Membangun Masa Depan Bersama Di SMP PGRI 6 Surabaya : Mengapa Kita Wajib Menghargai Jerih Payah Guru
Ada sebuah pepatah Afrika yang terkenal: "It takes a village to raise a child" (Dibutuhkan satu desa untuk membesarkan seorang anak). Dalam konteks pendidikan modern, "desa" itu adalah sinergi antara orang tua, masyarakat, dan—yang berada di garda terdepan—para guru.Di balik seragam dinas dan ruang kelas, tersimpan ribuan jam kerja keras, kesabaran tanpa batas, dan doa tulus dari para guru demi melihat anak didik mereka sukses. Namun, di tengah dinamika zaman, seringkali apresiasi terhadap profesi mulia ini terlupakan, atau bahkan tergantikan oleh kesalahpahaman Saatnya kita merenung kembali: Menghargai guru bukan sekadar etika, melainkan syarat mutlak bagi kesuksesan anak-anak kita.
Lebih dari Sekadar Mengajar
Seringkali kita berpikir tugas guru hanyalah berdiri di depan kelas dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang. Padahal, realitanya jauh lebih berat dari itu.
1) Beban Administratif dan Akademik: Di luar jam mengajar, guru berkutat dengan persiapan materi, koreksi ujian, hingga laporan administratif yang menumpuk.
2) Peran Ganda: Di sekolah, guru bukan hanya pengajar ilmu. Mereka menjadi orang tua pengganti, psikolog yang mendengarkan keluh kesah siswa, hingga mediator saat terjadi konflik antar teman.
3) Beban Emosional: Guru menghadapi puluhan karakter anak yang berbeda setiap hari. Menjaga kesabaran dan tetap tersenyum di saat lelah adalah perjuangan batin yang luar biasa.
"Guru adalah jembatan. Mereka mengorbankan diri mereka untuk menjadi jalan bagi murid-muridnya menyeberang menuju masa depan yang cerah."
Sinergi Orang Tua dan Guru: Kunci Keberhasilan
Pendidikan tidak berhenti di gerbang sekolah. Anak yang sukses biasanya lahir dari kolaborasi harmonis antara rumah dan sekolah. Ketika orang tua dan semua pihak menghargai guru, dampak positifnya langsung dirasakan oleh anak:
1. Konsistensi Nilai: Jika guru mengajarkan disiplin di sekolah dan orang tua mendukungnya di rumah, anak akan tumbuh dengan karakter yang kuat.
2. Rasa Aman dan Percaya: Ketika anak melihat orang tuanya menghormati gurunya, anak akan merasa aman dan lebih mudah menerima pelajaran. Sebaliknya, jika orang tua sering menjelekkan guru di depan anak, anak akan kehilangan respek terhadap otoritas dan ilmu yang diajarkan.
3. Motivasi Belajar: Guru yang merasa dihargai dan didukung akan mengajar dengan semangat yang berlipat ganda. Energi positif ini akan menular kepada siswa.
Belakangan ini, kita sering mendengar berita tentang orang tua yang berselisih dengan guru karena tidak terima anaknya ditegur atau didisiplinkan. Fenomena ini sangat memprihatinkan. Kita harus menyadari bahwa ketika guru mendisiplinkan siswa, itu adalah bentuk kepedulian, bukan kebencian. Guru ingin membentuk karakter anak agar tangguh dan bermoral. Jika setiap teguran guru dibalas dengan tuntutan hukum atau amarah, kita sedang menciptakan generasi yang manja dan anti-kritik.
Apa yang bisa kita lakukan?
1) Tabayyun (Klarifikasi): Jika anak mengadu tentang kejadian di sekolah, dengarkanlah, namun jangan langsung emosi. Hubungi guru atau sekolah untuk mendengar cerita dari sisi lain. Seringkali ada kesalahpahaman dalam penyampaian anak.
2) Dukung Otoritas Sekolah: Percayakan metode pendidikan kepada sekolah. Jika ada yang kurang pas, sampaikanlah dengan cara yang santun dan konstruktif melalui jalur yang benar.
3) Ucapkan Terima Kasih: Hal sederhana seperti ucapan "Terima kasih, Bapak/Ibu, sudah membimbing anak saya" memiliki dampak psikologis yang luar biasa bagi semangat seorang guru.
Dalam kesempatan ini Penulis yang juga Kepala Sekolah Inspirasi SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Yang Terletak Di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Yang Juga Sekaligus MAHASISWA S2 RPL MANAJEMEN PENDIDIKAN UNESA Kelas E menyampaikan Bahwa Tanggung jawab ini tidak hanya pada orang tua, tetapi semua pihak:
1. Masyarakat: Hentikan stigma negatif dan mulailah memuliakan profesi guru di lingkungan sosial.
2. Pemerintah: Menghargai jerih payah guru juga berarti menjamin kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi mereka, agar mereka bisa mengajar dengan tenang tanpa rasa takut.
Di HARI Yang baik Ini Penulis yang Juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Sekaligus Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan MAHASISWA S2 RPL UNSA Kelas E Menyampaikan Bahwa Kesuksesan anak didik kita adalah "trofi" bersama. Mari kita kembalikan marwah pendidikan dengan menempatkan guru di tempat yang terhormat. Menghargai guru bukan berarti menganggap mereka manusia yang tak pernah salah, melainkan mengakui bahwa dedikasi mereka adalah fondasi bagi masa depan anak-anak kita. Mari bergandengan tangan, karena di balik anak yang hebat, selalu ada orang tua yang suportif dan guru yang dihargai.
Penulis
BANU ATMOKO
Kepala SMP PGRI 6 Surabaya , Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara Dan Mahasiswa S2 RPL MANAJEMEN Pendidikan UNESA Kelas E
Email : 24010845144@mhs.unesa.ac.id
NO HP 083857963098


Tidak ada komentar:
Posting Komentar