“ Mencetak Generasi Yang Unggul
Melalui Literasi Qur’an Dan Literasi Sekolah “
Sejarah
mencatat, metode belajar baca huruf Al-Qur’an di tanah air selama beberapa
dekade atau bahkan lebih satu abad sebelum tahun 1970-an “didominasi” oleh
metode turutan (al-Qa’idah al-Baghdadiyah). Materi dalam metode ini
dimulai dari pengenalan nama-nama huruf hijaiyah, harakat, hingga bacaan surat
Juz Amma (juz 30 Al-Qur’an) Pengalaman belajar penulis sewaktu kecil juga
menggunakan metode belajar itu. Hampir bisa dipastikan, metode ini digunakan
oleh sebagian besar umat Islam di tanah air sebelum tahun 1970 atau 1980-an. Di
banyak daerah terutama di luar Jawa Tengah, dominasi metode al-Baghaddi itu
bahkan berlangsung lebih panjang, menembus tahun 1990-an. Ciri metode ini adalah penekanan yang kuat
terhadap ilmu atau pengetahuan, bukan pada keterampilan (maharah/skill)
membaca. Oleh karena itu, pelajaran paling awal dari metode ini adalah
pengenalan nama-nama huruf Arab (hijaiyah), bukan dengan cara praktik membaca
huruf itu. Materi selanjutnya juga demikian, nama-nama harakat juga dikenalkan
secara rinci bergandengan dengan huruf itu (mengeja). Ketika anak atau
pembelajar membaca kata-kata yang ada dalam buku itu maka mereka akan mengeja
nama-nama setiap huruf beserta nama harakatnya.Baru kemudian dipelajari
bagaimana hasil bacaannya. Sekali lagi, ciri paling khas dari metode ini adalah
pendekatan yang kuat terhadap obyek sebagai pengetahuan, bukan sebagai
kemampuan. Implikasinya tentu mudah
ditebak. Anak-anak hasil “didikan” metode ini mengetahui dan bisa menyebutkan
nama-nama huruf berikut nama-nama harakat yang sedang dibaca dengan baik.Tetapi
mereka memerlukan waktu yang lama untuk mencapai kemampuan membaca. Singkatnya,
mereka banyak mengetahui tentang huruf-huruf Al-Qur’an tetapi sedikit kemampuan
untuk bisa membaca, itu pun setelah belajar cukup lama. Tak sedikit, mereka
akhirnya berhenti belajar dan tak mampu membaca Al-Qur’an selama hidupnya. Kendati
demikian harus diakui, jasa metode ini bagi perjuangan melek baca Al-Qur’an di
tanah air begitu besar. Betapapun berbagai kelemahan itu, metode ini dicatat
dalam sejarah telah melahirkan ulama-ulama besar, para kiai dan tokoh agama,
para muallif kitab, para ahli tafsir dan penghafal Al-Qur’an
dalam jumlah besar dan dalam waktu yang lama
SMP
PGRI 6 Surabaya adalah Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan yang terletak di
Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatana Semampir dalam
Menerapkan Pendidikan Karakter Spegrinam Surabaya mempunyai banyak kegiatan yaitu Setiap Hari
Senin Upacara Bendera dan Seperti Pada Hari Kamis 12/4/2018 Seluruh siswa /
siswi Spegrinam Surabaya sebelum memulai Pelajaran melaksanakan Kegiatan
Literasi Al- Qur’an Dimana Setiap Kamis Pagi yaitu Membaca Istighosah , Yasin
dan Sholawat Nabi , Dalam Kesempatan tersebut Bapak AAN Miftahul Fawaid , S.Pd
di damping Achmad Rizal Afandi dan Moch. Angga Eka Saputra Siswa Kelas 9 Spegrinam Surabaya Membaca Yasin
Istighosah dan sholawat secara bersama sama , Kegiatan Literasi AL- Qur’an di
Spegrinam Surabaya Dilakukan Setiap Hari Selasa Dan Sabtu Yaitu Membaca Juz Amma , Asmaul Husna Dan Doa –
Doa Pendek Hari Rabu dan Kamis Kegiatan Literasi AL- Qur’an Di Spegrinam
Surabaya Yaitu Membaca Istighosah dan Yasin, Selesai Gerakan Literasi AL- Qur’an
Pagi hari ini Seluruh siswa Kelas 8 Masuk Ke Dalam Ruang Perpustakaan Untuk
Melakukan Gerakan Literasi Sekolah Yaitu Wajib Baca , Tidak hanya membaca Buku Tetapi Selesai Membaca
oleh Kepala Perpustakaan Spegrinam Surabaya Ibu Dina Ayu Septyarini , S.Pd diminta Untuk menceritakan kembali Isi Buku
tersebut seperti Yang dilakukan oleh Dian Nita Anggraini menceritakan Buku yang
di baca tadi ke teman temannya . Menurut Banu Atmoko , S.Pd bahwa Kegiatan ini
bertujuan Agar siswa Spegrinam memiliki Karakter yang Bagus tidak hanya Pandai
Ilmu Pengetahuan Tetapi Juga Agama , Diharapkan Lulusan dari SMP PGRI 6
Surabaya tidak hanya Pandai IPTEK’S Tetapi Juga Pandai Di Bidang IMTAQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar