“ AJAK SISWA DAN GURU SMP PGRI 6 SURABAYA
SEBELUM MEMBUKA TAHUN PELAJARAN 2021-2022
( KESEHATAN DAN KESELAMATAN NEGERI INI )
Hari Ke 545
Bisa
saja orang salah memahami doa bersama. Artinya bahwa doa bersama dianggap
sebagai suatu cara untuk menyamakan tehnik dan tata cara berdoa. Ada anggapan
bahwa doa bersama adalah doa yang dilakukan untuk menyamakan kesamaan ritual beragama.Anggapan-anggapan
ini tentu saja boleh dan sah saja, sebab tentunya mereka berpendapat sesuai
dengan konstruksinya tentang doa di dalam keyakinannya masing-masing. Namun
demikian, sesungguhnya esensi dari doa bersama adalah tetap pada keyakinannya
masing-masing. Yang Islam berdoa dengan cara keislamannya, yang Nasrani berdoa
sesuai dengan kenasraniannya, yang Hindu berdoa dengan cara kehinduannya, dan
seterusnya. Di dalam agama memang ada dimensi yang tidak bisa dikompromikan
sebab hal itu merupakan inti dan asas ajaran agama yang tidak bisa ditawar,
yaitu dimensi teologis dan ritual. Dua aspek ini yang biasanya menjadikan jarak
social dan religious menjadi sangat tegas dan jauh. Bahkan di dalam realitas
empiris juga tidak jarang menjadi factor pemicu konflik yang berkepanjangan.
Namun demikian, dua hal itu masih bisa dinegosiasikan melalui tindakan
kebersamaan, yaitu melalui akhlak
berbasis humanitas. Negosiasi yang saya maksudkan adalah bertemunya dua kepentingan
berbasis kebersamaan, atau kerukunan, harmoni dan keselamatan. Negosiasi bukan
dalam makna menyamakan atau mempersatukan teologi dan ritual seperti doa, akan tetapi negosiasi waktu kebersamaan
dan tempat kebersamaan. Di dalam doa bersama, maka yang mendasar adalah time
and space dan bukan inti doa di dalamnya. Seperti doa yang diselenggarakan di
dalam acara temu agama-agama di Pagoda Replica Temple of Heaven yang
diselenggarakan oleh Yayasan Chengho bekerja sama dengan Fakultas Dakwah IAIN
Sunan Ampel dan pemilik Kenjeran Park, menurut saya sejauh yang saya alami
bukanlah bentuk penyamaan teologis dan ritual. Sebab doa tersebut tetap
dibacakan dengan menggunakan doa dalam bahasa agama Islam dan dalam bahasa
Indonesia. Ketika saya memimpin doa tersebut, maka saya antarkan bahwa doa akan
saya bacakan dalam tatacara agama Islam dan kemudian yang beragama lain
dipersilahkan membaca doa sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Jadi sama
sekali tidak ada keinginan untuk menyamakan doa tersebut menjadi semacam
melting pot, mencampuraduk atau bahkan menjadikannya sebagai satu kesatuan
ajaran.Namun yang jauh lebih mendasar adalah bahwa ada nuansa simbolik
kebersamaan, kerukunan dan keharmonisan antar penganut agama. Bisa dibayangkan
bahwa mereka datang adalah dari berbagai
etnis. Ada Cina, Jawa, Madura, Sunda dan
sebagainya. Mereka juga berlatarbelakang agama yang berbeda. Ada Islam,
Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Cu dan bahkan penganut sekte-sekte
lain. Di tempat ini mereka duduk bersama, berdiri bersama, menikmati makanan
bersama, dan bahkan bercengkerama bersama.Jika
melihat kenyataan ini, maka saya terbayang bahwa inilah sesungguhnya
inti di dalam kehidupan itu. Semuanya hidup di dalam kebersamaan. Semuanya
hidup di dalam keharmonisan. Dan semuanya akan berada di dalam keselamatan.
Menyemai kerukunan tentu tidak bisa dibangun dari saling mencurigai dan
menegasikan. Akan tetapi seharusnya berbasis dialog yang berkesetaraan.Membangun
kerukunan haruslah dimulai dari pemahaman tentang keanekaragaman, tetapi memiliki potensi untuk kebersamaan.
Tanpa pemahaman seperti ini, maka kerukunan dipastikan tidak akan dapat
diperoleh.Tekanan demi tekanan kehidupan sungguh luar biasa ketika seseorang
hidup di era modern dan kompetisi ini. Orang saling berebut untuk mewujudkan
kepentingannya. Makanya, potensi hidup bersama dalam semangat keberagamaan yang
lapang dan menyejukkan mesti harus ditumbuhkembangkan.Jika ini bisa dicapai,
maka kita akan tetap memiliki keyakinan, bahwa Negara Indonesia yang kita
cintai ini akan terus ada sepanjang sejarah kehidupan umat manusia.
Memasuki
awal Tahun Pelajaran baru 2021/2022 SMP
PGRI 6 Surabaya dan SDS AL-IKHLAS Surabaya
Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem
III No 7 – 9 Kelurahan wonokusumo Kecamatan Semampir Pada Hari Senin 12/7/2021
Sebelum memulai tahun pelajaran 2021/2022 Siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan
SDS AL-IKHLAS Surabaya datang ke sekolah Pukul 07.00 .
Pada
saat siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS AL-IKHLAS Surabaya dating bapak
/ Ibu guru SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS AL-IKHLAS Surabaya diperiksa suhunya
oleh Bapak / Ibu Guru setelah diperiksa seluruh siswa / siswi cuci tangan dan
pakai sabun , setelah itu menuju ke tempat teras sekolah untuk melaksanankan
sholat dhuha , sholat Hajat yang dipimpin oleh Penulis yang juga Kepala SMP
PGRI 6 Surabaya , Dalam ksempatan tersebut seluruh siswa / siswi dilanjut
dengan Pembacaan Yasin seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS
AL-IKHLAS Surabaya sudah siap membawa AL- QUR’AN Menurut Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6
Surabaya bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah Kegiatan PRA MPLS ( Masa
Pegenalan Lingkungan Sekolah ) Disamping Itu juga di Bulan Dzulhijah anak anak
di ajak doa Untuk keselamatan bangsa dan Negara ini dijauhkan dari COVID Serta
di Tahun 2021/2022 SMP PGRI 6 Semakin Sukses Semakin Jaya Berkah barokah
Selamanya
#Tantangan
Gurusiana
#GuruHebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar