Senin, 26 Agustus 2019

“ Melalui Pelatihan HIDROPONIK CIPTAKAN ICON SEKOLAH”










“ Melalui Pelatihan HIDROPONIK CIPTAKAN ICON SEKOLAH”
Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatasPada mulanya, kegiatan membudidayakan tanaman yang daratan tanpa tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon dibuat pada tahun 1627, dicetak setahun setelah kematiannya. Teknik budidaya pada air menjadi penelitian yang populer setelah itu. Pada tahun 1699, John Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni. Pada tahun 1842 telah disusun daftar sembilan elemen diyakini penting untuk pertumbuhan tanaman, dan penemuan dari ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun-tahun 1859-1865, memicu pengembangan teknik budidaya tanpa tanah. Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran, dan masih banyak digunakan saat ini. Sekarang, Solution culturedianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di Berkeley mulai mempromosikan secara terbuka tentang Solution culture yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian. Pada mulanya dia menyebutnya dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia disebut budidaya perairan), namun kemudian mengetahui aquaculture telah diterapkan pada budidaya hewan air. Gericke menciptakan sensasi dengan menumbuhkan tomat yang menjalar setinggi duapuluh lima kaki, di halaman belakang rumahnya dengan larutan nutrien mineral selain tanahBerdasarkan analogi dengan sebutan Yunani kuno pada budi daya perairan, γεωπονικά, ilmu budidaya bumi, Gericke menciptakan istilah hidroponik pada tahun 1937 (meskipun ia menegaskan bahwa istilah ini disarankan oleh WA Setchell, dari University of California) untuk budidaya tanaman pada air (dari Yunani Kuno ὕδωρ, air ; dan πόνος, tenaga Pada laporan Gericke, dia mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi pertanian tanaman dan memicu sejumlah besar permintaan informasi lebih lanjut. Pengajuan Gericke ditolak oleh pihak universitas tentang penggunaan greenhouse dikampusnya untuk eksperimen karena skeptisme orang-orang administrasi kampus. dan ketika pihak Universitas berusaha memaksa dia untuk membeberkan resep nutrisi pertama yang dikembangkan di rumah, ia meminta tempat untuk rumah kaca dan saatnya untuk memperbaikinya menggunakan fasilitas penelitian yang sesuai. Sementara akhirnya ia diberikan tempat untuk greenhouse, Pihak Universitas menugaskan Hoagland dan Arnon untuk menyusun ulang formula Gericke, pada tahun 1940, setelah meninggalkan jabatan akademik di iklim yang tidak menguntungkan secara politik, dia menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soil less Gardening.
SMP PGRI 6 Surabaya Adalah Sekolah  Peduli  Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , Pada Hari Selasa 27/8/2019 , Sebanyak 2 Orang Siswa dari SMP PGRI 6 Surabaya Yaitu Shamila dan Nurhaliza Siswa Kelas 8 Mengikuti Pelatihan HIDROPONIK Yang di adakan PEMKOT Surabaya  Dan LSM Tunas Hijau Surabaya Di adakan di SMP NEGERI 21 Surabaya , Dalam Kesempatan tersebut SMP PGRI 6 Surabaya di damping oleh Ibu YENI EKA PRAWISTA , S.Pd , Selaku Pembina OSIS SMP PGRI 6 Surabaya , Alhamdulilah  Dalam kesempatan tersebut SHAMILA Dan NURHALIZA Mendapatkan alat HIDROPONIK  masing –masing 1 ( satu ) set  , Dalam Kesempatan tersebut Seluruh Peserta  Mendapatkan  bibit Selada Dan BAYAM. Dari Tunas Hijau Yaitu   Kak  Bram Azzaino  Dan Kak TIA , Menurut Ibu YENI EKA PRAWISTA , S.Pd beliau berharap setelah Pelatihan ini Seluruh Siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dapat mengaplikasikan  Pelatihan tersebut , Sehingga hasil tanamannya tersebut dapat dimanfaatkan oleh Warga Sekolah dan warga sekitar sekolah , Sehingga Sekolah Bisa Punya ICON  Yang menjadi Kebanggan SMP PGRI 6 Surabaya selain BLIMBING WULUH



Tidak ada komentar:

Posting Komentar