Kamis, 14 Juni 2018

Renungan Di Malam Hari Raya Idul Fitri 1439 H


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilah haillallah huallahu akbar, Allahu Akbar Walillah ilham.Gema Takbir berkumandang di  seantero negeri, pertanda bahwa bulan suci ramadhan telah berakhir dan hari kemenangan telah tiba .Bulan yang merupakan penghulu dari segala bulan yang didalamnya Allah perintahkan umatnya untuk berpuasa.Bulan yang  Allah limpahkan rahmat dan ampunan yang seluas-luasnya.Bulan yang di dalamnya terdapat malam lailatul qadar, yang dimana jika kita beribadah maka pahalanya lebih dari seribu bulan .Bulan yang dimana segala amal baik yang dilakukan diganjar oleh Allah swt dengan berlipat ganda, kini telah meninggalkan kita semua.

Hampir semua umat islam di dunia menyambut gembira hari kemenangan itu.Mereka semua sibuk mempersiapkan segala hal untuk menyambut hari kemenangan itu.Bahkan ketika masih berada di bulan ramadhan mereka tampak sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya demi untuk merayakan hari kemenangan itu.Ada dari mereka yang sibuk mempersiapkan rumah, berbelanja  pakaian baru untuk hari raya, mempersiapkan kudapan dan hidangan lebaran,adapula yang mempersiapakan kendaraan untuk dipakai dihari raya dsb kegiatan yang dilakukan untuk menyambut hari raya itu.bahkan saking sibuknya terkadang mereka lupa akan bulan ramadhan itu ,isi pikirannya hanya terfokus untuk hari raya idul fitri saja.

Maka tak heran kita melihat diantara mereka terkadang melupakan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan di bulan ramadhan.Banyak diantara mereka yang melalaikan sholat hanya karena sibuk berbelanja untuk hari raya, adapula mereka yang tidak puasa karena keletihan dan sakit yang menimpa akibat sibuk mempersiapkan hari raya.Perspektif (cara berpikir) akan bulan ramadhan pun seakan-akan telah berubah.bulan yang seharusnya penuh ibadah akan tetapi kemudian berubah menjadi bulan penuh belanja dan persiapan hari raya.

Miris rasanya melihat kondisi umat yang sebagian besar seperti ini.mereka seakan-akan lupa akan bulan ramadhan,lupa akan makna dan hakikat ramadhan yang sesungguhnya.Bahkan mereka telah melupakan bulan ramadhan ketika mereka masih berada pada bulan ramadhan dan benar-benar melupakan ramadhan ketika telah berada di hari raya.Makna hari kemenangan pun berubah dari hari penuh dengan keimanan menjadi hari penuh gaya dan pamer segalanya.belum sah rasanya jika lebaran belum punya baju baru , belum sah rasanya jika belum menggunakan perhiasan dsb.

Tidak kah pernah kita berpikir bagaimankah hakikat kemenangan yang sesungguhnya ,Tak pernah kah kita berpikir dan merasakan apakah kita sudah menjadi pemenang  dalam pertarungan melawan hawa nafsu di bulan ramadhan.Andaikata kita mau  jujur maka jika kita masih berperilaku seperti itu, maka nyatanya kita belumlah menang,kita masih kalah dengan nafsu belanja kita  yang boros, kita masih kalah dengan nafsu untuk tabbaruj dan pamer.Maka demikian pantaskah kita menyatakan diri sebagai pemenang dan merayakan hari kemenangan itu.

Seharusnya kita sebagai umat islam mencontoh  generasi pendahulu ( para sahabat dan salafush salih) yang selalu takut cemas dan sedih karena khawatir bahwa  amal ibadah yang dilakukan selama ramadhan itu tidak diterima oleh Allah swt. Sebagian ulama salaf mengatakan,

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَبْلُغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232).
Oleh karena itu, para salafush shalih senantiasa berkonsentrasi dlm menyempurnakan & menekuni amalan yang mereka kerjakan kemudian setelah itu mereka memfokuskan perhatian agar amalan mereka diterima.

Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu mengatakan,

كُوْنُوْا لِقَبُوْلِ اْلعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامًا مِنْكُمْ بِاْلعَمَلِ أَلَمْ تَسْمَعُوْا اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُوْلُ : ]إِنَّمَا يَتَقَبَلُ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ[

”Hendaklah kalian lebih memperhatikan bagaimana agar amalan kalian diterima daripada hanya sekedar beramal. Tidakkah kalian menyimak firman Allah ’azza wa jalla, [إِنَّمَا يَتَقَبَلُ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ]
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (Al Maaidah: 27).” (Lathaaiful Ma’arif: 232).

Sebagai umat islam kita kembali bermuhasabah akan amalan-amalan yang telah kita lakukan di bulan ramadhan yang telah berlalu serta terus menerus berdoa dan berharap agar amal ibadah kita diterima. Hendaknya kita meminta kepada Allah agar  digolongkan sebagai pemenang dan dibebaskan dari api neraka sebagaimanya janjinya bagi orang yang berpuasa dan beribadah dengan ikhlas dibulan ramadhan.Selain itu hendaknya kita tidak terjebak dalam euphoria hari raya idul fitri dan terus menjalankan amal ibadah secara kontinyu dibulan-bulan  selanjutnya sebagaimana yang telah dilakukan di bulan ramadhan.

Terakhir pesan yang ingin penulis sampaikan baik kepada pembaca dan terutama penulis sendiri yang dikutip dari kata-kata orang bijak bahwa.
مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ اَلْحَسَنَةُ بَعْدَهَا وَمِنْ عُقُوْبَةِ السَّيِّئَةِ اَلسَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Diantara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.” (Al Fawaa-id hal. 35).
”Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dgn kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dgn amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 244).

Semoga segala amal  ibadah yang kita semua lakukan selama bulan ramadhan 1439 H ini di terima oleh Allah swt Dan Semoga kita tetap istiqomah untuk beribadah dan melakukan amal baik secara kontinyu dibulan-bulan selanjutnya.
Akhirulkalam penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang mungkin menyakiti pembaca ketika membaca tulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat sebagai bahan renungan baik bagi pembaca dan terutama bagi penulis pribadi , Amiin yaa rabbal Alamiin.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439  H,
Taqoballahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum
Minal Aidzin wal faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar