:”
Beban Orang Tua Terkurangi Dengan Pemberian BANTUAN KARTU PERDANA TELKOMSEL Untuk MBJJ”
Hari Ke - 240
"Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan 'ah' dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik."
(QS al-Isra` [17]: 23) Begitu santunnya Islam mengajarkan penghormatan kepada
orang tua. Bukan saja dari raut muka, bahkan perkataan "ah! " saja
sudah terlarang. Apalagi menghardik dan bersikap keras atau kasar. Bahkan kita
dilarang untuk memaki ibu bapak orang lain, sebab setiap kali kita memaki-maki
orang tua orang lain, maka bisa jadi akan mengundang orang itu untuk memaki
orang tua kita. Dan itu adalah kezaliman bagi orang tua. Harusnya kata-kata
yang mulia saja yang keluar dari lisan kita. Kalau saja kita mau secara jujur
merenungi jasa dan pengorbanan orang tua, terlebih ibu kita, niscaya akan kita
temui betapa tidak ternilainya kasih sayang mereka. Bayangkan! Sewaktu di perut
ibu, sembilan bulan kita menghisap darahnya. Saat itu, ibu sulit berdiri dan
berjalan pun berat, bahkan berbaringpun sakit. Tiga bulan pertama mual dan
muntah karena ada kita di perutnya. Ketika kita akan terlahir ke dunia, ibu
meregang nyawa antara hidup dan mati. Meskipun bersimbah darah dan sakit tiada
terperi, tapi ibu tetap rela dengan kehadiran kita. Setelah lahir, satu persatu
jari kita dihitungnya dan dibelainya. Di tengah rasa sakit, beliau tiba-tiba
tersenyum dengan lelehan air mata bahagia melihat kita terlahir. Dan saat itu
pula ibu menyangka akan lahir anak yang saleh yang memuliakannya. Coba kita
renungkan kembali! Pada waktu kita masih bayi, tidak kenal siang dan malam kita
berbaring dan bangun sesuka hati. Padahal ibu kita hampir tidak tidur semalam
suntuk. Rasanya, beliau tidak rela bila ada satu ekor nyamuk pun yang mengigit
tubuh kita. Ketika kita mulai kecil mulai nakal, ibu bahagia memamerkan diri
kita kepada tetangga-tetangganya. Walaupun untuk itu beliau begitu direpotkan,
berutang sana sini agar kita punya sepatu dan berpakaian layak. Ketika
menjelang sekolah, ibu dan ayah sungguh-sungguh membanting tulang mencari
nafkah, agar kita bisa sekolah seperti anak-anak yang lain. Walaupun mereka
harus menahan lapar, namun puas asal anak-anaknya bisa kenyang. Dalam
kenyataannya, seiring pertumbuhan kita, tidak sebaik itu bakti kita kepada mereka.
Semakin lama kita semakin besar, mata jadi sering sinis kepada orang tua.
Jangankan mencium tangan ibunda, untuk sebuah senyum pun kita terkadang berat
untuk melakukannya. Bahkan ucapan dan tindakan kita seakan seperti pisau yang
sering mengiris hatinya. Lebih dari itu, sering seorang anak begitu mudah
menyuruh-nyuruh orang tuanya.Tak ubahnya seperti pesuruh yang dihormati
sekadarnya. Padahal tenaga, keringat, dan darah mereka habis untuk membela
kita. Lebih parah lagi, ada sebagian anak yang tidak mau memuliakan orang
tuanya. Manakala orang tua semakin jompo dan si anak tidak mau mengurusnya,
maka dititipkan orang tuanya di panti jompo, astagfirullah. Ini adalah
perbuatan yang sangat tercela. Padahal dulu kita sangat menyusahkannya.
Harusnya semua itu diingat-ingat. Maka tak heran jika ada anak yang durhaka,
anak yang tidak tahu balas budi, hidupnya di dunia ini akan diliputi
penderitaan. Kita sering mendengar, betapa hukuman-hukuman Allah langsung
diberikan pada anak-anak yang sering menzalimi orang tuanya.Oleh karena itu,
marilah kita berusaha untuk selalu mengenang kembali semua untaian pengorbanan
orang tua. Beruntunglah bagi siapapun yang orang tuanya masih ada, karena jika
orang tua sudah terbungkus kain kafan, kita tidak bisa lagi mencium tangannya
atau menatap wajahnya. Karena itu kita harus memiliki tekad yang sangat kuat
untuk berbakti pada orang tua. Minimal kita berhenti menyakiti hati orang tua
hingga tidak ada luka yang ditoreh di hatinya. Syukur kalau kita sudah bisa
menyenangkannya dan diberkahi manfaat besar bagi dunia dan juga akhiratnya.
Dalam hal ini, yang paling penting dalam menghormati mereka bukan hanya dengan
memberi harta. Namun yang paling dibutuhkan adalah akhlak dari anaknya. Apalah
artinya anak kaya, anak bergelar, anak berpangkat, tetapi tidak berakhlak
kepada ibu bapaknya? Dan akhlak inilah sebenarnya kekayaan termahal yang bisa
membuat sang anak doanya diijabah oleh Allah Azza wa Jalla, sehingga bisa
menyelamatkan serta memuliakan ibu bapaknya. Betapa yang dirindukan orang tua
itu senyum manis yang tulus dari anaknya serta ketawadhuan.
Pada
masa pandemic covid ini , Pengeluaran Orang tua terbebani karena ada nya biaya
untuk Paketan Perdana Bagi Putra /
Putrinya untuk kegiatan Belajar Daring (
ON LINE ) , Dimana Dalam Mengatasi itu SMP Pada Hari Kamis 10/9/2020 Wali Murid
SMP PGRI 6 Surabaya Dan SDS AL-IKHLAS Surabaya Sekolah peduli Berbudaya
Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan
Wonokusumo Kecamatan Semampir Wali Murid
SMP PGRI 6 Surabaya Tampak Wajah Sumringah Ceriah Wajah Wali Murid SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS
“ AL-IKHLAS Surabaya Karena Putra / Putri beliau menerima Kartu PERDANA Dari
TELKOMSEL Untuk Menunjang Merdeka Belajar Jarak Jauh, Sebelum Kartu Perdana di
bagikan Bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Alumni Jurusan PLS UNESA Kelahiran
APRIL 1984 Bapak H. BANU ATMOKO , S.Pd bahwasannya KARTU PERDANA Ini adalah
Usaha Dari MKKS SMP Swasta Surabaya Utara dalam membantu meringankan Beban
Orang Tua dalam Pembelajaran Jarak Jauh
, Jadi Bapak H. BANU ATMOKO , S .Pd meminta agar Orang Tua betul betul
Menagawasi Cara Belajar Putra / Putrinya di Rumah Selama Pelaksanaan
Pembelajaran Jarak Jauh , Jangan Sampai KARTU PERDANA Dari TELKOMSEL Ini di
pakai Untuk Mainan Atau Yang Lainnya, Dalam Hal Ini BANU ATMOKO , S.Pd ikut
membantu meringankan beban orang tua , sehingga orang tua tidak terbebani biaya
untuk beli paketan. Disamping Bapak H. BANU ATMOKO , S.Pd juga meminta agar
Wali Murid Melihat HP Putra / Putrinya Sudah mengerjakan Tugas atau belum jangan
sampai Orang Tua Gak Tahu , Disamping
Itu BANU ATMOKO , S.Pd meminta Wali Murid Khususnya Kelas 9 SMP PGRI 6 Surabaya
Dan SDS AL-IKHLAS Surabaya Kelas 6 Untuk
Lebih Mengawasi Polah Belajar nya Apalagi MARET 2021 Akan ada Ujian Nasional
Berbasis Daring ( Asesment ) Terakhir Dalam Kesempatan Ini Bapak Kepala SMP
PGRI 6 Surabaya Sekaligus Sekretaris YAYASAN PENDIDIKAN AL-IKHLAS Semampir
Dalam Masa Pandemi Ini Mohon Orang Tua /Wali Murid Mengawasi Bermain Putra /
Putrinya dengan siapa beliau bermain jangan sampai Putra / Putrinya Gak Pulang
dan Orang tua gak tahu , Serta Ajak Anak Anak Kita Untuk Selalu Memakai MASKER
Dimanapun dan Kapanpun Karena CORONA Semakin Ganas , BANU ATMOKO , S.Pd
berharap dengan KARTU PERDANA Ini Orang Tua dapat tersenyum karena tidak
terbebani Paketan.
#Tantangan
Guru Siana
#
dispendik Surabaya
#Guruhebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar