Minggu, 27 Oktober 2019

KELUARGA SUKSES DUNIA AKHIRAT

































KELUARGA SUKSES DUNIA AKHIRAT

Kesuksesan dalam keluarga mulim seharusnya bukan hanya di dunia namun yang lebih utama adalah sukses di akhirat, dimana semua anggota keluarga dapat berkumpul di surga Allah Ta’ala. Ada 3 tipe sukses dalam keluarga : 1). Sukses Dunia (Keluarga Fir’aun dan Qorun) Keluarga ini meraih kesuksesan materi di dunia dengan kemewahan dan harta yang sangat melimpah, namun di akhirat mereka tercerai berai (karena kebersamaan hanya ada di surga, di neraka tidak ada kebersamaan) Inilah sejatinya yang disebut dengan “broken home” yang sesungguhnya. Bukan tercerai berainya keluarga di dunia, namun keluarga yang tidak mampu berkumpul di surga itulah sejatinya keluarga “Broken home”. 2). Sukses Akhirat (Nabi Nuh dan Nabi Adam). Mengapa di surat Ali Imran :33, tidak ada kata َآلَ (keluarga) untuk Nabi Nuh dan Nabi Adam? karena ada anggota keluarganya yang berkhianat dalam masalah aqidah dan risalah yang dibawa oleh suaminya. Nabi Adam dan Nabi Nuh menjadi Role Model orang yang sukses dengan visi misinya. Mereka orangtua yang bersungguh-sungguh dan bersabar terus menerus melakukan dakwah pada kelurganya, namun Hidayah tetaplah milik Allah Ta’ala sehingga masih ada anggota keluarganya yang bermaksiat. 3). Sukses Dunia dan Akhirat (Nabi Ibrahim dan Imran)Syarat keluarga sukses ada 3, yaitu :1. Pasangannya baik2. Punya anak yang baik3. Cucu dan anak keturunan yang baikKriteria “Keluarga Terbaik”√ Pasangan yang salihah: Keluarga Ibrahim : Sarah, Hajar Keluarga Imran : Hannah √ Anak yang Shalih/ah : Keluarga Ibrahim : Ismail dan Ishaq Keluarga Imran : Maryam √ Cucu /Cicit yang shalih: Keluarga Ibrahim : Ya’qub>> Yusuf Keluarga Imran : Isa bin Maryam BELAJAR DARI KELUARGA IBRAHIM 1. ORANGTUA SEBAGAI TELADAN يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At-Tahrim :6) Perhatikan perintah Allah dalam ayat tersebut, Allah meminta kita menyelamatkan diri sendiri dulu baru keluarga kita. Demikian juga jika kita tengok doa-doa Nabi Ibrahim, selalu diawali dengan berdoa untuk dirinya terlebih dahulu baru untuk keluarganya. Diantaranya di ayat berikut : وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Qs. Ibrahim : 35) Ibaratkan jika kita berada dalam sebuah kecelakaan pesawat dan dalam kondisi darurat. Maka sebelum memberikan pertolongan ke orang lain kita harus memberi pertolongan pada diri kita dulu, sebelum memasangkan masker oksigen ke orang lain maka kita pasangkan pada kita dulu. Karena bagaimana kita bisa menolong orang lain jika diri kita sendiri dalam keadaan kritis. Karena itulah fokus pertama dalam pembelajaran parenting adalah orangtua. Yang harus pertama kali belajar adalah orangtua. Itulah mengapa dinamakan “parenting” bukan “childrening”😁. Jangan sampai kita mengharapkan anak shalih tapi malah lupa menshalihkan diri sendiri. Orangtua harus senantiasa belajar dan tidak boleh berhenti belajar dan memperbaiki diri. Karena anak yang malas belajar berawal dari orangtua yang malas belajar. Maka, orangtua harus memiliki daya pengaruh pada anak sehingga dapat menjadi teladan untuk anak. Mengapa harus menjadi teladan? √ Keteladanan adalah NASEHAT yang menyentil √ aturan untuk KITA bukan untuk ANDA √ Anak lebih meniru apa yang DILIHAT dibandingkan apa yang didengar. Teruslah memperbaiki diri, karena keluarga sukses adalah keluarga yang mampu HIJRAH bersama. 2. HARMONISASI PASUTRI Salah satu kunci keberhasilan Nabi Ibrahim adalah memiliki istri-istri yang shalihah. Karena pasangan yang shalih/ah adalah modal awal dari keberhasilan proses pengasuhan, karena itu awal dari gagalnya pengasuhan adalah salahnya memilih pasangan. Hak anak adalah mendapatkan orangtua yang baik. Maka menikah bukan hanya perkara mencari istri dan suami tapi mencari ibu/ayah untuk anak-anak kita kelak. Mengapa harus harmonisasi? Ayah dan ibu adalah ibarat kemudi mobil, jika tidak harmonis maka rentan mogok atau celaka. Sebagian besar masalah anak bermula dari hubungan pasutri yang tidak harmonis. Maka jika sudah terlanjur, segera perbaiki hubungan dengan pasangan sebelum fokus ke anak (perbaiki hubungan pasutri). Sampah negatif istri yang di dapat dari suami berdampak pada pengasuhan anak. Ibu yang suka marah pada anak merupakan salah satu tanda tidak bahagianya ia dengan suaminya. Karena tugas suami adalah memberi kenyamanan pada istri
Pada hari Minggu 27/10/2019 , Mengatasi Kejenuhan setelah bekerja , Penulis bersama Keluarga melaksanakan Jalan – Jalan Ke Kebun Binatang Surabaya , Dalam Kesempatan ini menikmati PANORAMA Indahnya Kebun Binatang Surabaya , Dalam kesempatan tersebut , kegiatan ini di isi dengan Makan Rujak bersama , Makan nasi bersama , Kegiatan hari ini sangat sepesial karena Bertepatan dengan ULANG TAHUN Kakak Tercinta Dan TASYAKURAN Ponakan Tercinta Bisa Jalan Sendiri , Kesuksesan Ini Semua Tidak lepas dari Abah , Mama  Yang Selalu Doa dan Suport Untuk Kesuksesan semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar