KELUARGA SUKSES DUNIA
AKHIRAT
Kesuksesan
dalam keluarga mulim seharusnya bukan hanya di dunia namun yang lebih utama
adalah sukses di akhirat, dimana semua anggota keluarga dapat berkumpul di
surga Allah Ta’ala. Ada 3 tipe sukses dalam keluarga : 1). Sukses Dunia
(Keluarga Fir’aun dan Qorun) Keluarga ini meraih kesuksesan materi di dunia
dengan kemewahan dan harta yang sangat melimpah, namun di akhirat mereka
tercerai berai (karena kebersamaan hanya ada di surga, di neraka tidak ada
kebersamaan) Inilah sejatinya yang disebut dengan “broken home” yang
sesungguhnya. Bukan tercerai berainya keluarga di dunia, namun keluarga yang
tidak mampu berkumpul di surga itulah sejatinya keluarga “Broken home”. 2).
Sukses Akhirat (Nabi Nuh dan Nabi Adam). Mengapa di surat Ali Imran :33, tidak
ada kata َآلَ (keluarga) untuk Nabi Nuh dan Nabi Adam? karena ada anggota
keluarganya yang berkhianat dalam masalah aqidah dan risalah yang dibawa oleh
suaminya. Nabi Adam dan Nabi Nuh menjadi Role Model orang yang sukses dengan
visi misinya. Mereka orangtua yang bersungguh-sungguh dan bersabar terus
menerus melakukan dakwah pada kelurganya, namun Hidayah tetaplah milik Allah
Ta’ala sehingga masih ada anggota keluarganya yang bermaksiat. 3). Sukses Dunia
dan Akhirat (Nabi Ibrahim dan Imran)Syarat keluarga sukses ada 3, yaitu :1.
Pasangannya baik2. Punya anak yang baik3. Cucu dan anak keturunan yang
baikKriteria “Keluarga Terbaik”√ Pasangan yang salihah: Keluarga Ibrahim :
Sarah, Hajar Keluarga Imran : Hannah √ Anak yang Shalih/ah : Keluarga Ibrahim :
Ismail dan Ishaq Keluarga Imran : Maryam √ Cucu /Cicit yang shalih: Keluarga
Ibrahim : Ya’qub>> Yusuf Keluarga Imran : Isa bin Maryam BELAJAR DARI
KELUARGA IBRAHIM 1. ORANGTUA SEBAGAI TELADAN يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At-Tahrim :6)
Perhatikan perintah Allah dalam ayat tersebut, Allah meminta kita menyelamatkan
diri sendiri dulu baru keluarga kita. Demikian juga jika kita tengok doa-doa
Nabi Ibrahim, selalu diawali dengan berdoa untuk dirinya terlebih dahulu baru
untuk keluarganya. Diantaranya di ayat berikut : وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ
اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada
menyembah berhala-berhala. (Qs. Ibrahim : 35) Ibaratkan jika kita berada dalam
sebuah kecelakaan pesawat dan dalam kondisi darurat. Maka sebelum memberikan
pertolongan ke orang lain kita harus memberi pertolongan pada diri kita dulu,
sebelum memasangkan masker oksigen ke orang lain maka kita pasangkan pada kita
dulu. Karena bagaimana kita bisa menolong orang lain jika diri kita sendiri
dalam keadaan kritis. Karena itulah fokus pertama dalam pembelajaran parenting
adalah orangtua. Yang harus pertama kali belajar adalah orangtua. Itulah
mengapa dinamakan “parenting” bukan “childrening”😁. Jangan sampai kita
mengharapkan anak shalih tapi malah lupa menshalihkan diri sendiri. Orangtua
harus senantiasa belajar dan tidak boleh berhenti belajar dan memperbaiki diri.
Karena anak yang malas belajar berawal dari orangtua yang malas belajar. Maka,
orangtua harus memiliki daya pengaruh pada anak sehingga dapat menjadi teladan
untuk anak. Mengapa harus menjadi teladan? √ Keteladanan adalah NASEHAT yang
menyentil √ aturan untuk KITA bukan untuk ANDA √ Anak lebih meniru apa yang
DILIHAT dibandingkan apa yang didengar. Teruslah memperbaiki diri, karena
keluarga sukses adalah keluarga yang mampu HIJRAH bersama. 2. HARMONISASI
PASUTRI Salah satu kunci keberhasilan Nabi Ibrahim adalah memiliki istri-istri
yang shalihah. Karena pasangan yang shalih/ah adalah modal awal dari
keberhasilan proses pengasuhan, karena itu awal dari gagalnya pengasuhan adalah
salahnya memilih pasangan. Hak anak adalah mendapatkan orangtua yang baik. Maka
menikah bukan hanya perkara mencari istri dan suami tapi mencari ibu/ayah untuk
anak-anak kita kelak. Mengapa harus harmonisasi? Ayah dan ibu adalah ibarat
kemudi mobil, jika tidak harmonis maka rentan mogok atau celaka. Sebagian besar
masalah anak bermula dari hubungan pasutri yang tidak harmonis. Maka jika sudah
terlanjur, segera perbaiki hubungan dengan pasangan sebelum fokus ke anak
(perbaiki hubungan pasutri). Sampah negatif istri yang di dapat dari suami
berdampak pada pengasuhan anak. Ibu yang suka marah pada anak merupakan salah
satu tanda tidak bahagianya ia dengan suaminya. Karena tugas suami adalah
memberi kenyamanan pada istri
Pada
hari Minggu 27/10/2019 , Mengatasi Kejenuhan setelah bekerja , Penulis bersama
Keluarga melaksanakan Jalan – Jalan Ke Kebun Binatang Surabaya , Dalam
Kesempatan ini menikmati PANORAMA Indahnya Kebun Binatang Surabaya , Dalam
kesempatan tersebut , kegiatan ini di isi dengan Makan Rujak bersama , Makan
nasi bersama , Kegiatan hari ini sangat sepesial karena Bertepatan dengan ULANG
TAHUN Kakak Tercinta Dan TASYAKURAN Ponakan Tercinta Bisa Jalan Sendiri ,
Kesuksesan Ini Semua Tidak lepas dari Abah , Mama Yang Selalu Doa dan Suport Untuk Kesuksesan
semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar