Minggu, 24 November 2019

“ JASAMU TIADA TARA AMALMU TAK TERBENDUNG “





























































“ JASAMU TIADA TARA  AMALMU TAK TERBENDUNG “
Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Guru adalah sosok pencerah yang selalu dikenang dalam sanubari setiap insan. Guru bukan sekedar pekerjaan formal seseorang yang setiap hari memberikan ilmunya pada lingkungan pendidikan saja. Guru dalam arti luas mengandung banyak makna. Ketika saya misalnya mendapatkan pembelajaran apa saja dari seseorang, maka orang tersebut sangat layak saya jadikan seorang guru. Ingatkah kita siapa yang pertama kali mengajarkan kita menyebutkan kata pertama kita sebagai seorang manusia? ingatkah kita siapa yang mengajarkan agar kita tetap bersemangat untuk bangun walaupun kita selalu terjatuh dan terjatuh pada saat pertama kali berjalan?, ingatkah kita siapa yang pertama kali mengajarkan kata demi kata? Jika pertanyaan tersebut ditanyakan kepada saya mungkin jawaban saya jelas Ibu dan Ayah saya lah yang mengajarkan hal tersebut. Oleh karena itu sampai sekarang Guru terbesar dari hidup saya, yang banyak mengajarkan beragam makna kehidupan adalah Ayah dan Ibu saya. Mereka adalah Guru sejati bagi saya. Tentu saja peran tersebut tetap berjalan sampai sekarang. Sebenarnya siapa yang dapat kita panggil dengan gelar mumpuni “Guru”? Guru bagi saya adalah siapa saja yang memberikan kebijaksanaanya kepada kita, dan kita sebagai orang yang belajar kepada mereka merasakan bagaimana tulus dan ikhlasnya pengabdian mereka. Ketika saya menginjak usia sekolah dasar, guru-guru di sekolah dasar adalah pahlawan bagi saya. Bagaimana mereka memberikan fundamen yang kuat bagi seorang anak yang masih belajar hal-hal yang baru dan mungkin belum didapat di rumah. Pola pikir, sikap, karakter lebih banyak terbentuk ketika masa kanak-kanak. Demikian pula menginjak level Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai ke Jenjang Perguruan Tinggi saya selalu merasakan bagaimana peran guru yang tidak hanya memberikan keilmuan dalam pelajaran formal akan tetapi memberikan banyak pencerahan bagi perkembangan kehidupan saya. Tentu hal ini sangat subjektif. Untuk saya mereka adalah pahlawan yang tak habis-habisnya menginspirasi. Tentu dalam konteks yang lebih luas guru tak terbatas pada mereka yang mengajar pada sektor pendidikan formal saja. ketika seseorang sudah mengajarkan nilai-nilai positif bagi kemanusiaan mereka sangat layak menjadi guru kehidupan. Saya sangat terinspirasi pada kata-kata yang dicetuskan oleh Tan Malaka yang menyatakan bahwa “mengajari anak-anak Indonesia saya anggap pekerjaan tersuci dan terpenting” (Dari Penjara ke Penjara Jilid I). Saya sangat mengamini hal tersebut, dengan memberikan pembelajaran yang baik kepada seluruh anak Indonesia tentu saja akan menyiapkan generasi terbaik yang akan melanjutkan kehidupan kebangsaan kelak. Tan Malaka yang meninggal ketika usia 52 tahun dan setengah hidupnya dilalui dalam pelarian politik adalah seorang revolusioner yang terlupakan atau sengaja dilupakan. Padahal sejak tahun 1963 melalui Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1963 Tan Malaka sudah dikukuhkan sebagai Pahlawan. Dalam konteks lain, tak banyak yang tahu pula bahwa Tan Malaka mengenyam pendidikan Sekolah Guru Negeri untuk Guru-guru Pribumi. Ia juga pernah menjadi Guru sekolah di Deli Sumatera Utara (1919-1920), Guru sekolah rakyat di Semarang, Pekalongan, Bandung dan Yogyakarta (1920-22), Pendiri dan Guru di Language School, Amoy, Cina (1936-1937), Guru Bahasa Inggris dan Matematika di Nanyang Chinese Normal School, Singapura (1934-41) (untuk kisah lengkapnya silakan membaca Buku Tan Malaka Bapak Republik yang Dilupakan, Tempo, 2010). Tentu hal tersebut dapat menginspirasi bagi siapa saja guru yang ada di Indonesia, bahwa dalam konteks tertentu guru harus selalu muncul sebagai sosok yang selalu terdepan dalam dalam melawan ketidakadilan. Dalam berbicara konteks pendidikan tentu saja kita tidak akan lupa pada jasa Ki Hajar Dewantara tokoh yang sangat inspiratif, yang menyuarakan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Filosofi yang sangat mendalam ing ngarso sung tulodo ing madya mangun karsa tut wuri handayani telah memberikan pencerahan bagaimana pendidikan seharusnya dijalankan. Bahwa hendaknya dalam kondisi apapun guru harus selalu memberikan keteladanan. Guru bukan hanya mentransformasikan gagasan dan ilmu kepada siswa tapi juga bagaimana memperlihatkan aspek yang paling utama dalam pendidikan yaitu suri tauladan yang baik. Guru harus mampu mengispirasi, mencerdaskan dan mencerahkan para peserta didik. Apapun definisi kita mengenai Guru, yang sangat jelas Guru adalah motor perjuangan dan pembaharuan. Tidak ada kata menyerah bagi Guru. Setiap kata dan tindakannya adalah nilai yang selalu bisa di”gugu” dan di”tiru”. Selamat berjuang Guru seluruh Indonesia, jasamu tiada tara.
SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir , Pada Hari  Senin 25/11/2019  Melaksanakan rangkaian Upacara  Peringatan HUT PGRI Yang Ke – 74 Dan Hari Guru Nasional 2019  , Dalam kesempatan ini yang bertindak menjadi Pembina Upacara Peringatan Hari Guru Nasional 2019 Serta HUT PGRI Yang Ke- 74 Adalah Ibu RENI ASTUTI , S.Si Selaku Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Dari Fraksi PKS ( Partai Keadilan Sejahtera ) , Dalam sambutannya Ibu RENI ASTUTI , S.Si   mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional 2019 Semoga Semakin Sukses Membawa Pendidikan Yang Lebih Baik , Bu Reni juga mengajak seluruh siswa / siswi SMP PGRI  6 Surabaya Dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya bernyanyi Kita Jadi Pinter Menulis dan membaca dari siapa , Di Akhir sambutan Ibu Reni Menyampaikan JASAMU Tiada TARA Wahai Guru Guru , Selesai Upacara Seluruh Siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya Berfoto bersama dengan Ibu RENI ASTUTI , S.Si  didampingi oleh Bapak Syaiful Bachri Parenting Dari Komnas Perlindungan Anak, Dalam Kesempatan tersebut ada hal yang sangat istimewa yaitu masing – masing siswa memberikan Hadiah Kue Tart kepada Wali Kelas Mereka masing – masing , dalam kesempatan tersebut Bu Reni sangat terharu dengan anak – anak yang sangat antusias dalam menghargai jasa guru nya, Sebelum Pulang Siswa / Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya membaca buku yang ada di Mobil PINTAR Milik Komnas Perlindungan Anak Yang di bawak oleh Bapak Syaiful Bachri Parenting , Dalam Kesempatan tersebut Ibu RENI ASTUTI , S.Si meninjau Mobil Pintar milik Komnas Perlindungan Anak Dan melihat siswa / siswi SMP PGRI 6 Membaca Buku di Mobil Pintar tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar