak memakan
porsi teori ketimbang praktik sehingga belum membuahkan hasil maksimal. Selain itu masih minimnya sosok guru yang mempunyai
visi dan misi dalam mempertahankan seni budaya bangsa. Hal itu menjadi salah
satu penyebab anak muda Indonesia tak begitu peduli terhadap budaya
tradisional. peran
kurikulum yang diterapkan pada pendidikan sangat berpengaruh terhadap erosi
seni budaya tradisional. Pendidikan dasar maupun menengah hanya menekankan
prestasi di bidang akademik. Masih jarang kegiatan yang disengaja diadakan
untuk menilai kelihaian seni budaya di sekolah masing-masing. Bahkan, sedikit
sekali lembaga pendidikan formal yang menghidupkan seni budaya. Orang tua siswa
yang memang mempunyai latar belakang seni memilih untuk menyekolahkan anak
mereka di sanggar-sanggar kesenian. Selain kurikulum pendidikan di sekolah,
para orang tua kecuali mereka yang berlatar belakang seni, kurang memberikan
pengetahuan seni budaya kepada sang anak. Masih jarang ditemukan orang tua yang
menginginkan anaknya kelak menjadi seorang penari, dalang, dan ahli seni
lainnya. Mereka merasa derajat keluarga akan lebih terangkat ketika
anak-anaknya menjadi seorang dokter atau ilmuan eksakta. Warga sendiri tidak
meregenarisakan seni budaya melalui berbagai kegiatan, mereka tidak menciptakan
kebiasaan. "Jadi jika seni budaya kita akan habis," tutur Susilo. Peneliti
dan konsultan pendidikan Doni Koesoema bahkan berpendapat jika sistem kurikulum
mengenai seni budaya seharusnya segera direvisi. Di sekolah dasar dalam
pelajaran kesenian, murid kebanyakan hanya diajarkan melukis dan membuat
prakarya saja. Sedangkan, untuk ekstrakurikuler, mereka kurang banyak
mempraktikkan budaya daerah masing-masing. Padahal, untuk meningkatkan minat
murid dalam seni budaya, akan lebih baik bila setiap sekolah di setiap daerah
memberikan mata pelajaran yang terkait dengan kekhasan budaya di daerah
tersebut
Dalam mengajarkan Kepada Peserta didiknya SMP
PGRI 6 Surabaya , Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan
Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir, Pada hari
RABU 12/2/2020 Ibu DUWI LESTARI ,S.E
Selaku Guru Seni Budaya dan Ibu Dra. TIWIK SUKIRAHAYU Selaku Guru PRAKARYA ,
Dalam Kesempatan tersebut seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya di ajarkan
membuat BATIK Dengan Tekhnik GULIJAT ( GULUNG LIPAT Dan JUMPUT ) , Selesai
membuat Batik Seluruh batik yang di buat oleh seluruh siswa /
siswi SMP PGRI 6 Surabaya langsung di jemur
dilapangan. Menurut Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Kelahiran APRIL 1984
Alumni Jurusan PLS UNESA Menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah
Mengajak Peserta didik SMP PGRI 6 Surabaya untuk mencintai Budaya Sendiri Sejak Dini Termasuk Mencintai
Budaya BATIK Tersebut.
# Tantangan Guru Siana
# dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar