Kamis, 08 Maret 2018

“ Kondisi Kesederhanaan Tak Mengurangi Niat Literasi “



“ Kondisi Kesederhanaan Tak Mengurangi Niat Literasi “

Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003). Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuankemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat. Sedangkan pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
SMP PGRI 6 Surabaya adalah Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan Yang terletak Di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir, Pada Hari Kamis 8/3/2018 Setelah Kegiatan Pembiasaan Pagi Kegiatan Pembinaan Mental Istighosah Seluruh Siswa Spegrinam Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS “Surabaya  Melaksanakan Kegiatan  Gerakan Literasi  Dimana Seperti biasa Spegrinam Surabaya dan SDS “AL-IKHLAS “Surabaya melaksanakan Kegiatan Membaca. Di Ruang Perpustakaan Spegrinam Surabaya sekarang beda , Karena Di Ruangan Tersebut sekarang sudah ada Karpetnya , sehinga Siswa bisa nyaman pada saat Berkunjung Ke Perpustakaan Sekolah, Menurut Dina Ayu Septyarini Selaku Kordinator Perpustakaan Spegrinam Surabaya dengan adanya Karpet tersebut lebih menambah semangat seluruh siswa Untuk berkunjung Ke Perpustakaan Sekolah , Gerakan Literasi Ini adalah Gerakan Wajib Mengingat Spegrinam Surabaya adalah Sekolah yang Menerapkan Kurikulum 2013” Kata Banu Atmoko , S.Pd “Kepala Spegrinam Surabaya. Banu Atmoko , S.Pd menyampaikan Bahwa Kondisi Perpustakaan Yang di miliki Spegrinam Surabaya Sangat sederhana , Tapi beliau selalu mengajak seluruh siswa nya Untuk Gemar Menulis , karena Dengan Menulis dan membaca bisa menambah Pengetahuan , walaupun perpustakaan yang di miliki sangat sederhana , Tetapi tidak menjadi halangan Untuk Berprestasi dan Berkarya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar