NIKMATNYA RAPAT DEWAN GURU
SAMBIL MAKAN BUBUR SURO
HARI KE – 210
Malam 1 Suro diperingati
saat malam 1 Muharram atau Tahun Baru Islam. Meski
sama-sama dirayakan, tradisi keduanya
berbeda. Jika malam 1 Muharram Tahun Baru Islam diisi
dengan sejumlah kegiatan keagaamaan, berbeda dengan malam 1 Suro bagi masyarakat
dengan budaya kental. Kendati demikian, 1 Muharram Tahun Baru Islam dan
1 Suro memiliki esensi
yang hampir sama, yakni tradisi mendekatkan
kepada sang pencipta dan mensyukuri yang telah diberikan. Salah satunya melalui bubur Suro. Tahun Baru
Islam selalu diperingati dengan berbagai perayaan yang sarat
dengan tradisi di Indonesia. Salah satunya di Pulau Jawa yang identik dengan bubur suro.
Bubur suro adalah salah satu hidangan perayaan Tahun Baru Islam, yang
ternyata memiliki sejarah dan filosofi penting bagi masyarakat, khususnya di
beberapa kawasan di Pulau Jawa.Dikutip
Indonesia.go.id melalui Suara.com,
jejaring AyoSurabaya, pada awalnya bubur ini dihadirkan
untuk memperingati hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura
atau Suro yang bertepatan
dengan 1 Muharam. Kalender Jawa yang
diterbitkan Sultan Agung kala dan mengacu pada kalender Hijriah Menurut pemerhati budaya Jawa, Arie Novan, seperti sajian yang dihidangkan saat
upacara adat Jawa lainnya, bubur Suro merupakan lambang rasa syukur kepada Yang
Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh.. “Konon ini kan sudah ada sejak Sultan Agung bertahta di Jawa, terlepas dari apapun
itu tentu bubur Suro ini merupakan
refleksi dari masyarakat Jawa atas berkah dan
rezeki yang di berikan Allah SWT kepada mereka,” ujarnya.Sementara sumber lain
menyebutkan terciptanya bubur suro
dibuat untuk memperingati hari di mana Nabi Nuh selamat setelah 40 hari
mengarungi banjir besar yang melanda dunia saat itu. Kala itu, seperti sebagaimana tertera pada kitab
kuno, di antaranya Nihayatuz Zain (Syekh Nawawi Banten), Nuzhalul Majelis
(Syekh Abdul Rahman Al-Usfuri), dan Jam'ul Fawaid (Syekh Daud Fatani),
Nabi Nuh bertanya kepada para sahabat masih adakah
makanan yang tersisa di dalam kapal. Lalu sahabat menjawab
"Masih ada ya Nabi", dengan menyebutkan bahan makanan yang tersisa
mulai dari kacang poi, kacang adas, ba'ruz, tepung, dan kacang hinthon. Bahan
tersebut lalu dimasak bersamaan. Inilah cikal bakal santapan lezat yang
kini dinamakan sebagai bubur suro.
Hidangan tersebut terbuat dari beras yang dimasak dengan aneka bumbu dan rempah
tradisional seperti santan, serai, dan daun salam sehingga rasanya lebih gurih
dibandingkan bubur biasanya. Bubur ini disajikan bersama aneka lauk-pauk yang
berbeda-beda tergantung daerahnya. Namun sebagian besar memiliki karakteristik
yang sama, yakni disajikan bersama kuah santan kuning, tahu, orek tempe atau
teri, telur, dan kacang-kacangan. Menariknya, bukan hanya
sebagai pengganjal lapar, bubur suro
juga dijadiian sebagai uba rampe, yang pasti memiliki makna yang
mendalam. Salah satunya adalah tujuh jenis kacang yang wajib ada dan tak
boleh terlewat dalam setiap sajiannya, yang melambangkan tujuh hari dalam satu
minggu.
Pada Hari Sabtu 30/7/2022 SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli
Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7 – 9 Kelurahan
Wonokusumo Kecamatan Semampir mengisi Waktu Libur dengan Rapat Bersama Bapak /
Ibu Dewan Guru untuk melakukan Evaluasi Pembelajaran yang Sudah berjalan Hampir
1 Minggu tersebut , Dimana Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya
Melakukan Evaluasi mulai Masuk , Sampai Proses Pembelajaran dilakukan
Evaluasi semua oleh Penulis dimana Dalam kesempatan tersebut Bapak / Ibu Guru
dilakukan Evaluasi ole Penulis selama Pembelajaran 1 Minggu, Dimana Rapat
tersebut dimulai Pukul 08.00. Tidak hanya Guru Mata Peajaran saja yang
dilakukan Evaluasi Oleh Penulis tersebut Tetapi Juga Guru Extra
Di Akhir Rapat ada Hidangan Bubur SURO , Dan Di Tutup Doa Ole
BAPAK ACHMAD SYAIFUDDIN ,S.H. I Selaku Guru Pendidikan Agama Islam Dan Budi
Pekerti Semoga Di Tahun 1444 H SMP PGRI 6 Surabaya Semakin SUKSES Jaya Dalam
Mengantarkan Generasi Emas Unggul dan Berkarakter Serta Semoga Semua Bapak /
Ibu Dewan Guru dan Keluarga Serta Siswa /Siswi dan WALI MURID Di Tahun 1444 H
Diberikan Kesehatan Lancar Rezeki Sukses Kariernya Berkah Barokah Selamanya .
Bapak / Ibu Guru Menikmati Bubur SURO Dan NASI AYAM Kecap tersebut
#Tantangan Guru Siana
# dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar