“
Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan Tuk Jadikan Siswa Berprestasi &
Berkarya”
Perkembangan dunia abad 21 ditandai
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi
kehidupan. Teknologi menghubungkan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis
sehingga dunia menjadi tanpa batas. Teknologi transportasi udara memberikan
kemudahan menempuh perjalanan panjang. Media on-line beritasatu.com merilis
waktu tempuh Newark – Singapura sejauh 9.535 mil dengan penerbangan non-stop
selama 18 jam. Melalui media televisi, kejadian di suatu tempat dapat secara
langsung diketahui dan dilihat di tempat lain yang berjarak sangat jauh pada
waktu bersamaan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui
internet memberi kemudahan pengiriman uang pada waktu yang sangat singkat,
bahkan real time. Perkembangan teknologi menjadikan terjadinya perubahan
kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja. Rotherdam & Willingham
(2009) mencatat bahwa kesuksesan seorang siswa tergantung pada kecakapan abad
21, sehingga siswa harus belajar untuk memilikinya. Partnership for 21st Century
Skillsmengidentifikasi kecakapan abad 21 meliputi : berpikir kritis, pemecahan
masalah, komunikasi dan kolaborasi. Berpikir kritis berarti siswa
mampu mensikapi ilmu dan pengetahuan dengan kritis, mampu memanfaatkan untuk
kemanusiaan. Trampil memecahkan masalah berarti mampu mengatasi permasalahan
yang dihadapinya dalam proses kegiatan belajar sebagai wahana berlatih
menghadapi permasalahan yang lebih besar dalam kehidupannya. Ketrampilan
komunikasi merujuk pada kemampuan mengidentifikasi, mengakses, memanfaatkan dan
memgoptimalkan perangkat dan teknik komunikasi untuk menerima dan menyampaikan
informasi kepada pihak lain. Terampil kolaborasi berarti mampu menjalin
kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan sinergi. Sedang menurut National
Education Association untuk mencapai sukses dan
mampu bersaing di masyarakat global, siswa harus ahli dan memiliki
kecakapan sebagai komunikator, kreator, pemikir kritis, dan kolaborator. Mensikapi fenomena perubahan kebutuhan tenaga kerja dan kemajuan,
sekolah perlu dipersiapkan dan menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan abad
21. Pemahaman terhadap kecakapan abad 21 menjadi penting disampaikan kepada
siswa. Pencapaian kecakapan abad 21 dilakukan dengan memahami karakteristik,
teknik pencapaian dan strategi pembelajaran yang dilakukan.
Paradigma pembelajaran abad 21
menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan
ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan
berkolaborasi. Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan
metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan ketrampilan. Kemampuan
berpikir kritis siswa dibangun melalui pembelajaran yang menerapkan taksonomi
pembelajaran sebagaimana disampaikan oleh Benyamin Bloom tahun 1956 yang telah
direvisi pada tahun 2001. Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pendidikan mengalami
penyempurnaan pada tahun 2001 (Anderson dan Krathwohl, 2001). Taksonomi
pembelajaran dikelompokan dalam dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.
Dimensi proses pengetahuan terdiri empat bagian yaitu faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif. Krathwohl (2002), Anderson & Krathwohl (2001)
menyebutkan bahwa pengetahuan faktual menekankan pada pengetahuan faktual,
yaitu pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah
atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang mencakup
pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail.
Pengetahuan faktual menyajikan fakta-fakta yang muncul dalam pengetahuan.
Pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan
antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi
sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran dan teori. Pengetahuan prosedural,
yaitu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat
rutin maupun yang baru, dan Pengetahuan metakognitif, yaitu mencakup
pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dimensi poses pengetahuan terbagi dalam tiga yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor (Anderson & Krathwohl, 2001:67-68) ranah kognitif
terbagi dalam enam tingkat yaitu : 1) mengingat (remember) : mengambil,
mengakui, dan mengingat pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang; 2)
memahami (understand): membangun makna dari lisan, pesan tertulis, dan grafis
melalui menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan; 3) menerapkan (apply): melaksanakan atau
menggunakan prosedur melalui pelaksana, atau menerapkan; 4) menganalisis
(analyze): breaking materi menjadi bagian-bagian penyusunnya, menentukan
bagaimana bagian-bagian berhubungan satu sama lain dan yang secara keseluruhan
struktur atau tujuan melalui membedakan, mengorganisasikan, dan menghubungkan;
5) evaluasi (evaluate): membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar
melalui memeriksa dan mengkritisi; dan 6) menciptakan (create): menempatkan
elemen bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh atau fungsional,
reorganisasi elemen ke pola baru atau struktur melalui menghasilkan,
perencanaan, atau menghasilkan.
Proses pembelajaran yang mampu
mengakomodir kemampuan berpikir kritis siswa tidak dapat dilakukan dengan
proses pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah, atau berpusat pada guru,
akan membelenggu kekritisan siswa dalam mensikapi suatu materi ajar. Siswa
menerima materi dari satu sumber, dengan kecenderungan menerima dan tidak dapat
mengkritisi. Kemampuan berpikir kritis dibangun dengan mendalami materi dari sisi
yang berbeda dan menyeluruh. Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata
dilakukan dengan mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai
setiap materi ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong
motivasi belajar siswa. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif
masih berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan
kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. Menghubungkan
materi dengan praktik sehari-hari dan kegunaannya dapat meningkatkan
pengembangan potensi siswa.
Dalam Menyiapkan Strategi
Pembelajaran Yang Menenangkan Untuk Menjadikan Siswa Berprestasi Dan Berkarya
Pada Hari Sabtu 4/8/2018 Sekolah Binaan Dari Ibu TRI ENDANG KUSTIANINGSIH , S.Pd , M.Pd
Yang di hadiri Oleh Waka Kurikulum dan Guru Mata Pelajaran Mengikuti Kegiatan
Workhsop Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan Di Abad 21 yang di adakan di
Aula SMP Muhamadiyah 1 Surabaya , Sebelum Memulai Materinya Ibu TRI ENDANG
KUSTIANINGSIH , S.Pd , M.Pd Membagi Kelompok- Kelompok , Setelah Membagi
Kelompok – Kelompok Ibu TRI ENDANG KUSTIANINGSIH , S.Pd , M.Pd mengajak Waka
Kurikulum Untuk Bermain yaitu Suruh Menulis Nama Beliau Masing – Masing yang
ada Di Kelompok tersebut, Selesai Menulis Nama Ibu TRI ENDANG KUSTIANINGSIH ,
S.Pd , M.Pd Mengajak Mengambar Wajah Guru Dan Wajah Siswa Pada Saat Guru Mengajar
, Seluruh Kelompok sangat antusias dalam Melakukan kegiatan mengambar tersebut
dan mereka Senang, Selesai Mengambar Ibu TRI ENDANG KUSTIANINGSIH , S.Pd , M.Pd
Mempersilahkan Perwakilan masing – masing Kelompok untuk Mempresentasikan
Gambar Tersebut, Selesai Permainan Tersebut Ibu TRI ENDANG KUSTIANINGSIH , S.Pd
, M.Pd Menjelaskan Strategi Model
Pembelajaran Abad 21 , Di Sela – Sela Memberika Materi Tersebut Ibu TRI ENDANG
KUSTIANINGSIH , S.Pd , M.Pd Menayangkan Video Pembelajaran yang dapat di
gunakan di Sekolah masing – masing. Menurut Bapak Iswahyudi Kepala SMP
Muhamadiyah 1 Surabaya dan Bapak Banu Atmoko , S.Pd Kepala SMP PGRI 6 Surabaya
Bahwa Kegiatan ini sangat Menarik di harapkan seluruh Bapak / Ibu Guru dapat
Menfaplikasikan Ke Sekolah masing – masing , sehingga mengantarkan siswanya
Berprestasi dan berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar