“ Kepedulian
Dharmawanita Persatuan Kota Surabaya
Terhadap Perkembangan Religius Dan
Spiritual Anak “
Pemenuhan aspek spiritual pada anak tidak terlepas dari
pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus dintegrasikan dalam
kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual,
sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang
saling berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan
pada suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya. Bahkan pada dasarnya
perkembangan moral, religious atau agama, dan spiritual sudah terbekali sejak manusia
masih berada di alam azali. Dan pada masa ini, titik keimanan terhadap Allah
itu sudah ditanamkan, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Quran. Aliran
Filsafat Pendidikan Perenialisme mengatakan bahwa pendidikan harus mempunyai
landasan yang jelas dan terarah. Landasan tersebut sebagai acuan atau pedoman
dalam proses penyelenggaraan pendidikan, baik dalam konteks institusi
pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Landasan yang jelas dan terarah yang
dimaksud adalah pendidikan harus berprinsip pada pengembangan nilai-nilai moral
dan agama, di samping aspek-aspek lain yang berkaitan dengan bidang-bidang
pengembangan. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengantarkan anak
didik menuju kedewasaan berpikir, bersikap, dan berperilaku secara terpuji
(akhlak al-karimah). Upaya tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik (guru dan
orang tua) sejak usia dini, yakni ketika masa kanak-kanak. Dan pada akhirnya,
Nilai-nilai luhur ini pun dikehendaki menjadi motivasi spiritual bagi bangsa
ini dalam rangka melaksanakan sila-sila lainnya dalam pancasila.
Bahkan, teori Jung
menghubungkan antara religiusitas dengan perkembangan spiritual.
Menurut Jung setiap individual mampu mengatasi tekanan, pengabaian, dan penolakan dalam kehidupan personal. Itu mengapa individu berkembang secara keseluruhan, sehingga keluruhan bagian berintegrasi menjadi satu bagian diri. Proses ini yang menjadikan sebuah diri yang terintegrasi, kepercayaan berada pada peran yang sentral. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan kenyataan yang dinginkan dengan kebutuhan personal. Kepercayaan sebagai peran sentral akan membantu keseimbangan berada pada arah tepat ketika berelasi dengan archetypes. Karena kereligiusan merupakan proyeksi dari archetypes pesan dari jiwa dan pesan dari kepercayaan memiliki kesamaan bentuk dan bisa diterjemahkan oleh orang lain. Secara bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi sendiri berasal dari kata re dan ligare yang artinya adalah menghubungkan kembali sesuatu yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya. Sementara itu, menurut Gazalba, kata religi berasal dari bahasa latin religio yang berarti mengikat kembali. Kemudian, Sarwono mengatakan, bahwa religi adalah suatu kepercayaan terhadap kekuasaan suat zat yang mengatur alam semesta ini. Sementara itu, dimensi dari religiusitas adalah; keyakinan beragama (belief), praktek agama(practice), rasa/pengalaman keberagamaan (feelings), pengetahuan agama (knowledge), dan konsekuensi beragama (effect). Sementara itu, perkembangan agama pada anak sejatinay sudah dimulai sejak zaman kelahiran, yakni ketika manusia masih berada di alam azali dan sebelum dilahirkan. Dalam al-Quran secara jelas sidah disebutkan, dalam QS Al-A’raf 172 yang artinya;
Menurut Jung setiap individual mampu mengatasi tekanan, pengabaian, dan penolakan dalam kehidupan personal. Itu mengapa individu berkembang secara keseluruhan, sehingga keluruhan bagian berintegrasi menjadi satu bagian diri. Proses ini yang menjadikan sebuah diri yang terintegrasi, kepercayaan berada pada peran yang sentral. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan kenyataan yang dinginkan dengan kebutuhan personal. Kepercayaan sebagai peran sentral akan membantu keseimbangan berada pada arah tepat ketika berelasi dengan archetypes. Karena kereligiusan merupakan proyeksi dari archetypes pesan dari jiwa dan pesan dari kepercayaan memiliki kesamaan bentuk dan bisa diterjemahkan oleh orang lain. Secara bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi sendiri berasal dari kata re dan ligare yang artinya adalah menghubungkan kembali sesuatu yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya. Sementara itu, menurut Gazalba, kata religi berasal dari bahasa latin religio yang berarti mengikat kembali. Kemudian, Sarwono mengatakan, bahwa religi adalah suatu kepercayaan terhadap kekuasaan suat zat yang mengatur alam semesta ini. Sementara itu, dimensi dari religiusitas adalah; keyakinan beragama (belief), praktek agama(practice), rasa/pengalaman keberagamaan (feelings), pengetahuan agama (knowledge), dan konsekuensi beragama (effect). Sementara itu, perkembangan agama pada anak sejatinay sudah dimulai sejak zaman kelahiran, yakni ketika manusia masih berada di alam azali dan sebelum dilahirkan. Dalam al-Quran secara jelas sidah disebutkan, dalam QS Al-A’raf 172 yang artinya;
“Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Ayat ini secara jelas
mengindikasikan, bahwa manusia pada dasarnya sudah dibekali benih iman yang
tertanam dalam dirinya, terlepas dari apakah orang tua dan lingkungan akan
merubahnya atau justru akan mengembangkannya dengan lebih baik.
Perkembangan agama
pada masa anak-anak akhir berkembang begitu pesat. Hal ini dikarenakan adanya
interaksi yang mulai intens antara dirinya dengan lingkungan. Disamping itu,
secara kognitif, anak pada masa akhir, juga berkembang sehingga akan lebih
untuk memahami pesan-pesan agama yang dalam hal ini terangkum dalam syari’at. Perkembangan
agama pada masa anak-anak akhir akan menemukan puncaknya ketika ia sudah
bertanya untuk menemukan sesuatu yang selama ini mengganggunya, baik yang
berkaitan dengan iman atau hukum. Dalam konsep islam, bahkan anak sudah
diwajibkan untuk menjadi lebih patuh terhadap agama ketika ia sudah dinyatakan
baligh (yang biasanya ditandai dengan mimpi basah). Masa baligh ini biasanya
terjadi pada masa anak-anak akhir. Setelah itu, seorang anak sudah mempunyai
tanggung jawab terhadap agama. Tentu saja, peran pendidikan orang tua dan
lingkungan adalah factor yang sangat menentukan dalam membantu proses
perkembangan religious atau agama pada anak masa akhir. Secara kasat mata,
antara agama dan spiritual adalah sama, namun Donah Zohar dan Ian Marshall
membantah atau kesamaan keduanya. Meski begitu, ia mengakui bahwa spiritual
dapat ditingkatkan dan didukung oleh adanya agama. Untuk itulah pada masa
anak-anak akhir ini pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah sangat
membantu anak dalam meningkatkan spiritual yang sudah ada sebelumnya.
SMP PGRI 6 Surabaya
adalah Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem
III No. 7 -9 Kelurahan Wonokusumo ,
Kecamatan Semampir Pada Hari Kamis
1/8/2019 , Seperti biasa setiap hari kamis sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan kegiatan perkembangan Religius yaitu Sholat Dhuha , Sholat Hajat ,
Pembacaan Istighosah , Pembacaaan Manaqib
yang di pimpin oleh Ustad Achmad SYAIFUDDIN , S,H.I, Sebelum
melaksanakan Sholat Dhuha dan Sholat hajat tersebut 5 Siswa baik dari SMP PGRI
6 Surabaya maupun SDS “ AL-IKHLAS Surabaya lupa membawa alat Solat ,Bapak
Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Bapak H. Banu Atmoko , S.Pd langsung memberikan pinjaman alat sholat berupa mukenah sumbangan dari Ketua
Dharmawanita Persatuan Kota Surabaya Ibu
IIS Hendro Gunawan Yang di serahkan pada
waktu Bulan Suci Ramadhan kemarin , Bapak H. Banu Atmoko , .SPd dalam
sambutannya mengajak seluruh siswa / siswi SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS “
AL-IKHLAS, Tetap ibadah Sholatnya di tingkatkan di Sekolah , walaupun tidak
membawa Alat Sholat Insyah Allah Sudah Di bantu oleh Ibu Ketua Dharmawanita
Persatuan Kota Surabaya , Sehingga amal dari Ibu Ketua Dharmawanita Persatuan
Kota Surabaya tersebut terus mengalir
sumbangan alat sholatnya di manfaatkan untuk ibadah , Disamping itu
menurut Banu Atmoko , .SPd bahwa
kegiatan Setiap hari Kamis Pagi ini adalah Untuk Mengembangkan Religius Dan Spiritual
dari anak – anak , sehingga memiliki nilai – nilai karakter yang baik .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar